2

467 22 0
                                    

Riyan—anak ke tiga dari keluarga Pradigta sedang sibuk bermain handphone di ruang keluarga sendirian. Bahkan riyan sama sekali tidak menonton televisi yang sedang menyala saat ini.

Karina berjalan mendekati abannya itu lalu mengambil alih remot di atas meja.

"Ngapain di pindahin?" protes riyan kepada adik bungsunya itu.

Karina melirik riyan dengan raut wajah bingung. "Kan gak bang iyan tonton. Makanya karin pindahin." jawabnya.

"Itu lagi iklan, makanya bang iyan gak tonton." jelasnya.

"Yaudah giliran, kan masih iklan. Nah sekarang giliran karin." ujar karin tak mau kalah.

"Lagian aneh banget bang iyan. Gak biasanya jam segini ada dirumah?!" Heran karina. Pasalnya Riyan itu selalu pulang jam 6 sore. Tapi sekarang jam 4 sore riyan malah ada dirumah.

Riyan menyimpan handphonenya di atas meja. Dan mengambil remot di tangan adik bungsunya itu secara tiba-tiba. "Lagi libur!" jawabnya.

Riyan langsung mengganti saluran televisi keacara yang dari tadi ia tonton.

"Ihhh bang iyan, kok malah di ganti?!!" protes karina kepada abang ketiganya itu.

"Sekarang Bang iyan tanya, siapa yang duluan ada disini??" tanya riyan kepada karina.

"Bang iyan."

"Yaudah. Yang muda harus ngalah."

"Dimana mana itu yang tua yang harus ngalah." kesal karina.

"Abang itu jarang banget nonton tv jam segini. Nah mumpung bang iyan lagi libur kamu harus ngalah sama bang iyan."

"Tau ah BETE!!" karina menekuk wajahnya kesal. Riyan yang melihat pun hanya tertawa saja melihat karina yang terlihat marah kepadanya. Jarang sekali dia marah seperti ini kepadanya. Biasanya dia akan kesal kepada regan atau enggak revan.

Taklama reynal pun keluar dari kamarnya dan berjalan menghampiri karina dan Riyan.

"Kenapa nih?" tanya reynal kepada karina. Reynal pun duduk disebelah adik bungsunya itu dan langsung mengelus rambutnya lembut. "Tuh bang iyan gak mau ngalah sama aku!" adunya kepada reynal.

"Ngalah kenapa?" heran reynal.

"Masa aku mau nonton tv gak boleh." kesalnya.

Reynal melirik kearah abangnya itu  dengan raut wajah yang kebingungan.

Seolah paham maksud dari tatapan reynal. Riyan pun memberi kode kepada adiknya itu agar tidak membelanya.

Reynal yang mengerti maksud dari tatapan itu pun mengangguk saja. Riyan hanya ingin mengerjai adik bungsunya itu.

"Udah ngalah aja sama yang tua." ujar reynal kepada karina. "Ihhh kok malah belain bang iyan sih?!!"

Kekesalan itu malah semakin menjadi ketika abang kesayangannya itu malah membela Riyan.

Di lain tempat regan sudah siap untuk pergi keluar sebentar karena ada urusan mendadak.

Dia pun berjalan kearah ruang keluarga berniat untuk berpamitan kepada abang-abangnya.

"Bang, gue izin bentar keluar." ujarnya kepada abangnya.

"Mau kemana?" tanya riyan.

"Ada lah. Gak lama kok. Bentar doang."

"Yaudah magrib harus udah pulang." ujar Riyan memberi izin. "Siap bos!!" regan pun bersiap untuk pergi, namun sebelum pergi dia mencubit pipi embul karina terlebih dahulu secara tiba tiba. "Assalamualaikum!!"

Pradigta (BTS Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang