#80# - Eighty

858 95 4
                                    

70/99 She will sew missing buttons Dior's shirt — and others.

71/99 She should rest for recovery instead hide-seek with hospital staff.

72/99 She has to see colour in her life.

____

Orono, Minessota,

James – kepala pelayan selama sepuluh tahun terakhir sedikit menegakkan kepala dan menaruh sebelah tangannya di belakang punggung saat anak dari kepala keluarga yang ia layani keluar dari pintu mobil. Rolls Royce klasik hitam dan Kevan Graham – dengan tato yang sedikit terlihat dibalik lengan dan leher kemeja yang membungkus badannya dengan pas – turun dari mobil tersebut dengan wajah dingin.

Kevan sedikit menggaruk telinganya sendiri yang tidak gatal – ujung telunjuknya merasakan salah satu dari tiga piercing yang terpasang di daun telinga – sembari bertanya kepada James. "Siapa saja yang sudah datang?"

"Edward – adik Anda telah tiba." Ia menjawab singkat sembari berjalan disamping pria tersebut. Memerlukan tiga menit bagi mereka untuk sampai di ruang dimana pertemuan itu akan diadakan. Jay Graham dan istrinya, Cameron duduk bersebelahan di sofa yang cukup besar disana dengan wajah   khawatir dan enggan untuk berada di tempat ini

"Kita tidak perlu berbasa-basi lagi." Jay berdeham canggung dan Cameron mengenggam tangan suaminya tersebut, saling menguatkan, namun Kevan yang melihat semua itu hanya memutar bola mata. "Hutang perusahaan bertambah, pembelian menurun dan kita hanya memiliki sekian persen untuk tetap bertahan. Bad news. Aku berusaha mencari investor lain – namun sialan Schulz karena semenjak ia menjadi pemegang saham terbesar kedua disini semuanya menjadi tidak terkendali."

Edward Graham menimpali, "Atau karena Si Kevan menandatangani kontrak pinjaman jangka panjang dan membuat kita menghabiskan ratusan juta dolar untuk satu program kesukaannya."

"Shut the hell up. Bukankah kamu sendiri mengencani auditor perusahaan?" Kevan memukul kursinya sendiri tidak terima. "Debt service adalah program yang menjanjikan. Dad, kita hanya perlu menunggu sebentar lagi."

"Oh Kevan, auditor itu memberi tahuku tentang analisisnya atas masa depan Graham Industries–"

"Yeah, di hotel. Haruskah aku memberikan rincian nomor kamar kalian, bro?"

"Apakah menyalahkan satu sama lain adalah penyelesaian yang didapat hari ini sementara minggu depan sudah ada lima puluh sembilan toko yang tutup?" Jay menggeleng tidak percaya dengan dua pewarisnya. "Aku membutuhkan solusi untuk kegagalan kita di Eropa-Asia. Board member meminta rincian apa yang terjadi dan akan membuat sidang untuk mengeluarkanku dari sana, atau kalian berdua, atau bahkan kita semua."

"Bagaimana bisa kita semua? Dad, kalau mereka mengeluarkanmu itu berarti aku yang menggantikanmu." Kevan tersenyum sinis, "Kalian berdua takut ia mengambil posisiku?"

"Setidaknya Tanner memang lebih kompeten dan menjanjikan dibandingkan kamu," Edward mengangkat kedua bahunya santai, "Board memang lebih suka Tanner."

"God damn it, kamu tidak perlu memancingku, Edward." Seperti biasa kedua saudara kandung tersebut selalu berdebat. "Aku tidak terkejut atas keirianmu untuk segala hal yang nantinya aku miliki."

"Aku tidak iri – kamu memang seharusnya khawatir dengan Tanner yang lebih baik dibandingkan kamu–" ucapan Edward terpotong saat Kevan hampir melompat dari kursinya sendiri, dengan cepat memegang kerah kemeja Edward dan mencengkeramnya kuat. Ia menggeram, "Kamu bermain di belakang kami semua, idiot?"

"Aku hanya menyampaikan analisis auditor cantik itu." Tidak terintimidasi dengan tatapan kakaknya ia tidak membalas melainkan menyentak tangan Kevan yang masih mencengkeram kerahnya. "And you know what, I'd prefer to choose smart ass people."

"Bot of us failed in the textile–" Kevan lagi-lagi menggeram, "Idiot lulusan sekolah fashion itu bahkan tidak berguna. Dimana dia saat kita melakukan banyak pertemuan untuk ekspansi?"

"Words." Jay berdeham dan mengerutkan keningnya, merasa ia harus menghentikan anak-anaknya yang sangat keras kepala. Dengan isyarat mata ia meminta Kevan untuk duduk kembali di sofa untuk pembicaraan yang lebih kondusif sementara Edward, anak kedua mereka hanya menatap sengit kakaknya. Edward kembali membuka mulutnya, "Here's what happen, dia membeli saham kita dan menggunakan perusahaan tekstilnya sendiri untuk mengagalkan ekspansi Eropa. Ia tidak rugi banyak –atau bahkan tidak sama sekali mengingat ia masuk di daftar orang-orang terkaya di Eropa. Kita seperti tikus yang terjebak didalam kotak berisi secuil keju tetapi kita masih berharap untuk bisa pulang ke lubang tanah." Ia mengabaikan tatapan jengkel dari saudara dan kedua orangtuanya. "No offense, tapi dia terlihat akan menghancurkan kita."

Jay mengernyit tidak suka, "Skenario yang bagus walau aku tidak menyukainya."

"Doesn't make sense, Dad."

"Because boy, there's something I need to tell. Aku dan ibumu tidak berharap ada media yang memuat berita ini namun aku rasa kita tidak memiliki waktu untuk ... menyelamatkannya. Ini berita baik atau buruk – entah aku tidak tahu mana yang tepat – Graham Industries menjadi incaran tiga perusahaan."

"Apa?"

"Apa?" Secara bersamaan baik Kevan dan Edward hampir berdiri dari kursi mereka.

"Alec menginginkan perusahaan ini – semuanya. Ia akan memiliki saham sembilan puluh lima persen dan menggunakan media-media miliknya untuk menekan kita. He told me and drive me crazy for two months. Yang kedua – seorang konglomerat Asia yang sudah memiliki saham senilai dua puluh tujuh persen di Graham Industries dan ia berencana untuk membeli semua saham serta aset kita yang ada di Amerika. Yang ketiga –" Kevan melihat bagaimana ayahnya tampak menahan napas. "Dominic Faillieres. He called my secretary two weeks ago to buy the whole of Graham Industries. Sejauh ini aku tahu ia mempunyai perusahaan investasi dan production house yang cukup besar–"

"Hanya memiliki dua hal itu dan ia berani untuk membeli milik kita?"

"He's a royal." Seolah tidak ingin mengatakannya, Cameron yang tidak bersuara menangkap nada yang tidak wajar kepada suaminya, "Dia jeli untuk melihat perusahaan-perusahaan yang akan jatuh, membelinya dan voila– dia membangunnya kembali. Lima tahun terakhir dia melakukannya pada delapan perusahaan. Good track record."

"Ini semakin membingungkan, Dad."

"Perusahaan ini adalah hidupku." Jay Graham di usianya yang semakin tua tidak mengira bahwa ia harus turun tangan untuk menyelamatkan bisnis keluarganya. "Dan kalian – juga adalah hidupku. Kalian gagal itu berarti aku juga gagal."

"Coba katakan itu ketika ada seorang wanita lain yang menginap di kamarmu."

"Kevan!"

"What?" Ia berdiri tidak terima saat ibunya memanggil. "Dia menyebutkan nama-nama itu seolah kita tidak memiliki harapan."

"Harapan?" Jay tertawa kecil. "Kita menjadi incaran tiga perusahaan bukan berarti membuat harga jualnya tinggi, Kevan. Suka atau tidak, konglomerat Asia itu juga menolak pengajuan modal kita di bank. He owns it. Dan juga membuat bank-bank di benua ini menolak kita. Pintu mana lagi yang harus kita coba buka?"

Pintu terbuka dan kepala pelayan mereka – James, mempersilahkan seseorang untuk masuk walaupun ia bisa mendengar decakan tak suka dari orang tersebut.

"Pembicaraan sial di tempat terkutuk?" Suaranya terdengar tidak bersahabat ditelinga James. Ia tidak menanggapi.

Kevan melipat tangannya didepan dada, "Catat di otakmu bahwa kita semua berada dipinggir neraka. Lompat satu persatu atau lompat bersama. "

Sambil menyesap whisky – Jay Graham, kepala keluarga generasi kedua sekarang sedang berangan-angan tentang pensiunnya sendiri. Ia membuang arah pandangannya tidak suka setiap kali ia melihat – putrinya yang duduk di kursi roda selama tiga tahun terakhir. "Evie, let's talk. Please."

____

Endless LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang