Tamu Sialan

519 79 0
                                    

Kadang dua orang asing bisa langsung akrab tanpa alasan yang jelas. Seperti dua orang terpaut usia yang sudah seperti ayah dan anak itu.

Seorang duke yang selalu serius tampak sesekali tertawa di sebelah bocah dengan busur merah unik itu.

Duke yang sedang patah hati. Memutuskan untuk tak kembali ke kastelnya dan menikmati malam penuh bintang itu sambil menyantap ikan yang mereka tangkap.

"Kau tahu, malam itu indah jika datangnya silih berganti"

Meski kalimatnya agak aneh, Aldaram di bocah itu paham akan maksudnya. Pria tampan itu sedang membahas kejadian aneh seberapa hari lalu. Sebelumnya bulan tiba-tiba runtuh dan dibentuk kembali. Lalu matahari tiba-tiba lenyap seakan malam panjang yang mengerikan telah tiba.

"Tuan bangsawan, menurutmu apakah kita sekecil itu dalam semesta luas ini?" Bocah yang sel otaknya baru terbentuk itu tanpa disangka mengeluarkan pembahasan yang agak berat.

Mungkin karena kesulitannya di jalan, masa kecil bersama bandit yang membuat anak ini leboh dewasa dari usianya.

"Ya, itu memang ketidakadilan. Takdir kita sudah ditetapkan sejak lahir. Seperti aku yang jadi bangsawan dan kamu yang jadi gelandangan" Duke Gifforod ini menghancurkan suasana itu dengan ejekan garingnya. Ejekan yang membuat Aldaram menatap iba pada pria yang di sebelahnya ini.

"Mending jadi gelandangan daripada bangsawan berotak kera" balasnya.

"Hoo, jadi menurutmu apa yang harus dilakukan bangsawan?"

"Aku tak ingin orang melakukan sesuatu untukku. Aku hanya ingin mereka menjalani hidupnya dengan jujur dan melakukan tugasnya dengan baik. Itu saja. Kemiskinan atau apa pun itu, aku tak akan menyalahkan mereka" jawab Aldaram sambil memeluk busur besar itu.

Ia sudah tak memiliki harapan lagi akan itu. Sistem dunia ini sudah rusak dan untuk memperbaikinya tak bisa dengan satu atau dua orang. Ini adalah kepentingan kolektif yang harus diselesaikan bersama.

"Aku juga setuju denganmu. Aku tak tahu apalagi solusinya, dunia ini sudah terlanjur rusak. Entah kapan itu dimulai" ujarnya lirih.

Ia masih ingat bagaimana saat ia kecil semuanya terasa indah. Para pelayan dengan senyum ramah, ayah ibu yang baik dan memakmurkan kerajaan Yepales ini.

Namun semenjak kejadian itu, Gifford kecil merasakan sesuatu yang berbeda dari dunia ini. Seperti hembusan angin jahat yang mempengaruhi manusia satu persatu.

Seperti ibunya yang tiba-tiba menjadi jalang dan melahirkan anak buruk rupa akibat bercinta dengan budak. Dan sekarang malah memiliki hobby menampakkan buah dadanya pada orang lain.

"Aku tak yakin, namun dunia ini sudah berubah. Seakan hukumnya sudah diganti oleh tangan-tangan jahat itu" ujarnya lirih.

Keduanya bercerita dengan alot. Berbagi kisah dan berbagi keresahan. Seperti dua orang sahabat meski umurnya terpaut jauh.

"Plok Plok Plok"

Keheningan duo sahabat itu langsung terganggu oleh tepuk tangan itu. Seseorang yang muncul dari balik rimbunan rumput-rumput tinggi dekak pepohonan itu.

Seseorang yang berambut putih panjang dengan wajah tampak ramah. Seperti orang murah senyum yang tiba-tiba muncul menyapa.

Ini aneh, Gifford tampak langsung waspada mengambil ancang-ancang melindungi bocah yang ada di sebelahnya.

Naas baginya, ia tak membawa pedang kali ini. Rasa gundahnya itu membuat otaknya dangkal. Dan baru kini penyesalan itu tiba.

"Gifford, apakah patah hati itu begitu ngeri? Sampai-sampai kau menjadikan bocah ingusan sebagai teman?" ujarnya sambil meledek.

Pangeran kedua ini memiliki perubahan mimik yang begitu cepat. Wajah ramah itu langsung berubah bengis seperti orang kesetanan.

Lubang-lubang hidung itu membesar dan mulut itu seperti akan jatuh dari wajahnya. Menatap buruk pada dua orang yang tak salah apa-apa.

"Nona Patrank tak mengizinkanku mengambil jalan gegabah. Namun aku rasa, sebaiknya aku menghabisimu sekarang, Gifford yang malang" ujarnya.

Itulah manusia, kelebihan kekuatan itu membuatnya lupa. Ia merasa kalau dirinya sudah diatas angin dan bertindak gegabah dalam tindakannya.

Reyner, pangeran kedua yang tiba-tiba naik status karena menjadi pahlawan dalam waktu singkat. Ia bahkan tak pernah berlatih seperti saudaranya ini. Berbeda dengan pangeran pertama dan putri ketiga yang sudah menjadi teman pedang. Pedang seolah bagian dari diri mereka.

"Reyner, sampai kapan kau mau menjadi bajingan seperti ini?" maki Gifford dengan berang.

"Sampai kapan? Sampai kapan? Sampai aku puas" jawabnya sambil terpingkal-pingkal. Ia seakan menganggap dua orang itu sebagai lelucon saja.

"Ahhh"

"Trakkk"

Tubuh yang tengah tertawa itu tiba-tiba lenyap seperti kabut. Berganti dengan sosok pangeran kedua yang sudah ada di depan Gifford dan melepaskan tendangannya.

Ini sangat kuat, terdengar seperti hantaman dua benda tumpul yang membuat duke Gifoord terlempar beberapa meter ke belakang.

Aldaram si bocah itu tentu merasakan bahaya. Langsung melentingkan tubuhnya kesamping untuk mengambil jarak. Apa yang ia lihat terlalu mengerikan. Orang ini seakan lenyap dan tiba-tiba muncul di depan mereka seperti hantu.

"Hoo, anak kecil kau lumayan juga" ujar Reyner yang menjadi asap kembali dan muncul tepat di depan Aldaram yang tengah siaga ini.

"Dughh"

Ia melepaskan tendangan yang dengan cepat ditangkis oleh Aldaram menggunakan busurnya. Tendangan keras yang membuat bocah ini bersalto beberapa kali ke belakang.

"Ini bukan perpindahan instan" ujar Aldaram setelah menganalisis situasi.

Ia sengaja mengatakannya dengan keras. Supaya duke yang baru bangkit itu mendengarnya.

"Kreekk"

Duke Gifford meregangkan lehernya itu yang mengeluarkan suara seperti kayu retak. Seakan serangan tadi belum apa-apa baginya.

"Ya, itu ilus.."

"Jrashhhh"

Tubuh Reyner kembali menghilang dan sekarang muncul di depan Gifford dengan ayunan pedang. Sabetan yang dengan cepat ia hindari. Namun naas, ujung pedang itu masih menyabet pakaiannya dan membuat duke ini terjungkal dengan luka di dadanya.

"Desshhh"

Tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Aldaram dari kejauhan juga ikut melepaskan serangan. Serangan yang menembus tubuh pria aneh itu seperti kabut. Anak panah seperti api itu seakan menembus udara kosong.

"Hati-hati! Itu ilusiii" teriak Gifford yang masih memegang luka di badannya itu.

"Tranggg"

Insting bpocah ini cukup kuat. Ini terbukti saat dia mengangkat busur itu untuk menghambat serangan yang tiba-tiba datang. Dentingan benda logam itu terdengar kuat saat busurnya menahan hentakan pedang super keras tersebut.

"Shhhhh"

Untuk kesekian kalinya tubuh itu hilang seperti hantu.

"Paman, aku akan melakukan serangan besar" teriak Aldarama tiba-tiba.

Ia melentingh keatas pohon besar itu dan mengambil aba-aba.

"lariiii!"

Setelah berteriak, ia menarik busurnya dan mengeluarkan ratusan anak panah dari api itu., Anak panah yang langsung menghujani tempat kosong itu seperti hukuman yang jatuh dari langit.

Serangan yang tentu saja membuat duke Reyner yang hilang itu tiba-tiba bersuara. Suara tukikan seolah panik melihat apa yang ada di atasnya.

"Se, serangan macam apaa ituu?" ujarnya dengan menggema.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang