92. Someone like you, mother ✈

74 16 4
                                    

Keyna menggulung lengan bajunya, baru turun dari mobil, namun halaman gedung pengadilan sangat ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keyna menggulung lengan bajunya, baru turun dari mobil, namun halaman gedung pengadilan sangat ramai.

Banyak wartawan dan warga-warga kepo yang antusias melihat bagaimana ending dari kasus paling diminati belakangan.

"Orang-orang sinting ini tau apa sih?" Kean, melirik ogah ke beberapa warga yang menatap mereka aneh.

Biasalah, perbedaan ras yang sangat mencolok pasti mengundang perhatian.

"Apa liat-liat?!" Keyna makin melotot, semakin dilirik semakin melotot pula matanya. Pada kerumunan yang diam saling menatap dengan Keyna dan Kean.

"Hey" kontak mata dengan beberapa kerumunan netizen lokal itu terputus, Keyna menoleh kebelakang, menemukan senyum sumringah pak kiming dan wajah khawatir Bu Joy.

Yang awalnya Keyna biasa aja dan cenderung emosi tiap liat kerumunan orang yang bisa aja haters yang setiap hari komentarin berita dengan kalimat-kalimat kasar jadi mewek mendadak. Dia langsung memeluk Bu Joy.

Bu Joy menepuki pundak Keyna, sama sedihnya. "Ayo masuk"

Tidak menghiraukan kerumunan yang semakin banyak memenuhi gedung luar pengadilan itu, Keyna dan bu Joy masuk. Di ikuti pak kiming dan Kean dibelakangnya.

.
.
.

Sudah waktunya ya?

Sudah seminggu berlalu semenjak persidangan ditunda. Lyra menatap keluar jendela kecil disana, matahari itu, diselimuti awan. Membuat suasananya semakin dingin karena musim telah berubah.

Lyra hanya menatap kosong kemudian memejamkan matanya untuk berusaha mengingat wajah bundanya. Menggabungkan foto-foto bundanya semasa muda dan khayalan nya seolah bundanya berbicara padanya.

Mengkhayalkan senyum bundanya, sudut bibirnya menjadi terangkat seraya air matanya yang jatuh tanpa aba-aba,

'Bunda, " lirihnya.

Lyra berharap, disaat-saat seperti ini, bundanya hadir, memeluk dirinya erat dan membawanya pergi dari tempat dimana dia selalu mendapatkan masalah.

"Lyra kangen Bun,"

Lyra menggigit bibir bawahnya, rasanya sakit sekali. Mengkhayalkan wajah bundanya yang semakin memburam karena wajahnya mulai bercampur dengan beberapa wajah orang lain. Dadanya menjadi sesak. Pada akhirnya, dia menangis. Kali ini tangisnya meledak padahal sebelumnya bahkan Lyra tidak bisa mengeluarkan air matanya.

Lyra berjongkok, memukul dadanya sangking sakitnya, mengeluarkan tangisnya di ruangan kosong tanpa penghuni penjara disamping kanan kirinya karena Joen membayar pihak disana untuk mengosongkan nya.

Tahapan inilah yang paling menyakitkan. Saat pelan-pelan dia lupa bagaimana wajah orang yang paling dia cintai. Saat Lyra tidak mampu mempertahankan ingatan nya untuk sekedar mengingat-ngingat atau mengenang wajah mereka.

I See You Capt! ✈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang