93

213 15 2
                                    

Abian Pradigta.

Dirumah sakit inilah Abian mulai membukakan Hatinya untuk siapapun.

Rasanya sekarang waktunya ia mencari pasangan Hidup.

Mencari siapa yang cocok untuk ia jadikan sebagai Istri dan Ibu dari anak-anaknya.

Benar kata Kakeknya dulu. Ia harus bisa memikirkan masa depannya tersebut.

Membuat Keluarga yang ia inginkan.

Dengan anak dan Istirnya yang ia sayangi nanti.

Abian Mulai mendekatkan Diri dengan Sindi. Gadis yang selama ini selalu bersabar menunggunya.

"Kamu mau mencoba dengan ku?" Tanya Abian sedikit ambigu.

"Huh? Maksud kamu?" Tanya Sindi tak mengerti.

"Maksudku. Aku ingin mencoba mencintai seseorang, mungkin kamu. Aku ingin mencoba membuka lembaran kisah cinta ku dengan mu??"

Sindi tetap belum mengerti, ia terlalu kaget mendengan ucapan Abian ini.

"Kalau kamu mau, mari kita jalani hubungan ini." Lanjut Abian.

Sindi mengerti sekarang maksud dari ucapan Abian barusan. "Apa kau ingin mengajak ku pacaran?" Tanya Sindi sedikit Ragu.

"Bukan pacaran. Tapi aku ingin mencoba semuanya dengan serius. Pacaran itu hanya untuk anak Remaja. Aku sudah tidak Remaja lagi."

"Abian. Aku kaget banget kamu bilang kaya barusan. Tapi iya. Aku mau mencoba dengan serius lagi." Jawab Sindi tanpa basa basi lagi. Hatinya terlalu bahagia jika harus di utarakan dengan kata-kata.

"Besok aku mau mengajak kamu kerumah ku? Kamu mau?" Tanya Abian memastikan.

"Mau. Aku mau." Jawab Sindi begitu cepat. Mungkin ia tak sabar.

Abian tersenyum manis kearahnya.

***

Abian membawa Sindi Kerumahnya untuk diperkenalkan kepada Bunda dan Ayahnya. Serta adik-adiknya yang lain.

Ini pertama kalinya Abian membawa seorang wanita kerumah untuk diperkenalkan kepada keluarganya.

"Ayah, Bunda. Mungkin kalian Sudah kenal dengan Sindi waktu itu. Sindi ini adalah Teman Abian sekaligus Dokter juga dirumah sakit yang sama dengan Abian.
Abian mengajak Sindi kerumah karena, Abian ingin memperkenalkan Sindi lebih serius lagi kepada Ayah dan bunda." Kata Abian panjang Lebar.

Rianti dan Galen hanya tersenyum saja kearah Sindi.

Begitu juga dengan Sindi. Ia terlihat gugup dan malu-malu.

"Abian sudah pernah bilang kepada Ayah dan bunda kalau Abian akan memperkenalkan seseorang kepada kalian berdua kalau Abian sudah siap untuk masa depan Abian. Dan Sindi—" Katanya sambil melirik Kerah Sindi sebentar.

"Sindi adalah seseorang yang sudah membuat Abian menyadari akan masa depan itu."

Begitu manisnya ucapan Abian. Sindi semakin tak karuan mendengarnya.

"Ayah dan Bunda akan mendukung keputusan kamu nak. Bagaimanapun juga ini adalah hidupmu. Ayah sama Bunda hanya bisa memberi restu kalau niat kalian memang baik." Galen menepuk pelan Bahu kokoh Abian. Ada sedikit Rasa ragu dalam hati Abian. Entah Apa itu, Abian juga bingung.

"Bunda juga sama. Apapun keputusan kamu, Bunda akan suport kamu. Sindi juga kelihatannya baik. Dia sangat cocok untuk kamu." Rianti tersenyum manis kearah Abian dan Sindi secara bergantian.

