71. Camera Flash ✈

237 43 1
                                    

Joen menapaki tiap ubin menuju ruangan Teresa penuh amarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joen menapaki tiap ubin menuju ruangan Teresa penuh amarah. Begitu kejadian kemarin sampai ke telinga nya, dan juga melihat para wartawan berkumpul didepan hotel mereka, Joen langsung mendatangi Teresa saat itu juga.

"APA YANG KAMU RENCANAKAN?!"

Teresa menutup laptopnya, pelan-pelan melepas kacamatanya sambil menyembunyikan keterkejutan nya.

"J--joen. Tenang dul--" katanya agak terbata.

"Bagaimana? Hm? Gimana saya bisa tenang kalo didepan hotel saya dipenuhin wartawan?!" Nada bicara Joen makin tinggi, Teresa makin tersudut.

Detak jantung Teresa makin cepat berpacu, "Maaf Joen, tapi-"

Joen menghela nafasnya, "Teresa, sekarang jujur, kamu kan yang mata-matain Lyra selama ini? Membayar stalker pribadi atas perintah Presdir, kamu juga yang buat Lyra masuk ke kantor ini secara natural seolah- olah memang benar kebetulan"

Glek,

Teresa yang tersudut mengambil langkah hati-hati, membuat dirinya dan Joen agak lebih berjarak lagi.

"Dari awal, memang aku gak mau berada di posisi ini Joen. Mengertilah"

Joen membuang wajahnya, mengusapnya frustasi.

Sudah dia duga kalau dinas Presdir kali ini terlalu misterius dan ganjil baginya.

Bahkan Joen dan Brian, orang terdekat Presdir di kantor ini saja tidak mengetahui dengan jelas apa yang sebenarnya yang di inginkan presdir.

"Kalau punya hati nurani, setidaknya jangan membayar terlalu banyak wartawan untuk menunggu didepan hotel. Juga kalau memang kamu manusia, izinkan saya memecat stalker suruhan mu itu"

Itu kata Joen sebelum membanting pintu dan berjalan keluar.

Teresa merosot ke lantai, dari awal dia sudah mempersiapkan diri untuk suatu hari nanti akan menghadapi kemarahan Joen padanya.

Dan hari itu telah terjadi. Teresa tidak mampu berkata-kata. Menjelaskan pun dia tidak sanggup.

Dengan tangan kebingungan dia meraih ponselnya, menelpon wartawan suruhan nya, "Iya ini aku, aku dengan resmi menarik kalian kembali. Tolong berhenti sekarang"

"Tidak bisa nona, pihak agensi menyadari kalau suruhan nona adalah calon berita ekslusif kota ini. Bagaimana anda bisa menemukan anak dari mendiang Misoo? Cucu dari Presdir Mszxo?"

Ponsel Teresa terjatuh begitu saja, tangan nya bergetar. Dia harus bagaimana.

Ini sudah terlambat. Sekarang, rencananya memakan dirinya sendiri.

"Joenn-- Joenn-- aku harus bagaimana? Aku minta maaf Joen" Teresa menangis, memeluk kedua lututnya dengan panggilan yang masih tersambung.

✈✈✈

I See You Capt! ✈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang