52

294 16 2
                                    

Ternyata benar firasat Regan barusan. Sekarang motornya dihadang Oleh Empat orang yang tak ia kenali.

Regan pun memberhentikan motornya tepat di depan mereka berempat.

"Siapa mereka bang?"bisik Revan bertanya kepada Regan.

"Turun lo!" katanya dengan nada bicara yang tidak bersahabat. Orang itu menggunakan masker diwajahnya. Jelas Regan tidak tahu siapa mereka semua.

Apa mereka masih orang yang sama dengan orang yang sudah mengeroyok dirinya waktu itu?

"Van, pegangan. Gue mau tancap gas!" intruksi Regan dengan pelan.

Tanpa banyak bertanya lagi. Revan pun memeluk erat tubuh abangnya itu.

Brum!!!!!

Motor Regan maju begitu saja melewati mereka berempat. Dengan cepat mereka pun langsung ikut menancapkan gas motornya juga untuk mengikuti Regan dan Revan.

"Bang hati hati!" kata Revan menasehati abangnya itu.

Bukannya Regan takut. Namun ini sudah malam. Regan tidak mau kalau harus berantem dengan mereka. Lagi.

Lagi pula, kalau sampai dia kenapa-napa lagi keluarganya pasti tidak akan mengizinkan dia pergi keluar.

Cukup cepat Regan mengendarai motor miliknya itu. Setidaknya sekarang dia sudah mau hampir dekat kompleks perumahannya itu.

Benar saja saat Regan berbelok kearah Kompleksnya, orang yang mengikutinya baruspun tidak lagi mengikutinya sampai sini.

Setidaknya malam ini mereka aman. Tidak terjadi apa-apa.

Sesampainya di depan Rumah. Revan turun dari motor milik Regan lalu menatap abangnya itu penuh tanya.

"Lu tau siapa mereka bang?"

"Enggak, gue gak tau."

"Apa mereka si dino ya?" kata Revan menebak nebak saja.

"Dilihat dari motornya barusan. Kayanya beda. Tapi gue juga gak tau pasti." kata Regan.

Tak lama muncul Abian dari dalam Rumah.

"Kenapa gak masuk?!" tanyanya. "Ini udah malem? Cepet masuk!" titahnya.

"Van, jangan ceritain masalah barusan ke yang lain." kata Regan mewanti-wanti Revan.

"Iya."

Mereka berdua pun masuk kedalam Rumah. Mengikuti abian yang berjalan di depannya.

Ternyata abangnya yang lain juga belum tidur. "Kan udah dibilang jangan malem-malem!" Omel Riyan.

"Baru juga jam sepuluh." jawab Regan..

"Tapi ini udah malem Regan."

Regan memutar bola matanya malas. "Ganti baju, dan langsung tidur!" titah Abian.

Sebelum pergi tiba-tiba saja handphone Regan bergetar. Ada telfon masuk dari Gavin.

Dia pun mengangkat telfon tersebut sebelum naik keatas.

"Hallo?"

"Re, lu balik aman kan?" tanyanya dengan nada cemasnya.

"Aman. Kenapa?"

"Gue barusan gak sengaja liat si dino nyuruh orang buat ngikutin motor lu!" katannya lagi. Jelas Regan kaget. Ternyata benar dugaan Revan barusan. Dialah biangkeroknya.

"Thank informasinya vin."

"Oke Re" sambungan telfon pun dimatikan begitu saja.

Regan melirik kaarah abang dan adiknya karena mereka sedang memperhatikannya sedari tadi.

Pradigta (BTS Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang