59

236 14 2
                                    

Malam ini Regan dan Revan tengah meminta izin untuk pergi keluar sebentar. Regan tidak bilang ingin pergi menonton balapan. Kalau sampai bilang, mungkin Galen—ayahnya itu tidak akan mengizinkan dia dan Revan pergi.

"Pulang nya jangan malam-malam." kata Galen setelah memberi izin.

Tidak begitu sulit meminta izin kepada sang ayah. Berbeda jika meminta izin kepada Bunda dan juga Abang-abangnya yang lain.

"Terus bunda gimana yah? Gimana kalau bunda gak ngizinin?" Tanya Regan meminta solusi.

"Bilang saja. Ayah sudah izinin." kata Galen apa adanya.

"Tapi kalian sudah solat isya kan? Kalau belum ayah gak jadi ngizinin!"

"Udah ya. Tenang aja."

Regan dan Revan pun keluar dari kamar Orang tuanya itu. Tujuannya kali ini adalah Bundanya. Mereka harus pergi berpamitan kepada bundanya.

"Gue mah gak suka bohong. Jadi lu aja yang ngomong." bisik Revan.

"Lah emang gue suka? Sama aja kali. Bohong itu gak baik!" balas Regan.

"Terus gimana?"

"Ya gimana lagi, udah terlanjur bohong. Lagi pula kita gak terlalu bohong kok. Kan emang bener mau nongkrong sama bang bara, cumn bedanya nongkrongnya sambil nonton dia balapan, hahah" Regan sedikit tertawa seusai berbicara barusan.

Regan dan Revan pun berjalan kearah dapur. Bundanya tengah sibuk membersihkan dapur bersama Riyan. Patner bersih-bersih bunda.

"Bun.." panggil Regan.

Rianti berbalik menatap Kedua anaknya itu. "Kenapa nak? Mau sesuatu?"

"Bun, kita mau pergi keluar sebentar. Udah izin juga kok sama ayah." kata Regan to the point.

"Mau kemana?"

"Nongkrong kaya biasa, sama temen-temen." balasnya. Rianti terdiam sebentar lalu mengangguk setuju.

"Iya boleh, asal pulangnya jangan malem-malem. Dan jagain adeknya." Regan tersenyum lega, lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Inget dek, pulangnya jangan malam-malam. Walaupun bang Bian belum pulang, tapi dia pasti bakal nanyain kamu dimana. Terus nyuruh pulang deh kalau udah terlalu malem." sahut Riyan sambil mengelap piring yang sudah kering.

"Iya bang."

"Yaudah bun, Kita pergi dulu ya?"Regan dan Revan pun menyalami tangan Bundanya itu. Lalu menghampiri Riyan juga untuk berpamitan.

Mereka berdua pun pergi meninggalkan Rumah.

...

Karina berjalan kearah kamar Revan untuk meminjam pulpen, pulpen miliknya sudah habis dan entah kemana yang lainnya.

"Bang..." panggilnya di depan pintu kamar.

Tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

"Masa sih udah tidur?" katanya kepada dirinya sendiri.

"Bang Revan?!!" panggilnya lagi.

Tok!tok!tok!!!!

Karina membuka pelan pintu kamar abangnya itu. Terlihat sepi dan damai. Sepertinya abangnya itu tidak ada didalam kamar.

"Bang Revan?" panggilnya lagi memastikan kalau benar Revan tidak ada dikamar.

Karina kembali menutup kamar Revan. Dan berpindah kekamar Regan.

"Bang Regan?" panggilnya dari luar.

"Ini pada kemana sih? Heran banget deh. Apa di bawah ya?" Sendari tadi karina terus bertanya kepada dirinya sendiri.

Pradigta (BTS Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang