#63# - Sixty Three

770 117 4
                                        

19/99 She's alone.

20/99 Many people attracted to her. Like I said – she's genius.

21/99 She made me count the days to meet her.

____

"Halo?" Gabrina mengaktifkan mode loudspeaker sebelum meletakkan ponselnya diatas meja.

Dominic Faillieres berdecak dan bersuara rendah, "Lucien, Gabie? Really?"

"Ada apa?"

"Lucien? I can't believe it," Dominic masih mengatakannya dengan kesal. "Aku pikir kita bisa bertemu karena Kiton tetapi kamu menitipkannya kepada Lucien?"

"Aku tidak tahu seberapa lama kamu tidak berada di Jakarta dan aku yakin kamu tahu kalau Charleen sedang sibuk dengan event Pacific, itu artinya aku juga sama sibuknya dengan dia."

"Apa kamu sedang di Pacific?"

"Dimana lagi memang?" tanya Gabrina sambil memijat pelipisnya.

"Good, don't move."

"Maksud kamu?"

"Because I miss you so bad dan Kiton yang dititipkan kepada Lucien tentu bukan solusinya. Sampai jumpa, Gabie."

Gabrina memandang lama ponselnya yang kini mati. Dua hari berlalu sejak ia menitipkan Kiton kepada Lucien, entah kenapa tiba-tiba ia ingin bertaruh apakah Dominic akan benar-benar datang kesini atau tidak. Tanpa Gabrina sadari ia tersenyum tipis.

Beberapa saat setmielah ia berpikir seperti itu pintu ruangannya dibuka, hal pertama yang Gabrina lihat adalah kepala Jimmy yang muncul dan berkata, "Mbak, dibawah ada orang yang minta bertemu dengan Mbak tapi beliau belum membuat janji."

"Siapa namanya?"

"Julia Raviv."

Gabrina berhenti dan meletakkan bolpoin yang berada di tangannya, "Biarkan masuk kalau begitu."

Lima menit kemudian – Gabrina sudah membereskan kertas-kertasnya yang berserakan untuk membuat ruangannya lebih rapi saat pintu membuka dan Jimmy mempersilahkan seorang wanita ­ masuk kedalam.

"Have a seat, Tante."

Julia memandangi sofa yang ada di ruangan Gabrina dengan enggan dan ia tetap memilih untuk berdiri. Gabrina hanya tersenyum tipis, "Tante mau minum apa?"

"Apa kamu tahu bulan depan putriku akan kembali?" tanya Julia kepada Gabrina tanpa berbasa basi. "You have to know, karena aku juga akan memastikan Benedict melakukan apa yang harus ia lakukan."

"Apa Tante datang ke kantorku hanya untuk berbicara itu?"

"Ya tentu saja. I have a plan and I don't want to see you around us." Ia mengedikkan bahu seolah itu adalah hal biasa. "Minggu lalu saat acara Prisha banyak orang-orang film dan PH yang datang dan aku tidak menduga kamu akan datang kesana disaat Marcus juga berda disana karena ia dan Prisha rekan politik."

"Aku hanya memenuhi undangan itu apa salah bagi Tante?"

"Salah ketika kamu dan Marcus berada di acara yang sama." Julia menyipitkan matanya, "Remember it's not your place. Semakin sedikit kalian bertemu – aku sangat berharap kalian tidak pernah bertemu – maka akan semakin bagus. Marcus sedang berada di puncak karir dan ia akan menjadi calon ketua umum partai politiknya – aku sebagai Raviv tidak akan membiarkan ada bibit-bibit pengganggu yang merusak semuanya."

"Apa menurut Tante aku adalah pengganggu?" tanya Gabrina.

"As long as you're in this city." Julia melanjutkan, "Atau kamu bisa pergi sejauh mungkin dari sini dan tidak kembali lagi lebih lama. Aku tidak pernah suka dengan eksistensimu, Gabrina. Kuharap kemarin adalah kali terakhir kalian berada di acara yang sama. Don't do anything. Kamu hanya perlu melakukannya seperti biasa karena kamu bukan siapa-siapa."

" ... "

Julia berencana untuk segera pulang tetapi ia teringat dengan sesuatu, "Oh ya, aku melihat kalian berdua di rumah Prisha. Pertama Marcus, kedua Benedict, dan sekarang seorang Dominic Faillieres? You're life is getting more and more interesting and that's not like you."

" ... "

"I saw you and His Majesty so close that night." Julia tertawa sinis, "Dan kamu melakukannya setelah membuat beberapa orang percaya dengan hubunganmu bersama Benedict. Lucu sekali, Gabrina. Apa kamu melihat kesempatan – semua kesempatan – dan mulai bersikap serakah?"

" ... "

"Kamu hanya dimanfaatkan olehnya sebelum dibuang. I know that because you don't deserve it. Seorang Pangeran tidak mungkin menginginkanmu – he has standards and you can't possibly match him."

____

Dominic Faillieres keluar dari lift, mengikuti Lucien yang kini berada didepannya. Ruangan Charleen berada di ruangan yang sama dengan Atha dan hal pertama yang ia lihat adalah Charleen yang sedang fokus dengan laptop didepannya.

"Kenapa kamu datang kesini?" tanya Charleen.

"Aku punya waktu luang untuk melihat keadaan adikku sendiri," Dominic dengan santai duduk disofa yang ada disana. "Aku dengar akan ada employee gathering di Pacific."

"Siapa yang memberitahu kamu?"

"Gabrina."

"Oh," Charleen tidak tertarik dengan topik mereka. "Apa kamu semakin dekat dengan dia?"

"Aku sudah mengatakannya kalau aku tahu bahwa ia adalah Amyla Renata."

"Lalu?"

"Dia bertanya apakah aku tahu dari kamu," Dominic tertawa kecil dan memandangi adiknya yang masih fokus ke laptop. "Tentu tidak – aku mengenalnya lebih lama daripada kamu mengenalnya Charleen."

"Say you've known her longer than I've known her, tapi faktanya dia lebih dekat dengan aku dibandingkan dengan kamu, Nickie."

Dominic menepuk pahanya sendiri "God, kami berteman sekarang."

"Wow." Charleen mengangkat pandangannya dari laptop dan bertepuk tangan dengan pelan. "Sekarang kalian berteman? Jadi sekarang dia akan tahu kalau ia berteman dengan pria di New York tujuh tahun lalu?"

"Iya." Dominic mengangguk.

Charleen Faillieres tidak mengerti dengannya, "Jadi tujuanmu datang ke ruanganku dengan tiba-tiba hanya untuk memberitahu itu?"

"Ada satu yang ingin aku tanyakan," Jari Dominic bergerak menyusuri lengan sofa.

"Apa?"

"Kamu tahu siapa Kevan?" Dominic melihat Charleen terdiam. "She mentioned one name – dan aku tidak bisa mencari tahu siapa Kevan ini."

"Oh, itu."

" ... "

Charleen menjawabnya datar, "Kevan Graham. Dia adalah orang yang disukai oleh Gabrina dulu di New York."

"Mereka menjalin hubungan?"

"Ask her. Kalau kamu telah mendengar namanya berarti kamu pernah melihatnya dalam kondisi itu kan?"

"..."

"Gabrina sangat – kuat. Ia tidak mempunyai keluarga, aku pernah menceritakannya ke kamu dulu, kan? Dia berada di titik ini karena sebuah konglomerat menjadi sponsor. Bahkan aku bisa melihatnya, mustahil dengan orang yang hampir tidak mempunyai privilege bisa berada di New York, bahkan ke Parsons. Kamu benar saat itu, Nickie. Dia sekarang bekerja kepada keluarga itu."

Dominic berdiri dan mendekat ke meja Charleen. "Apa yang terjadi dengan Gabrina dan Kevan?"

"I can't tell you." Charleen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tujuh tahun ia mengenal Gabrina secara resmi karena impiannya untuk membawa wanita itu bekerja di perusahaanya dan sekarang hal itu sudah tercapai.

"Think about this, tujuh tahun lalu kamu hanya tidak sengaja bertemu dengannya. Kamu selalu berharap lebih selama ini dan apa yang akan kamu lakukan kalau Gabrina hanya menganggap kamu sebagai pria yang tidak sengaja muncul sekilas dalam kehidupannya?"

" .... "

Charleen mengangkat sebelah alisnya sejenak. "Nickie, if I were you I won't expect more."

____

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang