114. Baikan?

24 2 1
                                    

Devi mengerjap-ngerjapkan kedua matanya dan mencoba mengenali dimana ia berada. Kepalanya terasa berat dan sedikit pusing. Mungkin ini efek ia mabuk semalam.

Mabuk!

Devi langsung membuka selimutnya dan ia sangat terkejut begitu mendapati pakaiannya telah berganti.

Siapa yang menggantikan pakaianku?

"Sudah bangun?"

Devi terperanjat kaget dan ia langsung mengarahkan pandangannya ke arah Alby yang kini sedang berjalan ke arahnya dengan nampan berisi sarapan.

Alby yang melihat Devi tampak panik pun seketika tahu apa yang membuat Devi bertingkah seperti itu.

"Maaf aku yang menggantikan pakaianmu dan kita tidak jadi tidur di hotel karena kita tidak mungkin ke sana dengan pakaian kotor. Kamu tenang saja, aku tidak berbuat macam-macam padamu," ujar Alby lembut.

"Kenapa tidak bi Tari saja?"

"Kemarin sudah larut malam dan aku tidak mungkin memintanya ke mari."

Alby meletakkan nampan berisi sarapan tersebut di atas nakas yang berada di samping ranjang Devi.

"Sarapan dulu lalu minum obat penawar mabuk ini," ujar Alby.

Devi diam bergeming. Ia sedang mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi semalam. Kenapa ia bisa bersama Alby? Bukankah semalam ia bersama Arin?

Alby tersenyum simpul begitu melihat Devi yang tengah berusaha mengingat kejadian semalam.

"Kemarin-"

Belum sampai Alby menyelesaikan kalimatnya, Devi sudah terlebih dahulu mengingat kejadiannya bahkan ia sampai menutup mulutnya menggunakan tangan kanannya saking tidak percayanya dengan apa yang ia lakukan semalam.

Devi ingat ia tidur di tanah lalu ia juga muntah dalam gendongan Alby dan yang lebih memalukan lagi Devi ingat jika ia berkata pada Alby jika satu-satunya hal yang ia takutkan adalah kehilangan Alby.

Sial! Aku bodoh sekali! Mulai sekarang aku tidak akan pernah minum-minuman beralkohol lagi!!

"Ingat?"

Devi menatap sinis ke arah Alby sembari terus merutuki kebodohannya.

"Om Alby jangan memarahiku ya? Aku punya alasan kenapa aku melakukan hal itu!" ujar Devi ketus mencoba menutupi rasa malunya.

"Iya aku tahu. Untuk kali ini aku tidak akan memarahimu tapi untuk lain kali jangan harap aku akan membiarkanmu," ujar Alby sembari mengacak pelan rambut Devi namun Devi langsung menepisnya.

"Rambutku jadi berantakan!!"

Alby pun menghentikan aksinya. Ia segera mengambil makanan yang berada di atas nampan dan berniat menyuapkannya pada Devi.

"Sekarang sarapan dulu. Ayo buka mulutmu."

"Aku tidak mau! Aku tidak lapar!" tolak Devi.

"Makan dulu, kamu kan belum makan."

"Tidak mau!"

"Dev!" tegur Alby tegas.

"Aku makan sendiri saja!"

Devi merebut piring yang berada di tangan Alby dan lalu mulai memakan makanannya.

Sembari makan, Devi mengamati Alby yang terus menatap ke arahnya dan hal itu membuat Devi tidak nyaman.

"Om Alby tidak bekerja?"

"Aku meminta ijin hari ini."

Devi hanya ber oh ria tanpa mau bertanya lebih lanjut. Ia masih marah pada Alby karena Icha.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dokter Alby Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang