44

298 13 0
                                    

Abian bersiap untuk pergi keruangan Regan, hanya untuk mengecek kondisi adiknya itu saja.

Namun saat ingin berbelok tak sengaja dia berpaspasan dengan salah satu dokter rumah sakit itu juga.

"Dokter bian. Mau kemana?" Tanyanya.

"Saya mau keruangan adik saya, kebetulan adik saya sedang sakit dan dirawat di rumah sakit ini." Jelasnya.

"Adik kamu?" Tanyanya lagi memastikan.

"Iya."

"Siapa?"

"Namanya Regan."

"Apa aku boleh ikut jengukin adik kamu?" tanyanya sedikit Ragu-ragu.

Abian mengangguk kecil. "Silahkan." Mereka berdua pun pergi bersama beriringan menuju kamar Rawat Regan.

Saat sudah sampai, Abian menatap Bingung kearah keluarganya yang sedang duduk menunggu diluar, kenapa tidak di dalam saja?

"Bunda?!" panggilnya.

Rianti yang merasa di panggil pun menatap kedatangan Abian dan juga salah satu dokter yang barusan tadi pagi mengecek kondisi Revan. "Sayang."

"Kenapa diluar?" tanya Abian to the point.

"Di dalem ada temen-temennya Regan sama Revan. Jadi kita tungguin di luar dulu deh." Jelas Rianti.

Rianti melirik kearah dokter cantik yang berada di dekat Abian. "Dokter?" sapanya. Dokter itu hanya tersenyum manis menanggapi sapaan barusan.

Abian pun memperkenalkan Teman dokternya itu kepada sebagian anggota keluarganya tersebut. "Oh iya bun, kenalin ini namanya Dokter Sindi, Teman bian juga waktu di kampus. Dan kebetulan sekarang satu rumah sakit juga." Jelas abian. Memperkenalkan Sindi kepada bunda dan keluarganya yang lain.

"Saya Rianti, Bundanya Abian." Mereka pun saling berkenalan satu sama lain.

"Dan ini suami saya, ayahnya Abian, Galen pradigta." Rianti memperkenalkan Suaminya itu kepada Sindi.

"Sindi, om" kata sindi.

Karina berjalan kearah Abian lalu memegang sebelah tangan abangnya itu, posesif.

Abian menatap heran adiknya itu, kenapa? "Ada apa dek?" tanya abian merasa heran dengan sikap karina.

"Gak papa, mau aja pegang tangan bang bian." Jawabnya acuh.

Sindi jadi bingung sendiri harus berbuat apa di depan keluarga Abian. Namun dia mencoba tetap terlihat tenang.

"Dokter sindi, kenalin ini adik adik saya. Yang ini namanya karina adik bungsu saya, dia juga anak perempuan satu-satunya." jelas abian. Sindi tersenyum manis kearah Karina. Namun karina terlihat tidak perduli dengan senyuman itu.

Aldi menyadari sikap karina yang seharusnya tidak seperti itu pun mencoba meluruskan agar Dokter sindi tidak salah paham dengan sikap adiknya itu. "Karina memang seperti itu dok. Dia sebenarnya anaknya sangat baik. Mungkin karena baru pulang sekolah juga, mungkin capek."

"Oh iya, kenalin saya Aldi, adiknya Bang bian juga."

"Saya sindi." mereka pun saling berjabat tangan satu sama lain.

"Ayah bunda, rey kekampus dulu ya." Reynal pun berpamitan kepada seluruh keluarganya itu.

"Hati-hati ya nak." kata Rianti. Reynal menyalami semua tangan keluarganya itu.
"Assalamualaikum"

"Waalaikum salam." Reynal pun pergi dari hadapan mereka semua.

***

"Gimana kondisi lu re?" Tanya bima mewakili yang lainnya.

Pradigta (BTS Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang