113. Mabuk

36 3 2
                                    

Alby memijat pelipisnya sedikit pusing. Ia sangat lelah karena sehari ini ia memiliki serangkaian operasi darurat yang memakan waktu dan pikirannya cukup lama. Bahkan pagi tadi ia tidak sempat mengantar Devi pergi ke kampusnya yang memang berlawanan arah dari tempat kerjanya dan Alby merasa bersalah akan hal itu. Apalagi begitu mereka berpapasan di depan pintu apartemen Devi hanya diam saja tanpa mengucapkan satu patah kata pun padanya membuat Alby berpikir Devi pasti kecewa dengan jawabannya setiap Devi menanyakan tentang Icha padanya.

Alby juga tahu seharusnya ia segera memberitahu siapa Icha sebenarnya pada Devi sebelum gadis itu berpikir macam-macam tentangnya. Namun Alby merasa belum siap untuk kembali mengulik masa lalunya bersama Icha. Tapi begitu melihat Devi menangis kemarin malam membuat Alby meyakinkan dirinya sendiri jika ia memang harus segera memberitahu Devi tentang Icha.

Alby hanya tidak ingin Devi salah paham padanya. Satu-satunya orang yang ia cintai sekarang hanya Devi, tidak ada yang lain.

Alby melirik ke arah jam tangannya. Sudah pukul 21.25 WIB dan ia belum juga pulang. Alby sudah memberitahu Devi lewat pesan agar ia pergi tidur dulu karena ia akan pulang terlambat namun gadis itu tidak membalasnya.

Apa Devi masih marah padaku?

Alby memutuskan untuk menghubungi Devi saja untuk memastikannya.

Dering pertama Devi tidak menjawab panggilannya membuat Alby berpikir Devi pasti sudah tidur. Namun saat hendak mematikan teleponnya, Alby melihat Devi telah menjawab panggilannya.

"Halo. Dev-" Ucapan Alby terhenti begitu ia mendengar suara musik yang cukup berisik dan suara Devi yang terdengar seperti orang yang sedang mabuk.

"Huaaa kak Fitra tidak bisa di telepon!!"

Itu pasti suara Arin!

Setelahnya Alby dapat mendengar semua kata-kata Arin dan Devi yang tengah memaki-maki Fitra. Alby menjadi yakin jika Devi dan Arin pasti sedang mabuk dan sedang berada di sebuah klub malam.

Tok! Tok!

Alby menoleh ke sumber suara. Di sana sudah ada Ryan yang berjalan masuk ke ruangannya.

"Kenapa belum pulang?" tanya Ryan.

"Masih ada beberapa laporan yang belum kuselesaikan," jawab Alby.

"Selesaikan besok saja, Devi pasti sedang menunggumu pulang. Aku pulang dulu ya," pamit Ryan.

Alby hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Lalu ia kembali melihat ke arah ponselnya dan rupanya panggilan telah terputus. Alby berpikir Devi lah yang mengakhiri panggilannya padahal kenyataannya Alby lah yang tidak sengaja mengakhiri panggilan tersebut.

Alby pun kembali menghubungi Devi. Kali ini Devi langsung menjawabnya.

"Hm? Ada apa?"

"Kamu di mana?"

"Om Alby mau membawaku pulang ya? Aku tidak mau!!! Aku tidak mau pulang, aku mau tidur di jalan saja yang lebih nyaman. Aku hoek!! Om aku masuk angin hoek!"

"Kamu mabuk?"

"Aku masuk angin!!!!"

"Di mana kau sekarang?!" tanya Alby tegas.

"Kenapa mencariku? Bukankah om Alby sudah punya wanita baru? Aku melihatnya, aku melihat om Alby mencium pipinya. Tapi om, aku kan lebih cantik darinya. Kenapa om Alby berselingkuh dariku?!"

Deg!

Dari mana Devi tahu Alby pernah mencium wanita selain dirinya?

Tanpa membuang waktu lagi, Alby segera melepas snellinya dan menggantinya dengan coat miliknya. Malam ini ia harus menemukan Devi sebelum terjadi sesuatu padanya apalagi ia sekarang sedang berada di tempat yang rawan seperti klub malam.

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang