Raja Naga

759 84 4
                                    

Matahari memang sering menjadi legenda. Dikatakan sebagai pusat semesta dan perwujudan para Dewa.

Sesuatu yang hilang itu sudah kembali, tentu orang-orang akan berderai air mata. Munculnya benda siang nan megah itu mulai mengembalikan kehidupan mereka seperti sediakala.

Anak-anak mulai bermain di parit sempit itu sambil mencari ikan. Orang dewasa juga mulai melakukan aktivitasnya.

Sekilas, kerajaan Yepales tampak hidup lagi. Bukan seperti kerajaan mati yang tak mengenal apa itu matahari.

Mungkin orang luar akan melihat begitu. Namun desas-desus dari mulut ke mulut itu jelas berkata lain. Kerajaan ini sudah berada diambang kehancurannya.

Rumor itu tak hanya menyasar kalangan rakyat jelata, para bangsawan juga mulai mendapatkan informasi. Informasi yang akhirnya sampai pada telinga orang buncit ini.

Pria buncit dengan jubah merah bercampur putih itu. Orang yang mengenakan sebuah mahkota besar di atas kepalanya. Mahkota yang tampak cantik dengan paduan lima batu mulia yang berbeda. Tampak berwarna-warni seolah menunjukkan status sosialnya.

Dia adalah penguasa tanah itu. Raja kerajaan Yepales yang duduk dengan angkuh disinggasana tersebut. Orang yang dikenal dengan gelar "Raja Drachen ke VII"

Mukanya mulus dengan kulit-kulit seperti seorang wanita itu. Tampak sekali kalau ia jarang melakukan hal yang berat. Telapak tangan itu saja mengalahkan pelayan-pelayan cantik yang ada di sekelilingnya itu.

Mukanya tampak tak senang, terlebih melihat orang yang tengah bersujud di depannya itu.

Dua orang berambut putih, orang-orang yang tak lain adalah putranya sendiri. Pangeran pertama dan kedua yang memberi hormat. Dua orang luar biasa yang tentunya sudah menjadi kelas Pahlawan tersebut.

Inilah yang membuat Raja itu kesal. Dia memanggil semua anaknya, namun yang datang cuma ada dua. Keberadaannya sebagai raja seolah tak dianggap oleh para duke dan duchess ini yang membuatnya murka.

"Apakah aku cuma kotoran dimata kalian?" ujarnya dengan berang.

Sesuatu yang biasanya berakhir dengan hal buruk. Ini tampak jelas dimata pelayan yang terbelalak dan mendadak pucat. Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi jika Raja ini murka.

Dua orang itu tak berani mengangkat muka. Bukan karena takut pada pria buncit yang adalah ayah mereka ini. Namun pada empat pria berambut putih lainnya yang berdiri di tempat itu.

Empat lagi ranah Pahlawan yang dimiliki kerajaan Yepales ini. Empat dari Lima anjing kerajaan yang salah satunya menghilang saat ini.

"Aku paling membenci pembangkangan. Apakah kalian sudah tak sabar akan takhta nyaman ini?" tanyanya lagi.

Tak ada yang berani menjawab, dan orang ini langsung menyambar gelar baja tempat anggur itu dan melemparkannya pada dua duke yang tengah bersujud itu.

"Empat penguasa dukedom sudah tak tahu kabarnya. Satu penguasa duchy tak datang saat kupanggil. Hanya dia anak pertama yang masih waras. Mau kalian jadikan apa kerajaan ini?" ujarnya lagi.

Pria buncit yang menjadi raja dan tak sadar kalau semua ini adalah kesalahannya. Orang hipokrit yang dengan lantangnya memberikan aturan aneh kerajaan itu.

"Maaf yang mulia, menurut kabar empat duke dan duchess itu sudah tiada"

Pria berambut putih dengan ikat kepala merah itu angkat bicara. Dia adalah duke Gifford, pangeran pertama yang tetap menjaga mode Pahlawan dengan rambut putih panjang itu. Dia adalah duke penguasa duchy Laba-laba. Tempat paling makmur dan menjadi saingan adiknya ini.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang