29

269 11 0
                                    

Karina, hana, dan vidia berjalan kearah lapangan upacara untuk melakukan senam pagi.

"Baju lo kok kaya beda kar?" tanya vidia. Sedaritadi vidia memperhatikan baju milik karina yang terlihat beda, mungkin warna nya tidak terlihat seperti nya.

Karina menatap bajunya itu. "Ini bukan baju gue, baju abang gue."

"Kok bisa?"

"Gue lupa gak bawa baju olahraga." jawabnya berterus terang. Vidia hanya mengangguk paham saja.

Karina dan kedua temannya berbalik kearah belakang karena suara yang riuh di belakang sana. Ada apa?

"Ada apa tuh?" tanya vidia kepada hana.

"Gak tau." hana pun mulai melangkahkan kakinya mencari tahu ada apa disana. Diikuti oleh karina dan vidia di belakangnya.

Ternyata keramaian itu terciptakan oleh seorang siswa yang terkena hukuman karena tidak memakai baju olahraga sekolah.

Bu nani, selaku guru BK pun menjewer kuping orang tersebut. "Regan! Kenapa kamu gak pakai kaos olahraga?" tanyanya. Regan hanya mengaduh saja. "Lupa bu," alibinya.

"Ibu gak percaya."

"Kapan ibu percaya sama saya?" tanya regan dengan santainya. "Ibukan gak pernah percaya sama saya. Padahal bu ni ya, saya itu anaknya jujur, suka menabung, rajin solat juga. Gak pernah durhaka sama orang tua." jelas regan memuji dirinya sendiri.

"Oh ya? Terus yang kemarin ambil sendal swallaw saya waktu di masjid siapa? Heum?!" tanya bunani dengan perasaan gemasnya.

"Bukan ngambil bu, saya cuman pinjem aja. Cuman gak bilang." regan masih terus berusaha membela dirinya itu.

"Terus kenapa revan bisa gak lupa sama baju olahraganya? kalian kan adik kakak. Satu rumah juga." tanya bu nani.

"Namanya juga manusia bu, tidak luput dari lupa."

"Dosa re, bukan lupa!" sahut yusuf sambil tertawa puas.

"Sama aja." jawab regan.

"Baik, buat hari ini ibu maafin kamu, tapi ada syaratnya!"

Regan menatap gurunya itu bingung. Persyaratan apa?

"Kaya mau masuk kerja aja pake persyaratan." celetuknya. Bu nani yang mendengar ucapan regan barusanpun menatapnya tajam.

"Bercanda bu." ucap regan merasa takut.

"Jadi instruktur senam pagi ini!" singkat, jelas, dan padat.

"Apa?!" kagetnya. "Ibu yakin mau jadiin saya instruktur senam? Gak bakal nyesel?" tanya regan sambil berusaha bernegosiasi.

"Sebenernya sih saya gak yakin. Tapi karena ini hukuman, jadi mau tidak mau kamu harus mau!" tegasnya.

"Katanyanya udah di maafin, tapi masih aja di hukum." gunamnya.

"Bu, mendingan sebelum terlambat ibu batalin aja hukuman itu. Ibu kaya gak tau regan aja!" sahut riko.

"Iya bener tuh bu, yang ada nanti kita bukan senam." timpal agus. Semua teman-temannya regan mencoba untuk menolak persyaratan guru nya itu. Namun berbeda dengan sekelompok siswi yang sudah tidak sabar melihat regan jadi instruktur senam di pagi ini.

"JANGAN BU! UDAH GAK PAPA, KAK REGAN AJA!!" teriak mereka kompak. Regan tersenyum malu, waw fansnya semakin banyak saja, heheh.

"Iya bu, gak papa kok mendingan regan aja." sahut salsa meyakinkan bu nani.

"Abang lu banyak banget fans nya." bisik vidia kepada karina. Kirina pun sama halnya tidak menyangka. Tapi perasaannya kali ini merasa bersalah kepada abangnya itu. Gara-gara dia. Abangnya itu jadi harus kena hukuman.

Pradigta (BTS Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang