Budak Setia

1.9K 196 6
                                    

Hari itu tampak istimewa. Tak hanya bagi pria berambut pirang panjang itu. Pria yang mata kanannya masih memiliki bekas luka terlepas dari sihir penyembuhan miliknya itu.

Lalatina si penguasa Kastel Teratai, Duchess yang menguasai dukedom tersebut juga tampak tersenyum semringah.

Ia sangat senang akan laporan budak paling setianya itu. Budak bernama Elmere yang akan mengikuti seluruh keinginannya, bahkan dengan mengorbankan nyawa sekalipun.

"Jadi ada wanita bernama Elisa yang berada dibalik kekuatan Hailam pengecut itu?"

Dia mulai bertanya setelah mendapat laporan lengkap seolah ingin memastikan informasi itu untuk kedua kalinya.

"Apakah kau sudah melemparkannya pada bandit untuk diperkosa?"

Elmere mengangguk, bukan untuk pertanyaan kedua. Melainkan ia mengangguk pada pertanyaan pertama itu.

Ia diperintahkan untuk menyeret wanita itu dan memberikannya pada kumpulan bandit untuk diperkosa. Ia diperintahkan untuk menyaksikan Elisa diperkosa dan dikangkangi bandit-bandit itu.

Namun apa yang ia lihat di sana jauh lebih menakutkan. Jangankan untuk menyeret Elisa, bisa keluar dengan selamat dari tempat itu saja sudah anugerah luar biasa.

Itulah kenapa Elmere berbohong untuk pertama kalinya semenjak ia melayani wanita yang bernama Lalatina ini.

"Hahahahaha"

Lalatina tertawa keras seakan menikmati bayangannya bagaimana Elisa merintih diperkosa puluhan bandit berbadan besar itu. Sungguh keji sifat dari gadis berwajah cantik ini.

Parasnya bak malaikat, namun hatinya bahkan ditakuti oleh iblis. Iblis saja mungkin akan menyembahnya saat tahu perangai wanita yang satu ini.

"Baguss! Bagus!! Elmere si budak nomor satu! Kerjamu sangat bagus!"

Dia bertepuk tangan beberapa kali seakan menikmati kisah itu. Entah kenapa hatinya menjadi lega saat tahu sumber masalahnya sudah tiada.

"Tunggu, kau bilang masih ada sisa-sisa peninggalannya di sana, kan?"

"Betul Duchess Lalatina. Ada sebuah boneka kayu penjaga dan seekor burung hantu sakti di sana" jawab Elmere.

"Sakti? Sesakti apa sampai-sampai kau membiarkannya begitu saja?"

"Mohon maaf Duchess, hamba hanya melaksanakan perintah untuk menghabisi pemiliknya"

"Hmm, aku mengerti"

Lalatina mangut-mangut dan tampak berseri saat tahu bahwa budaknya ini sangat patuh. Budak yang bahkan mengingat perintahnya dengan detail.

"Oke, itu salahku karena tidak memberikan perintah dengan jelas" ujar Lalatina.

Siapa sangka, kalimat singkat itu langsung membuat Elmere berlutut dan menghantamkan kepalnya pada lantai batu keras itu.

Tampak sekali darah segar mengalir dari dahinya itu.

"Itu salah hamba Duchess Lalatina. Budak ini terlalu bodoh untuk memahami perintah Duchess" ujarnya.

"Ahhhh. Kesetiaanmu sungguh membuatku Bahagia, Elmere" ujar Lalatina sambil mengisap jari telunjuknya itu. Seakan ingin menampakkan sesuatu yang sensual, namun budaknya itu masih menunduk dan tak menampakkan wajahnya.

Para pelayan lain juga tampak menunduk saat melihat tingkah tuannya itu.

Duschess Lalatina si wanita mesum itu. Entah kenapa ia terobsesi untuk menundukkan Elmere sepenuhnya.

Elmere adalah budak setianya, kecuali untuk satu hal. Ia belum bisa membuat Elmere dengan sukarela meminta berhubungan badan dengannya. Itulah yang membuat Lalatina makin bergairah dan menjadi seperti sekarang ini.

"Baik, budakku yang tercinta. Ini perintah baru. Aku ingin kamu menghancurkan hutan itu tanpa ada yang tersisa. Bakar semua! Termasuk rumah kecil itu" ujarnya.

Saat itulah mata Elmere terbelalak. Siapa sangka kebohongannya malah membawa pada masalah baru.

Makhluk berbentuk burung hantu itu saja tak bisa ia lawan. Bagaimana dengan boneka kayu dan pemiliknya itu? Elmere takut dia akan langsung tewas hanya karena satu jentikan saja.

"Baik Duchess Lalatina"

Semua sudah terlanjur dan terpaksa ia menerima perintah baru itu. Meski isi kepala Elmere seakrang sangat berkecamuk tak terkira.

"Ngomong-ngomong aku merasakan sesuatu darimu, Elmere" ujar Lalatina.

Pupil keemasannya itu menatap lekat ke arah wajah pemuda tampan yang sudah mengangkat kepalanya itu.

"Tak ada yang bisa hamba sembunyikan dari Duchess Lalatina" ujarnya.

Seketika sinar kehijauan itu mengerubungi Elmere seperti jutaan kunang-kunang. In I sangat indah meski dilain sisi agak menakutkan.

"Ka, kau sudah menjadi Pahlawan?" Lalatina tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat menengok rambut panjang Elmere.

Rambut panjang berwarna putih keperakan dan mengilat seperti Mutiara langka. Ini adalah ciri khas dari mereka yang sudah mencapai ranah Pahlawan itu.

"Hahahaha, budakku memang luar biasa" ujarnya.

Wajah Lalatina sangat mengerikan saat ini. Mungkin karena terlalu senang, ia bahkan tak bisa menjaga ekspresi penuh wibawa itu lagi.

Memangnya siapa yang tak akan berjingkrak saat mengetahui budak mereka menjadi seorang kelas Pahlawan? Seorang petarung yang amat langka bahkan untuk sebuah kerajaan sekalipun.

"Bagus!!!! Bagusss!! Aku memerintahkan kamu untuk membawa lima ribu pasukan! Habisi hutan itu"

"Mohon maaf Duchess Lalatina. Hutan itu berada di wilayah Kastel Singa, hamba takut mereka menyadarinya dan malah menyiapkan serangan saat hamba tak di sini"

Elmere takut jika nanti Hailam malah menyerang Kastel Teratai ini lagi. Terlebih di saat Elmere tengah pergi dengan begitu banyak pasukan. Jelas Lalatina akan berada dalam bahaya.

"Tidak usah khawatir Elmere. Aku sudah memerintahkan pada pembunuh bayaran itu untuk membuat keributan. Kalian tinggal melaksanakan misi pembakaran saja" ujar Lalatina lagi.

Meski dia orang jahat, namun Lalatina cukup cerdik. Itulah yang membuatnya masih bertahan dibalik tekanan saudara-saudaranya yang lain.

"Baik Duchess Lalatina" ujarnya.

"Bagus, bagus! Pelayan, ambil sepuluh budak laki-laki sekarang. Aku ingin merayakan ini dengan memainkan kelamin mereka" ujarnya.

Lalatina dengan lantang mengatakan hal tabu itu. Bagaimanapun dia adalah seorang Duchess yang dianggap sebagai bangsawan kelas atas. Bangsawan mana yang dengan lantang mengatakan kalau ia butuh sepuluh gigolo sekaligus untuk memuaskan nafsunya?

Tampak jelas di wajah Elmere beberapa paduan emosi yang bercampur. Ia tampak marah dan sedih saat mendengar perintah itu.

"Kalau begitu hamba undur diri" ujarnya dengan sopan.

Ia tak tahan mendengar rintihandan desahan Lalatina saat bermain bersama sepuluh budak prianyaitu. Hatinya sakit saat mendengar suara dan perintah itu.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang