Viscount Pahlawan

1.3K 206 2
                                    

Mungkin orang hanya tahu perihal kedudukan Duke saja. Dan Viscount cukup jarang terdengar.

Itu adalah kedudukan seseorang yang menjadi penegak hukum di sebuah count. Jika kita menengok sistem modern, maka bisa dianggap dalam skala Kabupaten. Sebuah gelar yang biasanya diberikan oleh raja dan tak didapat secara turun-temurun.

Itulah dia, seorang pria diusia dua puluhannya yang tengah membaca surat laporan itu. Matanya tampak tajam dengan alis seperti sayap elang itu. Mukanya tegas dan tampak sekali tak pernah tersenyum. Mulutnya terlihat kaku meski hanya untuk menampilkan sebuah senyum palsu saja.

Viscount Eldayo, seorang pemuda heroik yang membuat geger saat usia belasan tahun saja. Salah satu dari kelas Pahlawan yang ada di kerajaan Yepales.

Dia adalah orang yang tak suka akan kuasa. Terbukti dari posisinya yang paling rendah di sana. Seorang Pahlawan yang hanya diangkat menjadi Viscount. Melayani Duke yang dianugerahi garis keturunan itu.

Ia mengacak rambut pendek itu. Laporan ini semakin sulit ia percaya. Mungkin dia sudah menganggap mereka gila jika tak mencicipi benda yang dibawa itu.

Sebuah benda putih seperti kristal, memiliki rasa unik yang tak pernah ia rasakan. Orang ini bahkan sesekali menganggapnya sebagai "keringat" namun dengan aroma yang lebih baik.

"Kamu bilang ini bisa dicampurkan ke makanan?" ia seakan tak percaya saat mendengar orang berpakaian serba hitam yang membawa buntal penuh benda kristal itu.

"Benar tuan, dan ini disebut sebagai garam" ujarnya.

"Garam?" ia masih menatap orang-orang itu seakan tak percaya.

Viscount Eldayo yang dikena sebagai bangsawan rendah itu tak sepenuhnya benar. Ada identitas lain yang ia punya. Para pemimpin pembunuh bayaran yang melakukan misi di seluruh kerajaan.

"Apakah kamu yakin jika ini bukan jebakan?"

Ia teringat kembali pada salah satu anggotanya yang meregang nyawa di Kastel Singa dahulu. Ada pergolakan hebat yang terjadi dan entah kenapa Duke Hailam tiba-tiba menembus ranah lebih tinggi.

"Benar tuan, dan itu bisa dipakai untuk penyiksaan juga" jawab yang lain.

Mereka ingat bagaimana gadis berambut ungu keperakan itu membuat mereka merasakan pedihnya dunia. Luka-luka mereka disirami benda yang disebut garam bercampur dengan perasan jeruk itu.

Pria berwajah dingin itu mengambil sebuah belati kecil yang ada di depannya. Menggoreskan itu dan membuat luka kecil di jarinya.

Entah keberanian apa yang ia miliki. Orang ini langsung menghancurkan kristal itu dan menaburkannya pada luka-luka itu.

Tak ada perubahan dari mimik wajahnya. Dia tak terlihat kesakitan sama sekali, malah tampak sedikit senyuman menyembul dari balik bibir itu. Senyuman samar yang tak akan diketahui siapa pun jika mereka tak menatap lekat wajah tampan tersebut.

"Ini bagus, ini bisa dipakai untuk media penyiksaan" ujarnya.

Ia tampak puas dengan benda yang dibawa anak buahnya itu.

"Tapi tuan, itu juga bisa dipakai untuk memasak"

"Lupakan itu, ini lebih cocok untuk penyiksaan" ujarnya bersikeras.

Orang ini seakan mendapat mainan baru yang membuatnya bersemangat. Seperti seorang bocah yang ingin segera mencoba mainan baru itu.

"Hmm, kalian bilang kalau ini diberikan oleh seorang wanita?"

"Betul tuan, Duchess Lalatina memerintahkan kami untuk menyerang wanita itu. Namun dia terlalu kuat dan bahkan menyiksa kami dengan benda bernama garam ini"

"Jadi itu yang menyebabkan perjanjian antara kalian dengannya? Menarik! Aku tak menyangka ada wanita yang begitu menarik di luar sana" ujarnya lagi.

Otaknya berpikir dengan cepat. Dukedom Teratai sudah berakhir. Penguasanya sudah dipenggal dan sekarang Pangeran ke Lima yang mengambil alih tempat itu.

"Apa yang akan terjadi jika kita tak memberikan uang seperti yang ia minta?" matanya dengan licik melihat ke arah anak buahnya itu. Dan tampak jelas, respons mereka semua sama.

"Mohon maaf tuan, itu hal berbahaya. Orang ini bukan orang biasa" jawab salah satu bawahannya.

Viscount Eldayo juga paham akan hal itu. Lusinan bawahannya dibuat kena mental hanya oleh seorang wanita. Jelas, wanita itu setidaknya berada di ranah Pahlawan juga.

"Bagaimana jika aku yang bertarung dengannya?"

Pria berambut hitam pendek itu kembali bertanya. Ada hal-hal trivial yang tak dimasukkan dalam laporan itu/. Seperti level kekuatan wanita yang dilawan anak buahnya ini.

"Kami tak bisa menilainya tuan"

"Hmm"

Matanya menatap tajam pada orang yang menjawab tadi. Anak buahnya tak akan selancang itu mengeluarkan jawaban jika bukan karena situasinya memang sudah begitu. Kekuatan wanita misterius yang bisa saja seimbang dengan kekuatannya.

"Haa, ini tampaknya cukup berbahaya. Kalau begitu gunakan seperti apa yang ia suruh. Aku akan membeli setengahnya untuk eksperimen"

Viscount Eldayo menyerah untuk mengambil benda itu tanpa membayarnya. Ia belum terlalu tahu mengenai wanita misterius ini. Yang jelas ia sangat tidak sabar untuk bertemu wanita yang membuat anak buahnya kalang kabut seperti itu.

"Siap tuan"

"Kalian bilang ini bisa untuk masakan? Coba contohkan" ia mengatakan itu dengan santainya. Perkataan yang membuat anak buahnya kalang kabut menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak.

Tak banyak yang mereka dapatkan selain seekor ayam yang kebetulan lewat di dekat rumah terpencil tempat mereka kumpul itu.

Alhasil, ayam malang itu bahkan tak sadar sudah dikupasi dan berakhir tanpa kepala dan tanpa bulu.

Beberapa pembunuh bayaran itu langsung membakarnya dan menaburkan beberapa taburan garam.

Viscount Eldayo melihat itu dengan cukup terkesima. Ternyata ada cara memasak yang unik seperti itu. Seumur hidup dia biasanya cuma memanggang hewan itu tanpa menambahkan apa-apa dalam masakannya. Begitulah cara mereka memasak pada umumnya.

Aromanya harum, seperti bau ayam panggang biasa. Viscount Eldayo bahkan sedikit skeptis dengan penjelasan anak buahnya itu.

Namun ini tetap harus dipastikan, dia dengan enggan mencoba menggigit daging itu dan kemudian matanya terbelalak.

Lidahnya seakan diubah dari nol menjadi sepuluh. Indra pengecapnya itu seakan mendapatkan anugerah yang baru.

"Bagaimana bisa benda rasa keringat ini mengubah rasanya dengan begitu jauh?" dia membatin tak percaya dengan apa yang dirasakan mulutnya itu.

Hari-hari makanan hambar itu seakan sudah tinggal cerita. Ada keindahan dan keagungan dari santapannya kali ini. Dan itu hanya karena sedikit benda kristal itu saja.

Dia menengok tangannya seakan memeriksa sesuatu. Seseorang dari kelas Pahlawan tentu sensitif terhadap apa yang dirasakan tubuhnya.

"Aku merasakan peningkatan kekuatan, meski hanya sedikit" batinnya lagi.

"Oke, aku Tarik kembali perintah sebelumnya. Ini tak boleh dijual bebas dan hanya akan dijual melalui pelelangan. Harga terendah adalah sepuluh keping emas untuk satu genggam saja" perintahnya.

Viscount Eldeya seakan melihat peluang gundukan koin emas itu saat mencicipi hasil dari benda yang disebut sebagai "garam" ini.

"Dan aku akan membayar seratus keping emas untuk percobaan pada tahanan"

Ia masih tak mengurungkan niatnya menguji coba benda menakjubkan yang memberi rasa sakit pada luka terbuka itu.

--

Catatan:

Awal Arc 2

Bisa Difollow jika berkenan 😊

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang