Duchess Malang

1.6K 244 8
                                    

Kastel dengan corak kuning abu-abu itu tampak suram. Bukan karena kemegahannya yang hilang. Namun karena orang-orang yang mengepung di luar.

Mereka tampak membawa apa pun yang ada di rumahnya, sekop ataupun alat masak. Semuanya mereka jadikan senjata. Bahkan beberapa ibu-ibu hanya berbekal tangan kosong datang ke sana.

"Aa, ampun.. I, buu. Ampuun"

Beberapa wanita paruh baya itu tampak menjewer para penjaga yang masih berusaha mempertahankan kastel itu. Ya, namun mereka tak kuasa saat ibu mereka datang dan menjewer telinga anak-anaknya itu.

"Plaakk"

"Anak anjing! Kau tak tahu kalau Bapakmu mati karena mereka, hah?"

Salah seorang ibu-ibu bahkan tak segan menggampar penjaga yang tak lain adalah anaknya itu. Ini menjadi inspirasi bagi yang lain, mencari keluarga mereka dan menghajarnya di tempat.

Isi protes mereka hampir sama, yaitu "Mereka yang membunuh Bapak mu, anak sialan!".

Suami mereka banyak yang tewas saat pengepungan Hutan Kematian. Sekarang tinggal anak-anak mereka yang berjaga di kastel milik tiran yang bernama Duchess Lalatina itu. Itulah yang membuat Ibu-ibu dengan pakaian acak-acakan itu kalap.

"Ibuu jadi janda!! Anak sialan" maki mereka lagi saat anak-anaknya tak kunjung mau bergeser.

Mereka mengalami dilema, takut pada ibunya dan juga takut pada Elmere yang bisa saja memenggal mereka sekeluarga.

"Bunuh ratu mesum! Bunuh ratu mesum!" teriak mereka.

Yel-yel itu terdengar keras dan bergemuruh. Tangan kanan mereka memegang obor itu, sedangkan tangan kiri ,memegang senjata. Ini adalah pembangkangan sipil pertama semenjak ratusan tahun kerajaan mereka berdiri.

Sementara itu, dari lantai atas tampak dua orang yang tersisa. Mereka adalah Duchess Lalatina dan Elmere. Tak ada lagi orang di sana. Semuanya sudah mengungsi dan kabur, bahkan para pelayan dan budak seks setia Lalatina. Semuanya kabur menyelamatkan selembar nyawa masing-masing meninggalkan sepasang muda-mudi itu sendiri di kastel besar dan megah itu.

"Aaaaaaaaa.... Jalaaang!!!"

Lalatina tampak histeris, mukanya pucat dan rambutnya acak-acakan. Maklum saja, saat ia bangun tidur semua pelayan yang mengurusinya sudah tak ada. Bahkan para pelayan yang biasa ia suruh menata rambutnya itu saja tak meninggalkan kabar saat kabur dari sana.

"Elemere, Elmere, apa yang harus dilakukan?" Duchess Lalatina tampak panik. Bahkan dengan kekuatannya, ia tak akan bisa selamat dari kepungan itu.

Elmere cuma diam tak menjawab. Ia tahu isi kepala wanita yang ia layani itu. Dan hati Elmere masih menolak keras perintah itu.

"Bunuh, Bunuh mereka semua Elmere!!"

Membunuh satu atau dua orang, Elmere rasa itu wajar. Namun jika membunuh semua warga dukedom jelas sisa-sia kemanusiaannya masih menolak.

"Maaf nona" ujar Elmere lagi.

Ia mencintai tuannya itu, namun sisa kemanusiaannya tak memperbolehkannya menghabisi puluhan ribu orang yang sudah berkumpul itu.

Ini sudah seperti lautan manusia dan tampak seperti gerombolan semut jika dilihat dari angkasa. Pergerakan orang-orang itu saja sudah bisa merobohkan Kastel Teratai kebanggaan Duchess Lalatina ini.

"Haaa, bahkan saat-saat terakhir pun kamu masih bisa membangkang?" Lalatina menatap dingin ke arah Elmere.

Dia memanfaatkan momen itu sebagai cambuk yang membuat pria ini luruh. Toh, kejayaan mereka telah usai dan hanya kematian yang menunggu mereka saat itu.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang