Wanita tua itu memandu dengan sangat baik. Melewati jutaan tanaman buku itu dengan lihai. Seolah ia tahu di mana lokasi masing-masing buku yang hendak dicari.
Buktinya lokasi buku ibu Elisa, didapat dengan cepat meski sudah hampir tak ada bentuknya. Bukunya sudah rusak dan dunianya sudah hancur.
Meski badannya bungkuk, wanita tua itu jelas sangat energik. Suara nafasnya saja tak terdengar oleh Melisa, apalagi oleh Elisa yang hanya manusia biasa saat ini.
"Itu bukumu"
Wanita tua itu menunjuk, sebuah tanaman padi dengan buku tebal diujungnya. Buku yang ditahan tangkai kecil itu seakan semua bergantung padanya.
Sebuah tanaman padi nan subur, berbuah sebuah buku besar dengan tulisan jelas itu. "Transmigrasi Gadis Bumi".
"Bolehkah aku menyentuhnya?" Elisa bertanya dulu, lalu bergerak setelah wanita tua itu mengangguk.
Jari-jari lembut itu menempel ke sampul buku yang terasa keras itu. Sampul yang biasanya hanya dipakai oleh buku-buku mahal di dunia asal Elisa.
"Sreeettt"
Saat jari itu bersentuhan, saat kelima jari Elisa menyentuhnya secara serentak. Maka saat itu juga fenomena aneh itu terjadi.
Elisa seakan disedot oleh suatu ruang. Sebuah tempat putih bersih tanpa noda. Seperti sehelai kertas tanpa tinta.
"Apakah ini dunianya?" batin Elisa.
Kebingungan yang tak berlangsung lama karena ia merasakan pundaknya ditarik oleh sesuatu. Hal yang membuyarkan pandangan itu dan mengembalikan Elisa pada kesadarannya.
"Kamu masih belum boleh berlama-lama di situ"
Ternyata wanita tua itulah yang menariknya, Melisa yang mengamati bahkan tak tahu apa yang terjadi. Yang ia lihat hanyalah Elisa yang agak bengong setelah mulai menyentuh buku itu.
"Penjaga Buku, apakah itu duniaku?" tanya Elisa.
Ia menggunakan kata itu sekarang, toh wanita tua itu juga mengaku sebagai penjaga buku dan Elisa tak tahu nama aslinya.
"Betul gadis cantik, dunia yang sudah terhapus akibat kamu melintasi waktu dan mengubah sejarah itu. Ini adalah buku yang akhirnya tak pernah kamu tulis. Namun tempat ini memiliki alur waktu yang berbeda, sejarah itu tetap tercatat di sana. Sebuah dunia yang terhapus akibat penulisnya mengalami penyimpangan waktu" jelas wanita tua itu.
Elisa memang melakukan perjalanan waktu. Menyelamatkan Melisa dan tentunya mengubah aliran waktu dunia. Sesuatu yang harusnya terjadi dimasa depan menjadi tak tercapai. Elisa tak pernah menulis buku itu di aliran waktu barunya. Toh ia baru masuk kuliah juga.
"Jadi, karena perbedaan dimensi dan aliran waktu. Buku yang harusnya tak tercipta itu masih ada di sini?"
"Ya, itu menunggu untuk ditulis balik oleh penulis aslinya"
"Apakah aku bisa melakukannya?" Elisa belum meyakini hal itu. Toh ia hanya manusia biasa sekarang. Siapa juga yang sanggup menulis ulang isi dunia seperti seharusnya.
"Menulis ulang memang hampir mustahil, ada sejarah ribuan tahun di sana. Namun.." wanita tua itu sengaja menghentikan kalimatnya. Seolah hendak membuat Elisa penasaran akan ide yang akan ia sampaikan.
"Pohon Dunia ini sudah menyimpan semua informasi tentang buku itu. Ini bisa dikembalikan, seperti pohon yang mengalirkan nutrisi ke buahnya. Tapi, semua kejadian yang ada akan tetap begitu, semua kerusakan tak akan berubah. Ini seperti sebuah dunia yang waktunya terhenti dan sekarang akan dilanjutkan lagi"
"Tu, tunggu? Berarti apa yang sudah terjadi tak akan bisa di ubah?" tanya Melisa dengan panik. Jelas, itu berbeda dengan kehendaknya di mana cerita itu ditulis ulang dengan kehidupan yang bahagia.
Jika itu dilanjutkan, Melisa sudah menghancurkan cukup banyak kehidupan di sana. Membuat raja menjadi cabul dan ratu menjadi tak bermoral.
"A, ada apa Melisa?" Elisa heran melihat perubahan sikapnya itu. Seakan Melisa bersikukuh untuk menulis semuanya dari awal.
"Aku sudah membuat orang-orang di sana menderita. Apakah adil bagi mereka?" ujar Melisa. Ia belum pernah menjelaskan bagaimana kejinya ia di dunia itu. Membuat skandal-skandal yang melibatkan orang-orang penting yang menindas rakyatnya.
"Menulis ulang memang bagus. Namun apakah pelayan Elisa yang ditulis ulang masih sama dengan pelayannya yang baru? Bentuknya memang sama, namun mereka dua entitas yang berbeda. Elisa sudah membentuk banyak ikatan di sana. Menciptakan orang baru sebagai ganti tak akan membahagiakannya"
Wanita tua itu membalas argumen Melisa. Argumen yang masuk akal dari penjaga buku itu. Jika Artie si Burung hantu ditulis ulang, apakah ia memiliki ingatan yang sama dengan Artie dahulu yang selalu menemani Elisa.
Semua orang di tempat itu akan memiliki ingatan yang berbeda. Takdir yang berbeda dan masa depan yang berbeda.
Melisa terdiam, dia sadar akan hal itu. Namun egonya masih menginginkan akhir yang bahagia untuk semua.
"Melisa, tak ada dunia dengan kebahagiaan sepenuhnya. Semua itu selalu terbagi, kamu tahu kan?" Elisa menggenggam tangan gadis berkacamata biru itu.
"Jika dunia itu dikembalikan, aku percaya kalau kita bisa memperbaiki semuanya. Memperbaiki semua kesalahan itu dan membimbing mereka ke jalan yang lebih baik"
Elisa benar-benar berbicara seperti seorang Dewi sekarang. Terdengar bijak dan memperhitungkan perasaan orang-orang di dunia novelnya.
"Ba, baiklah. Aku akan selalu percaya dengan keputusanmu, Elisa" ujar Melisa sambil tersenyum.
Perdebatan singkat itu sudah berakhir dan Elisa setuju untuk mengembalikan dunia itu pada status terakhirnya. Sebuah status di mana peperangan ebsar itu terjadi. Perang antara pengikut Elisa dengan Dewa yang mendapat Ego negatif itu.
"Baiklah"
Wanita tua itu melambaikan tangannya. Solah memberi komando pada tanaman itu untuk memulai ritualnya. Ritual yang membuat buku itu terbalik dengan sendirinya. Membuka halaman demi halaman dan memenuhinya dengan tulisan-tulisan perjalanan Elisa. Sebuah tulisan panjang yang sudah mendekati klimaksnya.
"Kamu juga akan mendapatkan ingatanmu kembali" ujar wanita itu sambil mengibaskan tangannya.
Membuat cahaya ungu mengelilingi Elisa dan cahaya biru itu mengelilingi Melisa. Cahaya yang berputar-putar sebelum akhirnya membuat dua sahabat itu menghilang dari sana.
"Aku harap kamu bisa menulis cerita yang indah" ujar nenek tua itu setelah tinggal dia satu-satunya orang yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasiElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...