94. London, and its memories ✈

82 16 2
                                    

"Kenapa? Harusnya Lo bisa senang sedikit Lyr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa? Harusnya Lo bisa senang sedikit Lyr. Publik jadi pihak Lo sekarang. Jihyo dipenjara, masalah saham juga sudah clear, Lo bener-bener gak bersalah, jadi--*

*Apa yang bikin Lo bingung key?"

Keyna mengerutkan alisnya, pelan-pelan alisnya berkerut. Lyra mengulum bibirnya, menghindari tatapan Keyna dan lebih memilih menatap jendela dengan banyak butiran hujan disana.

Keyna menjadi marah karena barusan, dia lagi-lagi ditolak untuk menemui Lyra. Dia menunggu cukup lama sambil membuat keributan disana sampai akhirnya Lyra mau menemuinya.

Keyna kira, ekspresi Lyra akan sebahagia dirinya. Namun ternyata tidak, yang dia temui hanyalah wajah datar Lyra yang seolah disidang barusan itu bukanlah sesuatu yang melegakan baginya.

Apalagi yang Keyna lewatkan?

"Apa yang Lo sebutkan itu, gak ngerubah apapun Key. Nama gue terlanjur jelek, publik itu penjilat, mereka itu kayak babi yang buta. Dengar ini, ya mereka langsung percaya terus ngebenci. Kalo ternyata mereka salah, mereka bisa dalam sekejap berubah kepribadian. Jujur gue masih dendam. Apa yang mereka lontarkan ke gue itu key, bukan lagi hinaan yang bisa gue toleransi"

Keyna paham situasinya, dia juga berusaha mengendalikan hate comment yang membludak beberapa waktu lalu. Jadi, dia tahu betul apa isi dari beberapa patah kata yang semuanya tidak beradab itu

"Gue juga gabisa nutup mata begitu aja dan kembali hidup normal kayak semua ini gak pernah terjadi key, gue hampir bunuh Jiho, apa Lo lupa? Dan ya, setelah semuanya berlalu, setelah semuanya repot karena gue, gue gak berubah sama sekali"

Keyna menggeleng, dia menangis "Apanya yang harus berubah lyr? Gada yang perlu dirubah dari elo" suaranya bergetar.

"Look at me Key! Gue tau Lo sahabat gue tapi Lo liat gue! Apa yang tersisa dari gue key? Gak ada! Gue ini pembunuh! Gue itu cuma beban yang ngais belas kasihan kalian semua! Bener kata Jiho, selama ini gue cuma berlagak paling tersakiti dan bikin semua orang iba sama gue. Gue bahkan udah nyerah sama diri gue sendiri key"

"Lo ngomong apasih lyr? Lo bukan pembunuh! Paling tersakiti apanya lyr, please" Keyna menggeleng, sedangkan Lyra masih terus bersikeras tentang apa yang dia katakan.

"Gue udah cukup berulah key, gue gak mau lagi repotin orang-orang disekitar gue. Satu-satunya hal yang buat semua ini runyam adalah keberadaan gue sendiri key. Gue gak sanggup menutup mata dan untuk kesekian kalinya harus ngelanjutin hidup disaat gue bahkan gak bisa ngeliat bagian dari kehidupan itu sendiri. Gue ga bisa lagi maafin penglihatan gue key, gue udah capek kayak begini terus"

"Lyr, stop. Ini salah. Gue tau beberapa waktu ini berat banget buat Lo, tapi please jangan nyerah begini, lyr" untuk sekedar meyakinkan Lyra dengan banyak kalimat pun Keyna tidak bisa. Menahan tangis membuatnya jadi sulit berbicara dan berpikir cepat

"Lo gak perlu bantu gue lagi, seperti yang Lo bilang. semuanya udah selesai. Untuk hal itu, gue ngerti key. Gue paham tentang apa yang coba Lo sampein ke gue tadi. Iya, gue bersyukur karena kakek datang dan memperjelas semuanya. Gue seneng ini udah berakhir key, tapi gue belum selesai sama diri gue sendiri. Jadi gue mohon buat Lo jalanin hidup yang-- damai. Tanpa gue dan masalah-masalah yang terus berdampak ke elo dan buang-buang waktu Lo key. Please"

I See You Capt! ✈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang