Cahaya keunguan itu muncul dan mendatangkan Lili dan bocah kecil itu kembali. Sesuatu yang terjadi dengan cepat, di mana Elisa mengirim mereka untuk memberikan dua botol ramuan penyembuh itu.
Tampaknya itu sukses, terlihat senyum semringah gadis kecil ini setelah kembali dari sana. Melalui teleportasi yang dilakukan oleh Elisa dan memindahkannya lagi ke gubuk Elisa itu.
Tampaknya ada rencana besar yang sedang dipikirkan gadis berambut ungu keperakan ini. Buktinya ia tetap membiarkan gadis kecil itu untuk berada di gubuknya dan membaca buku-buku anak-anak bergambar tersebut.
Sama seperti Lili si vampir kecil yang awalnya agak ogah untuk pergi ke desa itu. Namun mau bagaimana lagi, ini titah Elisa dan mau tak mau dia harus mengikutinya.
"Bagaimana Nana? Apakah orang tuamu sudah baikan?"
Gadis itu mengangguk dengan cepat. Ramuan itu amat ampuh dalam memperbaiki otot kaki yang putus itu. Dua orang lumpuh tersebut normal seperti masa mudanya. Mampu bergerak lincah dengan kekuatan berlebih ditubuh mereka.
"Haa, aku ingin baca lagi"
Lili langsung menyelinap lagi mengambil buku dalam rak besar itu. Ia tak sempat membaca semuanya waktu masih di istana vampir. Itu sudah dianggap sebagai harga negara dan tak mudah untuk membawanya keluar.
Ini adalah kesempatan Lili untuk mempelajari budaya bumi. Membaca buku itu satu persatu, seperti gadis yang malas bergerak. Apalagi camilan yang diberikan Elisa, ini sudah sangat memanjakan mereka.
Elisa tampak seperti seorang ibu muda di sini, mengurus dua anak nakal yang tiba-tiba jadi suka membaca itu.
"Hmm, nona Elisa. Apakah boleh pipis di tempat ini?"
Mungkin karena kebanyakan minum es dan jus itu, gadis ini tampak kebelet. Lili si vampir ingat kalau mereka tak boleh meninggalkan segala sesuatu secara sembarang. Ya, meski dilain sisi Elisa malah memberi ramuan penyembuh pada dua orang itu. Suatu kontradiksi yang sampai sekarang masih belum dimengerti Lili.
Lili tampak merapatkan pahanya itu, seolah berusaha menahan rasa itu sekuat tenaga. Tampaknya Elisa lupa, gadis ini tak sama sepertinya. Tak seperti Elisa yang sudah menjadi Dewa dan tak memikirkan hal itu lagi. Ia bisa menghilangkan isi kantung kemihnya berdasarkan pikiran saja.
"Eh? Aku lupa. Ini sudah tiga hari ya?" Elisa terbelalak saat mengingat itu. Artinya gadis ini sudah menahan selama tiga hari dan Elisa lupa akan hal itu.
Ia langsung mengirim Lili untuk membawa ramuan itu. Sedikit bertutur kata dengan orang desa dan segera kembali kesini. Itu dilakukan Elisa setelah dua bocah itu cukup akrab dan tampak cocok bersama.
Sekarang mereka seperti saudara yang membaca buku dalam level berbeda. Seperti anak SD bertemu dengan anak TK. Meski usianya terpaut jauh, namun perangai keduanya hampir sama.
"Eh? Kamu juga tak mau..?"
"Aku bisa menahannya" ujar Lili sambil memalingkan wajah. Menahan pipis ini jauh lebih menyiksa ia rasa.
"Narator, ini kan?" tanya Elisa.
[Benar nona]
Untuk ke sekian kalinya Elisa bicara dengan kabur dan multi makna seperti itu.
"Creation"
Ia mengibaskan tangannya dan mengeluarkan sebuah benda yang dikenal di era modern itu. Sebuah benda yang bernama pispot sebagai penampung pipis, dan dikenal sebagai cawan suci oleh para ras vampir.
"Eee, eeeeh? I, ini kan cawan suci?" Lili jelas kaget. Sebuah benda yang dianggap harta karun kerajaan malah dikeluarkan oleh Elisa. Lengkap satu set dengan benda berbentuk corong itu.
"Benar, kamu bisa memakainya sebagai tempat pipis" ujar Elisa.
"Eeee, no, no, nona? Ba, bagaimana caranya?" Gadis ini tergagap saat menerima dua benda pusaka itu. Sebuah tabung gelas bernama pispot dan sebuah corong untuk pipis secara berdiri.
"Ah, ini akan memalukan" batin Elisa.
Butuh waktu lama untuk meyakinkan dan mengajarkan Lili. Sesuatu yang membuat muka gadis ini menjadi merah. Bagaimana mungkin ia mengeluarkan pipisnya pada benda yang mereka anggap suci ini. Bahkan hanya raja yang pernah minum dari sana. Ini jelas suatu penistaan.
Namun mau bagaimana lagi, Elisa bahkan mengajarkannya bagaimana memakai benda itu. Mau tak mau, Lili pergi ke sudut dan melepaskan hajatnya.
Puas dan plong, rasa aneh di bawah perutnya itu sudah lenyap. Namun rasa bersalahnya tetap melekat.
Ia melihat botol dengan cairan agak kekuningan itu. Merasa bersalah telah mengencingi benda suci ini. Benda yang mereka anggap sebagai cawan suci.
"Ayah, maafkan aku yang telah menghina cawan leluhur" ujarnya dengan lirih.
"Nona, ini mau diapakan?" tanya Lili lagi.
"Itu akan kita bawa ke masa depan dan dimusnahkan" jawab Elisa.
Jelas raut wajah gadis ini langsung berubah. Ia tak menyangka harus memusnahkan benda yang sangat berharga itu.
"Apakah boleh kusimpan saja?" tanya Lili lagi.
"Tidak" jawab Elisa dengan tegas. Ini membuat gadis itu makin kecewa, sedangkan Elisa semakin menampakkan senyum misterius itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasyElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...