Alec menaikkan alisnya karena jelas-jelas terkejut dengan kedatangan eesorang yang tidak ia harapkan. Ia berada di bandara internasional dan baru saja memasuki bangunan ini saat seseorang dengan santai menghampirinya di pintu masuk. Alec tidak menduga kedatangannya yang berlawanan dari arahnya datang sehingga satu-satunya hal yang bisa ia asumsikan adalah orang itu datang lebih cepat darinya. "Aku masih ingat kemarin kamu bilang kalau hari ini sibuk, Dominic."
"Pak tua, tidak bisakah kamu menghormatiku yang sudah menyusul kesini?" kata Dominic dengan santai sembari memasukkan kedua tangan di saku celana. Dominic Faillieres sungguh berbeda ketika kemarin menolak secara terang-terangan ketika Alec mengajaknya ke bandara. Merepotkan, Alec masih mengingat apa yang Dominic katakan.
Alec menggerutu kepada keponakannya, "Aku tidak meminta kamu datang setelah apa yang kamu katakan kemarin."
Dominic memutar kedua bola mata. Hari ini ia memiliki jadwal untuk melihat hari terakhir syuting film dokumenter bagian Prisha Yudiantara di kantor Prisha sendiri tetapi ia hanya hadir disana selama sepuluh menit sebelum akhirnya meninggalkan Arthur dan berpesan kepada pria itu untuk tidak menyusulnya.
"Hai, Gabrina."
Wanita yang ia sapa tersenyum, tetapi siapapun yang melihatnya juga tahu kalau Gabrina tidak benar-benar tersenyum. "Selamat siang, Yang Mulia."
Dominic balik menatap Gabrina dan dia enggan melepaskan kontak mata tersebut, sementara orang yang ia tatap terlihat tidak peduli dan mengalihkan pandangannya begitu saja. Alec menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan. "Aku akan check-in lima belas menit lagi, bisa belikan aku sesuatu, Cara?"
Gabrina mengangkat alis tidak tertarik tetapi Alec lebih dulu bersuara, "Aku butuh kopi."
"Dan kamu akan menghabiskannya dalam sepuluh menit, Alec?"
"Dua, please." Mengabaikan nada keberatannya, Alec menyerahkan sebuah kartu kepadanya. Melihat itu Gabrina hanya menatapnya malas, sebelum berbalik dan membelikan kopi untuk Alec tanpa mengambil kartu itu.
Alec tertawa pelan. Ia lalu berjalan mendekati kursi terdekat untuk menunggu kopi miliknya dan tidak berkata apapun saat Dominic mengikutinya dari belakang.
"Jangan lupa apa kataku kemarin, Dominic." Ia berkata demikian ketika ia merasa jarak Gabrina cukup jauh dari mereka sembari melepaskan pegangannya pada koper. Alec berbicara dengan suara rendah karena ia ingin dianggap serius kali ini. "Bagaimana bisa kamu sebagai anak tidak memberitahu orang tuamu sendiri tentang kepindahanmu kesini."
"Mereka punya mata dimana-mana." Dominic menjawab dengan nada dingin. "Lagipula aku tidak terkenal dibandingkan Pangeran lainnya."
"Sampai kapan kamu akan menghindari ibumu sendiri?"
Dominic benar-benar tidak nyaman dengan pembicaraan serius mereka. "Kenapa Paman sekarang ikut campur juga?"
Alec menggeram, "Karena aku tidak ingin direpotkan lagi, sialan. Apa ini semua karena pertunanganmu dengan Allesia? Seharusnya urusan kamu sendiri kalau tidak pernah pulang ke Versailles tapi kenapa sekarang aku dibawa-bawa?"
"Kalau begitu tidak usah menerima permintaan mereka, kenapa susah sekali?" Dominic meletakkan kedua tangan didepan dadanya sendiri dan bertanya, "Kenapa Paman memanggilnya Cara?"
"Siapa?"
Ia mengeraskan rahangnya. "Gabrina yang sedang aku bicarakan, pria tua. Ada berapa wanita yang kamu panggil seperti itu?"
"Menurutmu?"
"Cara have two meanings. Which one do you mean?"
"Chill, son. Ingat aku pamanmu." Alec menyeringai, "Apa sekarang kamu juga ikut campur dengan caraku memanggil orang yang aku sayangi, Dominic?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
ChickLitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.