14

360 13 1
                                    

Malam ini didepan meja makan semua keluarganya sudah mengumpul untuk bersiap makan malam. Namun mereka baru sadar jika salah satu anggota keluarganya itu tidak ada di antara mereka semua.

"Regan kemana?" tanya reynal yang baru saja menyadari jika adiknya itu tidak ada.

"Dikamarnya kali." jawab revan singkat.

Aldi menepuk bahu reynal pelan. "Panggilin regan sekarang." suruhnya.

Reynal pun mengangguk nurut saja dengan ucapan Aldi barusan. Diapun pergi menuju kamar Regan.

Tanpa mengetuk pintu kamar adiknya, reynal pun masuk begitu saja. Matanya langsung tertuju kepada Regan yang tengah tertidur meringkuk di bawah selibut tebalnya.

"Re, lu kenapa?" ujarnya sedikit khawatir.

Regan melirik kearah reynal, "bang? gue gak papa kok, cuman pusing aja dikit." jawabnya sedikit lemas.

"Lu sakit?"

"Enggak, cuman pusing aja. Ngantuk juga."elaknya.

"Gue panggilin bang bian ya, buat periksa lo?" tawar reynal. Reynal memeriksa suhu tubuh regan yang terasa sedikit hangat.

"Lo tunggu sebentar." Reynal pun pergi keluar kamar untuk memanggil abang sulungnya yang kebetulan seorang dokter.

"Bang?!"

"Loh regan nya mana?" tanya riyan kepada reynal.

"Bang bian, kayanya si regan sakit deh. Katanya kepalanya pusing." ujar reynal memberitahu abian termasuk seluruh keluargannya.

"Regan sakit?" tanya Rianti memastikan. Dengan perasaan cemas rianti pun pergi untuk melihat kondisi anaknya. Disusul dengan yang lainnya.

Sesampainya di kamar regan, rianti pun dengan cepat memegang dahi anaknya itu untuk memastikan suhu tubuhnya. "Apa yang kamu rasakan sayang" tanya rianti kahawatir.

"Pusing bun." jawabnya jujur.

Regan ini kalau sakit memang selalu seperti ini. Ingin selalu menempel dengan bundanya. Bahkan dia tidak merasa malu oleh yang lain termasuk kedua adiknya.
Sebelas dua belas dengan karina.

Rianti pun memijit pelan pelipis anaknya itu.
Taklama abian pun datang dengan alat periksanya.

"Nanti bang bian kasih obat buat kamu, biar gak pusing lagi." ujar abian.

"Gak mau minum obat!" tolaknya.

"Dihhh" sahut karina merasa geli dengan ucapan abangnya itu.

"Biar sembuh." tegas abian.

"Kamu kurang tidur, makanya kepalanya pusing. Kamu pasti main game sampe larut malem kan?" Ujar abian mencurigai adiknya itu.

"Eng—enggak!" alibinya.

"Alah bohong!! Udah bang marahin ajalah. Bang regan itu emang sering main game sampe larut, terus nih ya, bang revan juga sama aja. Sampe kedengeran kekamar karin kalau lagi main game, teriak-teriak gak jelas. Ganggu orang tidur!" Ujar karina memberitahu kan semuanya kepada abang sulungnya atas kelakuan abangnya itu.

"Eh bocah, gak usah jadi propokator deh lu!" sahut revan.

"Tapi bener kan? Wleeee" ledek karina.

"Udah kenapa jadi ribut sih?" Heran reynal kepada kedua adiknya itu.

Revan hanya menatap tajam kearah adik bungsunya itu. Lihat saja nanti kau?!

"Bang riyan, bunda minta tolong dong. Ambilin nasi sama lauknya sekalian buat regan makan sekarang." ujar Ranti kepada anaknya itu. Dengan senang hati riyan pun mengangguk patuh.

Pradigta (BTS Lokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang