Gerbang Neraka

968 128 3
                                    

Di tengah siang tanpa mentari. Gelap gulita dan hanya bergantung pada bola cahaya Elisa. Total ada lima orang di sini, di rumah di tengah hutan penuh pedang itu.

Mereka adalah kelompok yang tak biasa, seorang gadis cantik dengan rambut ungu keperakan bersama tiga orang pria dan satu wanita.

Dua pria itu terlihat sangat menawan, terutama pria berwajah cantik itu. Sedangkan wanita berambut merah bermata biru itu juga tak kalah menarik. Sungguh kombinasi yang unik dari kelompok kecil di tengah hutan angker itu.

Tampak dua buah peti mati yang terbuat dari es yang masih mengeluarkan uap dingin seperti asap. Tempat dua tubuh buntung itu dibaringkan.

Mereka tampak menunggu pria berambut putih panjang dan berwajah cantik ini untuk menyelesaikan tugasnya.

"Membuka gerbang neraka"

Itu satu-satunya solusi yang didapat Elisa untuk menyelamatkan teman pertamanya ini. Duke Hailam dan pelayannya yang mati mengenaskan barusan. Kematian yang terlalu menyakitkan bahkan bagi Elisa.

Artie tampak menyatukan jari-jari dengan kuku Panjang itu. Mencoba membuat simbol dengan tangannya yang perlahan mengeluarkan aura hitam tersebut.

"Gerbang Neraka" ucapnya.

Sebuah kabut hitam mulai muncul di sana. Kabut yang mengelilingi sekitar Artie seperti sebuah tornado kecil. Sapuannya tak terlalu kuat, namun efek yang ditampilkan sungguh luar biasa.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang unik. Tanah itu bergetar dan sebuah gerbang menyembul dari sana seolah terlahir dari bumi.

Sebuah gerbang dengan gambar tengkorak di atas sebuah Teratai. Kepala tengkorak yang tergeletak itu seakan menjadi simbol mereka yang ada di alam bawah.

Elisa merasakan itu., aura tak menyenangkan yang keluar dari sana. Seolah mengatakan bagaimana keadaan alam bawah itu sendiri. Sebuah tempat yang pastinya akan membuat bulu kuduk berdiri.

"Krakkk"

Gerbang itu memiliki pintu berdaun dua. Tampak terbelah dan membuka lebar meninggalkan cahaya hitam berputar-putar dari dalamnya. Ini seperti lubang hitam Elisa, namun dengan lokasi perpindahan yang berbeda.

"Silakan nona"

Artie menunduk seolah memberi ruang pada Elisa untuk melangkah dahulu.

Pintu berisi aura hitam itu tak mendominasi jika dari sudut pandang Elisa. Ia dengan santainya melangkah ke dalam. Masih dengan pakaian olahraga ketat dan hoodie dengan tudung berbentuk telinga kucing. Elisa tampaknya tak berniat mengganti gayanya sekarang.

Melangkahkan kaki dan secara perlahan tubuhnya ditelan oleh kegelapan. Elisa tak sendiri, yang lain juga mulai mengikuti dan ditutup oleh Artie di belakang. Ia adalah si pembuka gerbang dan ia juga harus menjadi yang terakhir.

--

"Waaaaaa"

Elisa tak bisa menahan diri untuk tidak takjub. Apa yang ia bayangkan tentang neraka jauh berbeda dengan kisah-kisah yang ia baca.

Tempat ini tak seburuk itu, sebuah tempat mirip dunia manusia namun dengan matahari yang ada dua. Warnanya juga tak normal, bukan kuning keperakan melainkan berwarna oranye pekat yang membuat semua tempat ikut berwarna oranye juga.

Elisa ingat dengan sebuah planet setelah melihat ini, planet mirip bumi yang memiliki gas oranye itu di atmosfernya. Sebuah tempat mirip mars namun dengan tanah yang tak tandus.

Dari semua hal ada yang menarik perhatian Elisa. Kumpulan taman bunga yang sejenis itu. Ini adalah dandelion, tanaman kecil atau bunga-bunga kecil yang akan terbang jika tertiup angin. Ini mirip seperti bola-bola kapas yang ringkih.

"Mereka juga punya dandelion di sini?" tanya Elisa pada Artie.

Toh Artie dan Odd adalah makhluk asal dunia itu. Tentu bertanya pada mereka adalah hal yang paling tepat.

"Mereka memang mirip dandelion nona, namun itu bukan bunga biasa" jawab Artie.

"Bukan bunga biasa?"

"Itu juga termasuk benih jiwa. Orang-orang yang sudah mati akan menjadi berbagai macam bentuk di sini. Menjadi tumbuhan, hewan ataupun dalam wujud aslinya dan dijadikan budak" ujar Artie.

Elisa tak kaget mendengar itu, Namanya juga alam bawah atau yang mereka kenal sebagai neraka. Tempat persinggahan jiwa-jiwa setelah kematian, alam sebelum mereka memasuki lingkaran reinkarnasi itu.

"Apakah ada siksaan juga di sini?" Elisa penasaran akan hal itu. Penasaran bagaimana sistem neraka mereka bekerja.

"Ada nona, orang-orang jahat menurut lingkaran reinkarnasi akan tetap memiliki tubuhnya seperti alam manusia. Mereka akan jadi makanan makhluk buas, dan keluar sebagai kotoran setelah dikunyah. Siklus itu akan terus diulang sampai lingkaran reinkarnasi membiarkan mereka untuk pergi" terang Artie.

"Lalu apa yang dilakukan oleh iblis?"

"Sama seperti manusia, memiliki kerajaan sendiri dan memastikan dunia ini tak runtuh. Sebagian iblis bahkan dipilih oleh lingkaran reinkarnasi untuk bertugas melayani siklus reinkarnasi itu" lanjut Artie.

Elisa mangut-mangut. Berarti benih jiwa itu bisa dalam bentuk apa saja. Ini akan semakin sulit, dari mana Elisa bisa tahu kalau benih jiwa itu adalah milik Hailam dan pelayannya? Lagi pula Elisa bahkan tak bisa merasakan aura dari mereka. Seperti eksistensi yang dipelihara oleh semesta dan menolak intervensi dari makhluk alamnya.

"Nona tak usah khawatir akan hal itu. Kehendak nona akan diketahui oleh semesta. Dan akan  ada bimbingan untuk mendapatkannya" terang Artie lagi.

Memang di antara keempat pengikutnya, Iblis berwajah cantik inilah yang paling banyak memiliki informasi. Mungkin Odd juga tahu, namun pria bertopeng iblis tanduk dua ini sangat minim bicara. Ia merasa kurang sopan dan selalu minder dengan parasnya.

Elisa melanjutkan perjalanan, menyusuri perkebunan dengan berbagai jenis tumbuhan itu. Mulai dari yang indah namun rapuh seperti dandelion, sampai dengan tanaman buruk yang terus berteriak.

Elisa lebih tertarik pada pohon apel besar di sana. Pohon apel dengan buah yang memiliki mata dan mulut itu. Ada ribuan buah pada masing-masing pohon. Dan buah itu mampu bercakap dengan mereka.

"Makan aku, nona makan aku!!" teriak mereka.

Mereka kerap menggoda Elisa yang lewat dan sesekali membuat Artie ingin mengibaskan tangannya dan mencabut pohon itu.

"Hei, tak usah sampai begitu" ujar Elisa ketus saat Artie berkali-kali bertingkah seperti anak kecil itu. Berkali-kali ia mengarahkan pandangan mematikan yang membuat buah apel itu pada diam.

"Oh ya, Artie. Lalu bagaimana dengan sistem pemerintahan di sini?"

"Alam bawah hanya terdiri atas tiga faksi. Tiga kekuatan utama, Iblis berparas manusia, Iblis berparas babi dan Iblis roh yang tak memiliki wujud. Masing-masing terdiri atas sebuah kerajaan berdasarkan ras itu" terangnya.

Tampaknya berbeda dengan manusia yang memiliki banyak faksi dan kerajaan. Elisa saja masih belum tahu pasti ada berapa kerajaan di benua tempat tinggalnya. Namun para iblis ini langsung to the point. Rasis sampai ke akarnya dan membagi berdasarkan ras saja.

"Dan kita sekarang di..?"

"Daerah kekuasaan Iblis Roh. Wilayah kekuasaan salah satu Konig" ujar Artie sambil tersenyum.

Seolah ada makna mendalam dari jawabannya tadi.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang