Buku di Rumah

401 58 1
                                    

Rak buku itu seperti sebuah surga bagi mereka yang suka membaca. Termasuk wanita ini, wanita yang mengaku sebagai ibu Elisa.

Ia adalah seorang penulis, suka membaca dan mengeksplorasi dunia itu dalam pikirannya. Sesuatu yang ia senangi namun sulit didapat puluhan tahan ini.

Selama ia di dunia sebelumnya, tak satu pun novel seperti itu yang ditemukannya. Terlebih beberapa buku yang tampaknya terbit ditahun 2023.

"Ini sudah jauh semenjak aku menghilang" batinnya.

Ia ingat kala ia tercampak ke dunia asing itu. Sepuluh tahun lebih dari tahun terbit buku ini. Elisa saja masih bayi dan saat buku itu terbit harusnya Elisa sudah remaja menjelang dewasa. Ada banyak hal yang menarik ia baca.

"Nona Lyra, apakah nona juga suka membaca?"

Gadis cantik itu kembali meletakkan buku-buku itu di perutnya. Menjeda membaca dan menoleh pada wanita yang berbaring di sebelahnya itu.

Perangai kedua orang itu hampir sama. Membaca sambil berbaring seperti anak kecil yang tengah menikmati bukunya dan langit-langit unik itu.

Berbeda dengan pemuda berambut putih pendek yang acak-acakan itu. Slegkonig yang masih dipanggil Sokh itu tampak berjaga di depan pintu. Ia masih khawatir akan orang dunia lain yang akan menginvasi dunia Elisa ini.

"Kamu tahu apa yang menarik dari membaca?" bukannya menjawab, ibu Elisa malah balik bertanya. Membuat gadis vampir itu menggeleng sedikit karena masih berbaring dan sedikit terhambat lantai tersebut.

"Karena kita bisa membangun sebuah dunia dalam pikiran kita. Bayangkan betapa banyak dunia yang tercipta dari semua tulisan-tulisan itu" jelasnya.

Di sini ibu Elisa sedikit memberi petunjuk keberadaan lebih tinggi yang dikenal sebagai Perpustakaan Dunia. Sebuah tempat di mana buku-buku atau dunia-dunia kecil itu tumbuh, besar dan mati. Sebuah siklus yang mencatat dunia itu baik lengkap ataupun tidak.

"Membangun dunia?" gadis itu masih kurang mengerti akan petunjuk ini. Membuat wanita dengan rambut tertata rapi kecokelatan itu tersenyum tipis.

Ia sedikit berpikir, mungkin beginilah rasanya bercerita dengan Elisa jika ia masih ada didunia. Membacakan dongeng sebelum tidur itu atau malah menulis cerita yang disukai anaknya. Namun naas, takdir memang tak bisa ia lawan. Ia mungkin tak akan pernah bertemu dengan Elisa di sisa hidupnya itu.

"Nona, bagaimana dunia asal nona?" tanya gadis vampir itu lagi. Dia sedikit menguping pembicaraan Lyra dengan Slegkonig sebelumnya. Sebuah fakta tentang Lyra yang datang dari dunia yang berbeda.

"Dunia pertamaku adalah bumi, tempat yang ada dalam buku yang kamu baca. Dan tempat kedua adalah tanah para bangsawan. Penuh lelaki baik dan pelindung wanita disana"

"Laki-laki baik?" Elvira seakan tak percaya akan hal itu. Yang ia tahu, hampir semua lelaki yang ada di tempatnya masuk kategori biasa saja. Tak ada yang punya spesifikasi baik, tampan dan seluruh kesempurnaan lainnya.

"Ya, mereka adalah lelaki dengan paras tampan. Memiliki hati baik, harta yang banyak dan sangat setia. Sebuah tempat yang diidamkan seluruh wanita bukan?" pancing Lyra si Ibu Melisa itu.

"Aku tak tahu, aku belum pernah melihat laki-laki baik seperti itu. Paling cuma Sokh, tapi ia tak kaya" ujar Elvira setengah tertawa. Ia mengacu pada Slegkonig yang tampan dan baik itu. Namun sayangnya tak sekaya para bangsawan kecil yang mulai terbentuk di tanah sana.

"Aku yakin kamu akan menemukan satu nantinya"

Ibu Elisa seolah melihat gadis itu sebagai anaknya sendiri. Terlebih wajah Asia yang amat langka di dunianya itu. Dunia di mana para bangsawan dengan wajah Eropa berkumpul di sana. Mungkin inilah yang sedikit mengobati rindu ibu Elisa.

"Apakah ada dunia-dunia lain yang berbeda?" Elvira tampak sangat tertarik akan cerita dunia lain itu. Seperti tempat asal Ibu Melisa yang menurutnya menarik dan penuh petualangan dan cerita.

"Ada dunia dengan teknologi tinggi. Mereka bisa menghancurkan bintang dengan sekali tembakan. Ada orang-orang yang dikenal sebagai 'pembudidaya', memiliki tenaga dalam yang mampu meratakan gunung" cerita ibu Elisa.

"Lalu, bagaimana jika mereka datang kesini"

"Aku akan melindungi tanah ini, lagi pula itu milik anakku" ujarnya dengan ringan.

Ibu Elisa menatap sudut ruangan tempat godam raksasa yang ia letakkan itu. Sebuah senjata yang menemaninya sampai akhir hayatnya dan tak disangka mampu ia bawa ke dunia baru ini.

Keduanya bercengkerama, sangat menikmati momen-momen itu. Setidaknya sampai Slegkonig alias Sokh itu setengah berteriak memberitahu mereka.

"Nona, ada benda besar di angkasa" ujarnya.,

Sesuatu yang membuat ibu Elisa dan bocah vampir itu bergegas keluar dan menengok ke angkasa.

--

Sebuah imajinasi yang luar biasa. Tampak sebuah kapal raksasa di langit sana. Bahkan tiga orang ini harus memanjati pohon-pohon besar itu agar bisa melihat jelas ke atas sana.

Sebuah kapal raksasa sebesar gunung yang tampaknya terbuat dari kayu-kayu kokoh itu. Berwarna coklat dengan dayung-dayung raksasa yang bergerak sendiri.

"Sial! Mereka para pembudidaya" ujar Ibu Elisa.

"Pembudidaya? Apa itu nona?" tanya Slegkonig yang juga baru pertama kali mendengar istilah itu.

"Itu adalah sebuah dunia di mana orang-orangnya menyerap energi yang disebut tenaga dalam. Mereka adalah praktisi yang disebut pembudidaya alias 'cultivator'. Sosok mengerikan dengan daya tempur tinggi"

Ibu Elisa ingat cerita-cerita silat di mana para pembudidaya itu berakhir dengan ranah Dewa dan menghancurkan ribuan semesta. Siapa sangka ia akan bertemu dengan salah satu dari mereka.

Sebuah kapal besar yang akhirnya ia ingat apa itu. Kapal yang menyerap jiwanya dan membuatnya terlahir di dunia itu.

"A, apakah mereka pembudidaya yang mampu menghancurkan gunung itu?" gadis vampir ini tampak pucat. Ia belum pernah melihat kekuatan sebesar itu. Bahkan Elisa saja tak pernah mendemonstrasikannya pada era kedatangannya dahulu.

"Dengarlah! Tanah ini menjadi milik kami, semua yang melawan akan mati" suara menggelegar para pembudidaya tubuh itu terdengar ke ujung benua. Sebuah kekuatan luar biasa, dan uniknya tak ada perubahan di mimik wajah Konig buruk rupa yang dikenal dengan nama Slegkonig itu.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang