Garam

1.7K 285 3
                                    

"Aaaa, aku ingin bikin garam" keluh gadis berambut ungu bercampur keperakan itu. Dia adalah seseorang yang bisa menciptakan apa pun dari sihirnya, namun proses membuat sesuatu itu lebih menarik bagi Elisa.

Ia bisa saja mengibaskan tangan itu dan secara Ajaib tumpukan garam akan muncul. Namun bukan itu poinnya, ia ingin mencoba teknologi masa lampau yang mengubah selera umat manusia tersebut.

Zaman ini contohnya, para bangsawan hanya makan roti dan sup hambar itu. Bayangkan jika garam ditemukan, bisa-bisa kejadian masa lampau itu akan berkurang.

Elisa ingat jika ia pernah mempelajari ini, di mana garam hanyalah milik para bangsawan saja. Ini sama seperti cokelat yang dilarang dikonsumsi oleh orang biasa. Praktik monopoli dan sejenisnya yang membuat lidah-lidah terpilih saja yang bisa mendapatkan itu.

Boneka kayu itu tampak tengah berpikir, meski wajahnya tak ada atau diukir seadanya saja. Membuat garam, tentu butuh laut, dan laut ada di wilayah Timur yang cukup jauh dari sana.

Setidaknya Elisa butuh melewati beberapa dukedom agar bisa sampai di tempat itu. Regis tengah memikirkan solusi yang tepat untuk tuannya tersebut.

"Kamu tak usah berpikir terlalu keras, Regis. Aku hanya main-main saja" ujar Elisa. Ia kasihan juga melihat boneka kayu itu tampak kikuk berusaha mencari solusi terbaik.

"Sringgg"

Tumpukan garam itu muncul dari udara. Beberapa bungkus yang tampaknya cukup untuk dipakai satu tahun lamanya.

Elisa menarik lagi tangannya, dan semua itu menghilang. Ini baru ia ketahui belakangan, kalau teknik itu tak hanya untuk menghilangkan. Ada rahasia lain yang sekarang ia sebut sebagai "Tempat Penyimpanan".

Ini adalah sihir unik Elisa, dia seolah memiliki ruangan besar diruang hampa tempat ia menyimpan segala sesuatu di sana.

Ini ia sadari sesaat setelah menanam biji kakao yang mengecil itu. Biji yang awalnya kering itu sekarang sudah menjadi pohon kakao lebat yang ia tanam di samping rumah itu.

Terinspirasi dari sana, Elisa membuat sihirnya sendiri. Mirip dengan pohon besar yang diubah menjadi kecil. Elisa menggunakan sihir kompresi dan memasukkan benda itu pada dimensi yang berbeda.

Konsep yang sulit, namun bisa dipecahkan oleh otak cerdas Elisa.

"Aku tak tahu masalah apa yang akan terjadi jika aku menyeberang dukedom itu. Apakah ada ide lain, Regis?"

Sebagai satu-satunya makhluk yang bisa ia ajak bicara, Regis tentu menjadi tempat Elisa menumpahkan isi pikirannya dan meminta pendapat.

Suara mekanis itu juga tak kunjung muncul setelah cukup lama. Ini membuat Elisa seakan diasingkan di dunia asing itu. Tak tahu harus berbuat apa, dan hanya bisa menikmati hidup yang sama setiap harinya.

"Ting"

Seolah ada senar putus di dalam kepalanya, Elisa langsung menatap Regis yang ada di sebelahnya itu.

Keduanya mengangguk seolah menemukan hal yang sama.

"Aku merasakan niat membunuh" gumam Elisa.

Pembahasan makanan dan hal-hal menyenangkan itu langsung berubah menjadi sesuatu yang lain. Tidak, Elisa tidak kesal. Ia malah senang akan kejadian ini yang berarti ada hal menarik lain yang bisa ia lakukan.

"Sudah lama, aku ingin mencoba ini" ujarnya lagi.

Dengan satu kali ayunan tangan, dua buah pedang kecil dengan gagang ungu itu muncul. Ini tampak mengilat dan mendominasi seolah haus akan darah-darah dari tumbal-tumbal yang datang itu.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang