PERATURAN PERTAMA : TIDAK BOLEH MENGAMBIL/MEMESAN MINUMAN SEBELUM SEPEREMPAT PIRING SUDAH DIMAKAN.
PERATURAN KEDUA : PIHAK YANG KALAH HARUS MENURUTI KEMAUAN PIHAK YANG MENANG.
____
Alec Schulz kini merasa tenggorokannya begitu kering sehingga ia menatap tajam Gabrina Clo yang justru menyeringai.
Gabrina berdecak, "Hanya seperempat piring aku meminta kamu menghabiskannya tanpa minum air, is it hard for you?" Ia menatap Alec dengan tatapan kasihan yang dibuat-buat untuk mengejeknya, "Aku tidak tahu kamu selemah ini? Where's the Hercules?"
"Who says I can't do that?" Alec berkata dengan penuh percaya diri karena ia terintimidasi oleh wanita yang menurutnya sangat menyebalkan. Cukup sepuluh menit yang lalu Gabrina menatapnya dengan aneh sejak ia memutuskan untuk memakai sendok di restoran Padang. Di piringnya terdapat seporsi nasi yang cukup banyak dengan jenis lauk yang terlihat berani dan sadis – menurutnya.
Gabrina tertawa kecil. Siang ini ia membawa Alec ke restoran Padang langganannya yang cukup ramai. Tanpa ragu-ragu Gabrina membuat piring Alec cukup banyak diberikan sambal dan itu membuatnya tersenyum puas. Beberapa tahun lalu Alec memperlakukannya lebih kejam saat mereka harus makan bersama dan tidak salah kalau ia ingin balas dendam saat ini.
Gabrina tahu beberapa orang di meja sekeliling mereka berkali-kali mencuri pandang ke Alec karena sosoknya yang tinggi. Ia kemudian menatap wajah Alec yang memerah dan mengeluarkan banyak keringat, "Alec, take this."
Alec melirik sekilas dan menggeleng, "Tidak."
Gabrina mengingat bagaimana beberapa tahun yang lalu ia bekerja sama dengan Alec untuk membuat cemburu wanita yang disukai Alec – Samantha Mueller – dengan berpura-pura menjadi seorang wanita yang sangat mencintai Alec Schulz. Kebersamaan mereka selama tiga minggu membuatnya juga tahu beberapa kelemahannya, termasuk dengan makanan pedas. Ia menyodorkan gelas minuman Alec lebih dekat, "Keras kepala, minum atau kamu akan mati karena kepedasan."
"Tidak ada orang yang mati hanya karena saus hijau aneh ini, Cara."
"Sambal mungkin maksud kamu. Alec. Tidak ada wasabi disini."
"Whatever."
"Tidak lucu Samantha mendengar berita kematianmu hanya karena sambal ini. Minum."
Alec menatap Gabrina setelah ia mengambil tisu yang ada di meja. "Aku .... tidak suka kalah."
Gabrina mengeratkan rahang, "Aku yang menyerah, Alec. Tolong hentikan." Kemudian ia mengambil gelasnya sendiri dan meminumnya dihadapan Alec agar pria itu mau mendengarkan kata-katanya. "See? Aku menyerah."
Alec Schulz dikenal sangat teguh dengan prinsip. "Pria... tidak boleh mengingkari sumpahnya .... sendiri. I'm fine with this one."
"What a bullshit, kamu tidak bersumpah apapun. No, you can't. Kamu harus berhenti atau aku sendiri yang akan memasukkan sedotan ini ke mulutmu."
"Wait- wait,"
"Alec-" panggil Gabrina.
"Cara-"
Kemudian yang terjadi setelahnya adalah Gabrina setengah berdiri, hampir membuat sikunya terkena noda dari makanannya, berusaha mendorong gelas yang ia pegang mendekati wajah Alec. Mereka di tempat umum dan Gabrina tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi keras kepala Alec. Dengan mudah, pria itu menahan pergerakan Gabrina, "Cara... seriously?"
Gabrina menggeram, "Bayangkan kalau ada wartawan dan apa yang akan muncul di media besok bahwa kamu – pria terkenal dari Eropa – sedang membela diri sebelum wanita bar-bar menyiram wajahmu dengat air jeruk."
"What a nice headline .... back to your seat, Cara," kata Alec dengan suara rendahnya dan ia ikut berdiri untuk membuat Gabrina tahu bahwa ia baik-baik saja dengan makanan ini. "Aku menyesal.... kenapa kita ... tidak memesan ruangan VVIP saja.... kalau tujuan kita hanya bertengkar."
"Restoran ini tidak memiliki ruang seperti itu, pria tua." Gabrina kemudian kembali duduk dan menatap kesal Alec yang semakin terlihat menyebalkan. Alec yang berkeringat deras terlihat semakin kasihan dan Gabrina yakin beberapa orang disekeliling mereka mulai bertanya-tanya apa yang sedang mereka lakukan. "Fine, aku tidak tahu kamu begitu hebat untuk menahan pedasnya – do what you want, dasar pria tua sialan."
Alec menyeringai dan ia kembali ke kursinya saat ia mendengar kalimat dari wanita didepannya, "Kecuali show."
Mata Alec berbinar ketika ia menyadari hanya tinggal sesuap saja yang harus ia makan untuk menghilangkan seperempat porsi tadi. "Private show .... bukan topik kita lagi, Cara."
Gabrina menaikkan sebelah alis dan terdiam. "Entah aku atau siapapun orang di dunia ini, Samantha yakin kamu akan melakukan show itu," kata Alec. "And you know that she knows everything."
Alec melihat Gabrina menggigit bibir bawahnya sendiri, tanda ia tidak suka dengan pembicaraan mereka. Ia menyadari caranya berbicara menjadi aneh karena kepedasan tetapi ia tidak ingin meminum minumannya sebelum ia menyelesaikan pertandingan mereka. Jadi yang Alec lakukan selanjutnya ialah mencoba bernapas lebih tenang dan mulai berpikir tentang hal lain daripada keadaannya sekarang. Ia bertanya untuk mengalihkan pembicaraan mereka, "Apa kegiatanmu setelah ini, Cara?"
"Aku harus datang ke bengkel untuk evaluasi pekerjaan rilisan terbaru."
"Can you cancel it? Aku harus bertemu dengan seseorang – keponakanku – dan aku tidak ingin ada bodyguard yang mendampingi hari ini. Cukup kamu."
"Apa menikah dengan Samantha tidak membuatmu cukup tahu kalau dunia tempatku bekerja sangat mengutamakan waktu dan hasil?"
"Menikah dengan Samantha membuatku tahu kalau dunia tempatmu bekerja juga memerlukan mood yang baik," Alec yang sangat peduli dengan keadaan sahabatnya tahu kalau membiarkan Gabrina bekerja hanya membuat harinya semakin rusak saja. Ia melanjutkan, "Ingat perjanjian kita, Gabrina."
"Pria tua menyebalkan," bisik Gabrina.
Alec kemudian mengambil kembali sendok dan garpu untuk memisahkan saus hijau – atau sambal – ke pinggir piring agar ia tidak memakan benda itu lagi. "Aneh atau tidak, kejam atau tidak, itu semua bergantung denganku dan itu hanya tanggung jawab yang harus kamu lakukan sesuai perjanjian kita, Cara."
____
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Lullaby
Chick-LitEndless Lullaby | Mint Series #1 © 2020 Grenatalie. Seluruh hak cipta.