"Terimakasih Tante." Sindi merasa tersanjung dengan ucapan Rianti barusan.

"Adek-adek yang lain mana bun?"

Abian sama sekali belum melihat keberadaan Adik-adiknya tersebut. Kemana mereka.

"Kita disini bang." Sahut Regan berjalan memimpin yang lainnya.

"Kenalin ini Namanya Kak Sindi." Kata Abian kepada adik-adiknya.

"Udah tau. Kan waktu itu udah kenalan." Kata Karina sedikit dingin.

"Adek. Masa gitu Jawabnya." Tegur Rianti merasa tak enak kepada Sindi.

Karina masih belum bisa melihat Abian membawa seseorang kerumahnya ini.

"Hai kak Sindi. Saya Regan"

Sindi hanya tersenyum dan mengangguk kecil kearah Regan.

"Kok mau sih kak Sindi sama Bang Bian?" Tanya Regan tiba-tiba.

"Maksud kamu apa dek?" sahut Riyan.

"Ya mau tanya aja. Emang gak Boleh?"

"Jangan nanya yang Aneh-aneh." Tegur Abian kepada Adiknya tersebut.

"Itu bukan Aneh bang. Itu pertanyaan biasa." Balas Regan tak mau kalah.

"Kita sudah lama kenal. Abian juga orangnya baik. Seiring berjalannya waktu, mungkin karena kita sering ketemu juga. Timbul rasa yang berbeda di antara kita. Dan jika kamu tanya, kenapa saya mau sama Abian? ya karna itu Alasanya." Regan tersenyum kearah Sindi.

"Menurut Gue, kayanya bang Bian yang beruntung dapetin kak Sindi deh. Gue setuju sama hubungan kalian." Katanya sambil mengajak Abian bersalaman.

Semua hanya diam. Memperhatikan kelakuan Regan tersebut. "Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Regan kepada Yang lainnya.

"Gak ada sayang. Kamu benar. Ayok sekarang duduk yang benar." Kata Rianti menyuruh anaknya itu untuk duduk kembali.

Mereka pun saling mengobrol satu sama lain. Tapi tidak dengan Revan dan Karina. Hanya mereka berdua yang terlihat seperti belum setuju.

***

"Om Dokterrrr!!!!" Teriak Anak kecil berumur 5 Tahun itu kepada Abian.

Setelah 2 minggu kemarin Abian mengajak Sindi kerumahnya. Dan dia kerumahnya Sindi. Tiba-tiba saja minggu ini Abian bertemu lagi dengan seseorang yang ia Rindukan selama ini.

"Hai sayang? Gimana sekolahnya?" Tanya Abian. Sambil memangku tubuh kecil anak tersebut.

"Seru! Aku punya banyak teman, Om Dokter!!" Katanya Begitu antusias.

"Oh ya? Kamu jadi anak yang baikkan di sekolah?" Tanya Abian kepadanya lagi.

"Iya dong! Aku dapat nilai seratussss!!!"

Abian tersenyum kearahnya lalu berkata. "Anak pinter."

"Arum!!!" panggilnya.

"Bundaaaaaaa"

Aisyah berjalan cepat kearah Abian dan Arum. "Kan bunda sudah bilang jangan lari-lari." Omelnya datang-datang.

"Bunda lama jalannya! Aku udah kangen sama Om Dokter!" Arumpun memeluk Leher Abian lalu menyembunyikan wajahnya di Leher tersebut.

"Kamu gak boleh gitu sayang. Kasihan bundanya kecapean ngejar kamu." Kata Abian menasehati Arum.

"Maaf bundaaaa"

Aisyah pun mengusap Rambut anaknya tersebut lembut. "Lain kali jangan kaya gini lagi, ya? Janji?"

"Janji."



Team Abian Sindi atau Abian Aisyah???







Jangan lupa vote:)

Pradigta (BTS Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang