Pohon Cokelat

2.4K 262 3
                                    

Elisa cukup cakap dalam mengumpulkan informasi. Buktinya semua rahasia ia hisap sampai kering dari benak bocah itu.

Itulah yang membuatnya sekarang berdiri tepat di depan pohon kecil itu. Ini adalah tanaman dengan daun bulat memanjang dan runcing pada pangkal dan ujungnya. Tanaman yang cukup familier bagi Elisa yang tinggal di negara tropis itu.

Namun, melihat pohon itu di sini jelas bukan sebuah hal lazim. Ini adalah wilayah empat musim, buktinya ada hutan bersalju tak jauh dari situ. Elisa tahu kalau itu bukanlah tempat terbaik untuk menumbuhkan tanaman cokelat ini.

Ia berkutat dalam benaknya, memikirkan relasi-relasi yang ada. Seakan semua kejadian itu memiliki hubungan dengan suara mekanis yang memintanya membuat cokelat sendiri.

[Bahan-bahan tercukupi]

Suara mekanis itu muncul lagi, sedikit mengganggu namun Elisa sudah mulai terbiasa.

"Oh, jadi bahannya cuma cokelat?" batinnya.

Ia tahu kalau cokelat itu dibuat dari biji pohon kakao ini. Namun tanpa gula rasanya jelas sangat pahit, meski aromanya sangat harum. Bak para pecinta kopi tampaknya.

"Kamu yakin ini baru muncul dalam beberapa hari?"

Bocah itu mengangguk, ia trauma tampaknya dibawa ke ketinggian seperti tadi. Ini adalah interogasi paling berbahaya dalam hidup bocah itu.

Elisa tersenyum simpul. Satu dua kesimpulan sudah terukir dalam benaknya itu. Meski hanya sebatas hipotesis dan membutuhkan pembuktian. Semua ini memang terhubung, seakan ada kekuatan besar yang mengarahkannya. Termasuk pertemuannya dengan bocah ini yang ia anggap sebagai takdir di luar kendalinya.

"Hmm, harusnya sudah muncul" batinnya.

Elisa tampak menunggu sesuatu. Menatap pohon kecil itu dengan tangan terlipat di depan dada.

"Ah, Regis. Jangan sampai darah mereka mengotori pohon ini" ujar Elisa lagi.

Ia menengok ke belakang, ada tumpukan mayat di sana. Mayat para bandit gunung yang baru saja dibereskan oleh boneka kayu itu.

Ini adalah markas para bandit gunung dan entah kenapa tumbuhan yang dicari Elisa malah tumbuh di tempat itu. Ini semua ia ketahui dari bocah yang ia bawa. Anggota jaringan bandit gunung yang beroperasi di perbatasan-perbatasan kota.

"Hmm"

Elisa tampak memegang dagunya, mencoba berpikir keras. Pohon itu belum tampak menunjukkan perubahan seolah ada sesuatu yang kurang.

Elisa yakin, mencabut pohon itu jelas melanggar yang diperintahkan. Ia tak yakin alasannya, namun insting dan alam bawah sadarnya seolah berkata begitu. Ada emosi yang berontak saat ia hendak mencabut itu.

"Ah?"

Dia terperanjat seperti disambar petir disiang bolong. Seakan baru sadar dari lamunan yang panjang.

"Pohon ini muncul di sarang bandit. Artinya semesta tak memandang dia baik atau jahat. Semua orang punya peluang untuk mendapatkan berkah. Tergantung mereka ingin memakainya untuk hal baik atau jahat" ujar Elisa lirih.

Hanya itu kesimpulan yang bisa ia dapat dari semua kejadian ini. Soalnya agak aneh kenapa pohon itu malah tumbuh disarang bandit yang sudah dihabisi boneka kayu Elisa itu. Ini seakan mengatakan alam tak peduli baik dan jahat itu. Semua orang punya peluang dan mereka punya kesempatan untuk berubah.

Elisa menatap ke belakang. Gundukan mayat segar itu membuat matanya sedikit layu. Ia seakan sadar akan kesalahannya kali ini.

Hanya karena rasa pahlawan, ia membantai bandit-bandit itu. Padahal tak ada yang tahu takdir, kenapa ia harus mencabut nyawa mereka? Apakah mereka tak bisa berubah nantinya.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang