Tabib Kecil #9

2.9K 86 1
                                    

Seekor kuda melaju dengan cepat dikaki gng dieng,melewati perbukitan turun ke lembah...lalu naik ke kaki gunung...
Kuda itu berhenti didepan sebuah gubuk sederhana,dua bayangan melompat turun...

Sepertinnya kita terlambat Lukita...ujar Abah aseng
sambil memeriksa nadi sang kakek yg tidak berdenyut lagi

Lukita hanya bisa menangis dan menangis...air matanya seperti telah habis...hanya segukannya yg terus terdengar..

Kau yg Kuat haaa...kakek digigit ulal weling..bisanya sangat kuat...jalang seseolang yg hidup apabila disengatnya..

Bukankah kakekku sakti!!!ujarnya terus sesunggukan

sesaktinya manusia haaa...belum tentu kebal terhadap lacun atau bisa...Mungkin ini sudah takdil sang pencipta...
Kita halus Ikhlas menelimanya...ujar abah aseng...sambil melipat kedua tangan kakek ke dadanya..

Esok paginya...
seorang bocah bungkuk dan gundul..duduk bersimpuh disebelah makam kakeknya...
Kakek...kenapa kau tega meninggalkan ku seorang diri..

Setelah seperempat jam...akhirnya dia pun bangkit..melangkah pergi kearah seekor kuda hitam.
lalu seorang pria berjubah merah menghampirinya,Memeluknya,sambil mengusap2 kepalanya...

Ayooo abah...kita berangkat..ujar lukita...

Kau sudah siap Nak???pandangan abah aseng menatap bocah didepanya

Sudah Bah...Aku sudah Ikhlas menerimanya...
Semoga kakek tenang diatas sana...bertemu dgn kedua orang tuaku...sambil menatap ke arah langit,bola matanya pun berkaca2...

Hiaaa...Hiaaaa...Hiaaa...

Kuda hitam yg kekar melesat dgn kencang ...kota dayangan terlihat samar2 didepan mereka...
disebuah rumah bercorak merah..dan pintunya berukir naga...kuda itu berhenti...

Ayoo lukita...mali masuk....mali masuk...

mereka berdua disambut nyonya lan dan putri khe ling...
Nyonya lan memeluk lukita...
yg kuat lukita...yg sabar...ujarnya berbisik...

dengan kedatangan mereka berdua...nyonya lan tau..pasti kakek astana tidak tertolong nyawanya...

mulai hari itu...tinggalah lukita bersama tabib abah aseng...

Abah aseng dan nyonya lan sangat senang dan kagum dengan lukita...anaknya rajin dan cepat tanggap...
Bahkan orang2 dilingkungan rumah mereka juga sangat senang dengan lukita...

Toko selalu ramai,Pembeli selalu antri...dan lukita sudah sangat cekatan melayani pembeli dan memilih2 obat.semenjak lukita tinggal dirumah abah aseng...penduduk kota dayangan semua sudah kenal dengan lukita...karena keramahan nya jg ringan tanganya...

Waktupun terus berjalan...tak terasa sudah lebih 3bulan semenjak kakeknya tiada...lukita tinggal disana...

suatu malam sebelum tidur...lukita memandangi langit kamarnya...ia teringat seorang temannya...
Perbol...lagi apakah kau disana???Maafkan aku yg lupa pamit denganmu...
Hatinya sangat ingin mengajak perbol ikut denganya,
tapi,dia sungkan dengan abah aseng...mereka sudah menolongnya..menerimanya disini...dia tidak mau merepotkan mereka lagi...

dan tiba2 wajah kakeknya pun terbayang dipelupuk matanya...dia melihat sang kakek tersenyum memandangnya...
Kakek...aku rindu...aku sayang kakek..Bathin lukita,
tak sadar air mata mengalir dr sudut matanya...
dan tanpa terasa...diapun terlelap....

Setelah kejadian kakeknya mati karena bisa ular..lukita bertekad untuk belajar dan memperdalam ilmu pengobatan...terutama tentang racun dan bisa2 ular atau hewan lain yg sangat berbisa..kitab2 pengobatan abah aseng,tiap malam sebelum tidur selalu dibacanya...
bahkan lukita mulai mencoba,menciptakan obat2 baru yg lebih mujarab dan lebih cepat reaksinya...
otaknya yg encer...kemauan nya yg kuat...semangatnya yg berapi2...terkadang membuat abah aseng terkagum2 dengan bocah itu.

Titisan Dewa NagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang