Mina, Brian dan Joen sibuk. Mengurus kantor.
Desas-desusnya, Presdir tidak melakukan apapun di Hawaii sehingga meninggalkan banyak dokumen tertumpuk di kantor Brian.
Brian dan Mina jadi kewalahan, Brian menghadiri rapat dan pertemuan sana-sini sedangkan Mina membantu mengerjakan dokumen di kantor Brian.
Joen? Jangan ditanya. Orang itu telah menjadi ninja, kadang di Jepang, kadang di New York. Pokoknya Joen udah kayak teleportasi.
Besok Minho akan kembali bekerja, tersisa Jaehyun dan Ben.
Keyna pulang, mengantar berbagai urusan kantor. Sekalian menggantikan Lyra yang tidak bisa ikut kembali ke korea.
"Gimana om?"
Minho terlihat lelah, dia menggeleng ketika barusan keluar dari kamar Lyra yang beberapa hari ini dikunci rapat-rapat sejak hari itu.
"Ben, panggil dokter Joen yang kemarin, sekalian pesen makanan buat Lyra. Om mau panggil Mina buat bantuin urusin Lyra. Jeff--"
Jaehyun berkedip, siap siaga. "--kamu coba bujuk dia supaya mau makan"
Minho dan Ben pergi. Membuat Jaehyun langsung meraih knop pintu kamar Lyra.
Jaehyun bingung, sepertinya Lyra belum beranjak dari tempat tidur berhari-hari. Rambutnya basah karena keringat, wajahnya pucat dan berminyak, matanya bengkak, dan Lyra meringkuk kearah berlawanan dari sinar jendela.
"Lyr.." panggil Jaehyun. Namun Lyra masih tertidur pulas.
Jaehyun menghela nafasnya, dia duduk di pinggir ranjang, menunduk dan memegangi kepalanya frustasi. Kemudian ia merogoh sakunya, mengeluarkan kalung yang waktu itu akan ia berikan pada Lyra saat confess.
Kalau dipikir-pikir malam itu Jiho mengacaukan segala rencana dan momen bahagianya.
Dan bahkan, Jaehyun maupun Lyra, tidak pernah benar-benar saling menyatakan perasaan mereka masing-masing setelah kehilangan momen confess waktu itu.
Setelah bertemu kembali, keadaan seakan mengalir begitu saja. Mereka bertemu dan berinteraksi seperti biasa. Ya-- mendekati seperti pasangan, tapi-- Jaehyun tidak pernah menyatakan perasaan nya.
Dia sama sekali belum pernah confess, atau memperjelas hubungan mereka berdua.
Sampai akhirnya Jaehyun kaget, saat Lyra bilang dengan tegas, kalau dirinya adalah milik Lyra didepan Jiho.
Jaehyun menoleh kebelakang, menatap punggung Lyra yang tertidur. Pelan-pelan Jaehyun ikut tidur, di belakang punggung Lyra.
Dia menyangga kepalanya, tangan bebas nya mengelus kepala Lyra. Tidak terjadi apa-apa selama beberapa menit.
"Lyr, bangun dong. Saya mau-- mau bilang sesuatu sama kamu"
Jaehyun tau dia berbicara sendiri. Dia hanya menatap kosong kearah depan sambil tangan nya masih mengusap lembut surai Lyra.
"Malem itu, saya mau kasih kalung ini. Tau gak? Kalung ini dipilih sama empat cewek sekaligus. Bunda, Kat ital, kak Jess, sama--"
Jaehyun diam sejenak, kemudian melanjutkan
"--sama mba-mba yang jaga tokonya, hehe""Saya udah latihan, berulang kali mengulang dialog yang sama. Tapi sampai sekarang pun kok saya masih aja gugup, Lyr"
"Saya sadar, hubungan kita itu, gak jelas. Iyakan lyr? Saya gak pernah memperjelas hubungan kita karena kehilangan momen yang harusnya jadi malam dimana hubungan resmi kita dimulai, lyr"
Diam, Jaehyun berhenti bergumam.
"Saya-- saya jatuh cinta sama kamu Lyra"
"Saya sudah jatuh cinta dari awal kita ketemu di bandara. Saya bahkan terpesona lagi dan lagi, jatuh cinta lagi dan lagi setiap mikirin kamu.." Jaehyun menyunggingkan senyum, dia terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You Capt! ✈
FanfictionJung Jaehyun. Pilot tampan yang jatuh cinta dengan Lyra. Gadis yang bahkan tidak pernah melihat wajahnya dengan jelas. ✈Sudah tamat✈