Transmigrasi

14K 628 7
                                    

[Kamu tertarik untuk menjadi dewa?]

Kalimat itu seakan membuat kepalanya berdenyut. Ia terhuyung-huyung setelah suara mekanis itu seolah bergema dalam otaknya.

Gadis yang masih memakai seragam SMA itu sontak mengangkat kepala. Menengadah seorang mendapati sesuatu yang berbeda.

Ia berada dalam acara perpisahan SMA saat itu, dan tiba-tiba lingkungan sekitarnya berubah. Ini seolah sebuah mimpi yang terjadi dalam satu kedip mata.

Dalam sepersekian detik, Elisa yang tengah bernyanyi bersama teman-temannya itu tiba-tiba saja berdiri di tengah lapangan luas.

Ini mirip lapangan sepak bola, penuh rumput halus dan sangat pendek. Seperti halaman rumah seseorang juga.

"Aku di mana?"

Dia sadar akan perubahan itu. Ini terlalu berlebihan untuk sebuah prank karena ia sudah berada di tempat yang sama sekali berbeda.

Pepohonan itu menjulang tinggi, ini bukan tumbuhan dari daerah tropis. Elisa tahu kalau ia ada di tempat dengan empat musim menilik dari jenis pepohonan itu.

Ia sering melihatnya di film-film, pohon-pohon tinggi menjulang itu. Ini adalah ribuan pohon cemara yang menjulang tinggi.

Elisa seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat. Selain lapangan luas penuh rumput itu, semua sisi lainnya tampak dipenuhi oleh salju.

Ini unik, seperti ada sebuah tempat selebar empat kali lapangan bola dengan rumput yang tak tersentuh salju. Ini seperti setitik musim panas di tengah musim dingin dan badai salju.

"Apakah aku sudah gila?" batinnya.

Dia ingat baru saja ditolak oleh pria idamannya di pesta perpisahan itu. Jangan-jangan otaknya jadi korslet akibat rasa malu dan sedih. Namun apa yang ada di depannya itu seakan nyata. Itu asli, bisa disentuh dan ia rasa.

Bukan sejenis hologram buatan teknologi alien atau apalah namanya itu.

"Apakah ini seperti yang ada di novel-novel? Aku di transmigrasikan ke dunia lain?" batinnya lagi.

Itu adalah settingan biasa dari novel yang ia baca. Tak ada yang istimewa, kecuali fakta bahwa sekarang ialah yang mengalaminya.

[Apakah kamu ingin menjadi dewa?]

Suara mekanis itu menggema lagi membuat gadis itu mengambil posisi waspada.

Ia bukan wanita biasa. Ketua klub karate dengan perolehan sabuk hitamnya. Ia siap menghajar siapa pun yang datang berniat buruk padanya.

Semenit berlalu dan tak ada apa pun yang muncul. Suara binatang pun tak terdengar dan ini membuatnya mengendurkan kewaspadaannya lagi.

"Apa maksudmu?"

Elisa berteriak kencang berharap suara itu muncul lagi setelah mendengarnya. Suara itu terasa jauh namun sekaligus terasa dekat seolah berasal dari dalam kepala. Inilah yang membuat gadis cantik itu tak habis pikir.

Suara misterius namun terdengar mekanis seperti suara robot. Ia yakin itu bukanlah suara Dewa. Lagi pula apa istimewanya ia sampai-sampai Dewa mau menyapanya.

[Ini adalah ujian untukmu wahai anak yang diberkati Dewa]

Suara itu muncul lagi diikuti dengan sinar misterius. Sinar keperakan yang berkedip dan berubah menjadi keemasan itu. Seperti sebuah matahari namun tak membutakan mata Elisa. Ia mampu membuka mata saat sinar yang bahkan membuat malam itu terasa jadi siang ada di depan matanya sendiri.

Itu sangat cantik, dan beberapa cahaya lain juga mulai tampak. Seperti cahaya ungu yang memutarinya dan membuat tubuhnya terasa panas.

"Aghhh!!"

"Apa-apaan ini" maki Elisa.

Ia coba berontak, namun sinar itu menyelimutinya dengan sangat kuat. Jengkal demi jengkal tubuhnya itu seakan dicubit dan ditusuk jutaan jarum.

Rasa sakit tak terhingga sampai-sampai ia tak mampu membuka mata. Elisa hanya diam seribu Bahasa menahan rasa sakit yang perlahan mulai hilang.

Ini seperti ia dikuliti hidup-hidup kala itu. Sebuah rasa sakit yang tak ingin ia rasakan untuk kedua kalinya.

"Eh?"

Dia membuka mata dan sebuah rumah muncul di tengah lapangan kosong itu. Tak hanya rumah, lengkap dengan kolam, kebun dan sebuah pohon besar.

Ini seperti sihir dalam dongeng yang ia baca waktu kecil. Perubahan dahsyat yang tiba-tiba memberikan rumah mewah padanya.

"Sulap macam apa ini?"

Elisa menatap rumah megah itu. Tak seperti rumah bangsawan, namun untuk standar Elisa itu sudah sangat bagus. Menimbang ia tinggal di rumah kompleks subsidi pemerintah itu. Ini sudah seperti istana baginya.

"Eh?"

Elisa merasakan sesuatu yang lain. Ia sekan menjadi tinggi dan pandangannya juga semakin jelas. Seolah mata minusnya itu lenyap dan ia diberi penglihatan baru.

Tak hanya sampai di situ, ia melihat ada lengan panjang berwarna ungu ditangannya. Elisa masih ingat kalau ia mengenakan seragam SMA sebelumnya.

"Cermin, aku harus cari cermin" ujarnya.

Ia ingin memasuki rumah itu. Namun langkahnya terhenti saat cahaya ungu itu tiba-tiba berputar dan membentuk sebuah cermin ditangannya.

Ini terjadi begitu cepat, bahkan Elisa masih belum sanggup merespons semuanya.

Ia melihat wajah yang amat asing itu. Seperti gadis-gadis Eropa. Kulit seputih susu tanpa cacat itu. Ya, tak ada satu jerawat pun yang tampak dari wajahnya. Seperti wajah bayi yang baru lahir, begitu bening seperti kristal.

Pakaiannya juga berubah. Ini lebih cocok disebut sebagai gaun yang mungkin hanya dipakai di pesta pernikahan saja. Begitu mewah dengan kerlap-kerlipnya itu.

"Apa aku merasuki seseorang?" batinnya lagi.

Ia mengingat-ingat apa yang terjadi. Ia yakin kalau dia masih dirinya yang dulu saat memasuki dunia ini. Namun semuanya berubah saat cahaya ungu itu memutarinya. Seolah memberikan bonus tampang cantik dan rumah megah pada gadis SMA itu.

Rambutnya juga tampak panjang, agak ikal dan berwarna hitam berpadu dengan warna ungu dan perak. Ini bukan warna rambut normal, namun terlihat sangat cantik. Elisa bahkan tak henti memuji kecantikannya itu saat bercermin.

Siapa sangka dia bisa menjadi setara seperti idola yang ia tonton dikala senggang itu. Jika untuk standar bumi, maka ia sudah jauh di atas wanita-wanita yang masuk daftar tercantik tersebut.

Tak ada kata yang cocok untuk menggambarkan kecantikannya. Jutaan untaian kata sekalipun tak cukup untuk mencatat jengkal demi jengkal mahakarya itu. Ini adalah kecantikan alami yang pastinya didambakan siapa pun juga.

------------------

Jika kamu menyukai cerita ini, jangan lupa Vote, Tinggalkan komentar dan tambahkan pada daftar bacaan. Ini akan membantu cerita ini ditemukan oleh lebih banyak orang.
Terima Kasih 😊



Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang