Pangeran Vs Pangeran I

1.2K 190 4
                                    

Rimba kosong memang menjadi rebutan para serigala. Mereka bertarung untuk mendapatkan area perburuan itu. Sebuah tempat yang akan mempengaruhi koloni mereka.

Itulah yang terjadi dengan dukedom Teratai. Lalatina sudah dieksekusi mati, para bangsawan sangat berhasrat untuk naik jabatan. Namun apa daya, Duke bukanlah sesuatu yang bisa mereka gapai dengan kerja keras saja. Ada faktor garis keturunan di sini.

Tampak para bangsawan dukedom Teratai merendahkan punggungnya. Seakan ingin menjilati kaki pria itu.

Tubuhnya lumayan pendek, jauh di bawah rata-rata. Rambutnya dipotong cepak tentara, sangat pendek dan hanya menyisakan satu senti saja. Ini tampak berbeda dengan saudaranya yang lain yang suka akan rambut kuning keemasan itu.

Orang ini juga tampak kurus dan selalu menampilkan wajah cemberut. Terlebih bekas luka di bawah bibir tipis itu yang membuat wajahnya terlihat semakin buruk.

Dia adalah Duke Alden, pemimpin dari dukedom Pedang sekaligus tetangga dari dukedom yang sudah runtuh ini.

Lalatina sudah mati dipenggal warganya yang emosi. Di sinilah Duke Alden datang, pria berwajah buruk itu mengambil kesempatan untuk memperluas dukedom nya dengan usaha minim.

Ia hanya perlu berjalan di atas karpet merah itu sambil menikmati para bangsawan yang tengah menjilatnya. Orang-orang yang juga melakukan hal sama pada Lalatina, namun berbalik arah saat angin revolusi itu mulai terasa.

"Tuan Alden, selamat datang di dukedom Teratai"

Seorang pria yang agak tua dengan tubuh bungkuk itu langsung mendekat. Tampak tulang punggungnya sudah menonjol seperti punuk unta. Menggesek-gesek tangan seolah tengah memikirkan akan menerima sesuatu dari Duke berwajah buruk ini.

Dia adalah Baron Adaire, satu-satunya yang berani datang menjilat secara langsung. Itu adalah gelar paling rendah di mana hanya menandakan kepemilikan tanah saja. Intinya ia adalah tuan tanah dan sering juga dipanggil sebagai lord.

Sistem medieval ini memang agak unik. Sama halnya dengan Duke yang memimpin sebuah dukedom. Itu artinya ia memimpin sebuah wilayah, namun tak memiliki kepemilikan tanah disana. Ia hanya memimpin karena factor keturnan saja.

Ini berlaku bagi Duke Hailam, Duchess Lalatina dan pria pendek ini. Duke Alden, adalah pemimpin dukedom Pedang dan ingin mengambil alih dukedom Teratai juga. Inilah kenapa ia mau tidak mau harus bersabar menghadapi bangsawan-bangsawan ini.

Tampak sekali muka kesal itu seakan ingin segera menampar Baron seperti seekor unta ini. Ini adalah sesuatu yang menarik, para bangsawan rendah itu langsung menyerbu seperti lalat yang menemukan bangkai busuk. Mereka menjadikan keberanian baron bungkuk ini sebagai acuan dan mulai memperkenalkan diri.

"Hahaha, bagus-bagus. Aku akan menulis rekomendasi untuk kalian" ujarnya.

Ia sangat menikmati dijilat seperti itu. Jika bisa orang-orang ini harus menjilat inci demi inci tubuh itu sampai bersih. Tak hanya sebatas pujian-pujian saja.

Duke Alden adalah orang yang suka dipuji. Ia hidup dalam pujian dan jilatan orang-orang sekitarnya. Mungkin karena muka seperti kera, orang-orang juga berpikir otaknya lebih kurang juga sama.

Lalau kenapa ia bisa tetap bertahan selama ini? Bukankah harusnya dia juga bernasib sama seperti Duke Hailam yang menjadi bulan-bulanan itu.

Harusnya seperti itu, namun semua ini tak terjadi karena seorang pria yang ada di sebelahnya. Preia berambut hitam dan berwajah tegas itu mendampingi orang ini. Pria dengan tatapan tajam dan tak pernah tersenyum itu.

Viscount Eldayo, dia adalah Viscount di dukedom Pedang. Orang yang memiliki dua identitas ini. Seorang Viscount yang juga menjadi pemimpin pembunuh bayaran itu.

Duke Alden memang tak tahu, otaknya mungkin tak sampai sebesar kacang tanah. Namun saudaranya yang lain tentu memiliki sedikit banyak informasi tentang itu. Seorang pria berbahaya yang sudah mencapai ranah Pahlawan pada usia belasan tersebut.

Dengan kata lain Duke Alden adalah orang dengan otak kosong. Kehadirannya di sana juga tak lain adalah upaya dari Viscount Eldayo untuk menjaga stabilitas di sana.

"Duke yang terhormat, tolong pimpin kami" ujar mereka lagi yang sudah membayangkan surat rekomendasi kenaikan gelar itu.

Orang yang mereka panggil malah tersipu. Ini membuat wajah buruk itu kelihatan makin buruk dan tak sepantasnya disaksikan anak di bawah umur. Ini adalah teror yang sesungguhnya.

Wajahnya lengkap layaknya manusia, tak seperti Iblis Buruk Rupa yang batang hidung saja sudah tak punya. Namun wajah orang ini tampak lebih menjijikkan. Jika bingung, maka tinggal cari orang menjijikkan dalam hidup kita dan orang ini lebih parah darinya.

"Tuan"

Eldayo memberikan kode agar tuannya segera beranjak. Mereka perlu menempatkan bendera dukedom itu di kastel Lalatina segera. Ini adalah simbolis pencaplokan wilayah itu.

"Tunggu sebentar bodoh, kau bahkan tak punya etika" ujarnya ketus.

Dia kesal melihat Viscount Eldayo yang mengganggu kesenangannya itu.

Orang ini haus pujian, dan lidah tak bertulang orang-orang rakus itu benar-benar memberi makan ego Duke bodoh yang satu ini.

Ia sudah bosan dipuji orang yang sama setiap harinya. Ingin mencoba sensasi berbeda dari orang dukedom ini.

Viscount Eldayo akhirnya memutuskan untuk diam. Tak sanggup juga ia berlama-lama ditatap wajah menjijikkan itu.

"Aku dengar Lalatina suka mengumpulkan pria untuk ranjangnya. Apakah kalian bisa menyediakan wanita juga?"

Orang ini mulai menjilati bibirnya itu seakan menanti santapan lezat. Mungkin dalam hatinya ia menganggap itu sensual, padahal orang di sekitar sudah kesusahan menahan muntah karenanya.

Ini mirip seperti keledai yang menjulurkan lidah. Liur itu berjatuhan karena rasa hausnya memikirkan rasa dari para wanita di dukedom tetangga.

"Saya akan berikan wanita terbaik, bertubuh bening dan berdada besar" ujar salah seorang Baron.

Selaku pemilik tanah tentu ada banyak wanita yang tinggal di tanah miliknya. Bisa saja mereka tak mampu membayar sewa dan terpaksa menjual anaknya.

"Tidak-tidak! Aku tidak suka yang besar! Cari yang berdada kecil" ujarnya lagi.

Viscount Eldayo malah menepuk jidat melihat pemandangan ini. Ada hal yang lebih penting dan Duke ini malah membahas preferensi wanita kesukaannya. Entah, mungkin otaknya sudah diganti oleh ruang hampa dalam tengkorak seperti kera itu.

Orang dukedom Teratai mungkin berpikir kalau mereka bebas dari neraka Lalatina. Namun mereka tak tahu jika bangsawannya secara gamblang membicarakan penjualan wanita-wanita wilayah mereka.

Para tuan tanah yang harusnya melindungi warganya itu, malah berpikir menjual wanita mereka demi sehelai surat rekomendasi itu.

Surat rekomendasi dari Pangeran ke lima, yang paling tak bisa diandalkan dan mungkin langsung dibuang ke pembakaran oleh sang Raja. Ini sama saja dengan mereka menjual wanita-wanitanya hanya demi omongan sekelas kentut yang keluar dari mulut bau penuh gigi kuning itu.

"Ah, aku rasa mencoba hal baru juga tak apa. Cari yang berdada besar, jika bisa cari yang sebesar punya sapi" ujarnya sambil cengengesan.

-------

Sepatah Kata:

Jangan Lupa Follow 😊


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang