Perbudakan

2.3K 247 0
                                    

Rumah-rumah itu tampak dibuat dengan rapat. Hanya berjarak dua orang dewasa saja yang membuat lorong-lorong sempit di sana dan tampak agak gelap itu.

Ini benar-benar pemandangan kota seperti permulaan abad pertengahan. Bukan, bukan seperti abad ke-14 itu. Ini lebih awal seperti gambaran tahun empat ratusan tersebut.

Elisa tampak menikmati itu. Dia digendong di pundak boneka kayu keras tersebut. Seperti anak kecil yang tengah bermain dengan ayahnya.

Matanya tampak melebar saat melihat bagaimana kereta kuda zaman dahulu itu bergerak. Belum lagi aliran sungai yang terhubung langsung dengan selokan yang masih berair jernih tersebut.

Ini adalah pemandangan langka, bahkan di era modern sekalipun. Elisa tak pernah melihat air sejernih ini, sebening kristal yang membuat ia hendak menceburkan diri seketika. Itu adalah godaan alam yang sangat indah itu.

Elisa digendong di jalanan untuk itu. Jalanan yang tampak tersusun dari ribuan balok semen atau sesuatu yang sejenis. Seperti yang diharapkan dari jalan utama, tak seperti jalan tanah berbatu yang ia lewati sebelumnya.

Orang-orang menatap lekat sosok yang menggendongnya. Elisa yang duduk di pundak boneka kayu itu berusaha acuh. Mungkin saja mereka penasaran dengan benda aneh yang bisa bergerak itu.

Rambut hitam bercampur ungu keperakan tersebut tampak melambai ditiup angin. Ini membuat wajah cantiknya makin bersinar membuat orang-orang di sekitar hanya bisa tertegun.

Bisik-bisik mulai terdengar, dan rumor itu bergerak dengan cepat.

"Ada bangsawan yang datang ke tempat kita"

Siapa pun yang punya mata jelas akan berpikir begitu. Pakaiannya bagus, parasnya sudah jauh d iatas rata-rata. Kulit Elisa juga tampak mulus tanpa cacat. Hanya satu jenis manusia yang bisa begini, manusia yang mereka sebut royalti alias bangsawan itu.

"Hoooo"

Elisa hampir melompat kegirangan saat melihat hal ini. Ini adalah pasar masa lampau yang sudah lama ia bayangkan itu.

Tampak orang-orang berjejer menjajakan dagangan mereka. Ibu-ibu dan anak-anak tampak memanggul benda-benda berat itu seperti tanpa masalah. Persis seperti pasar tradisional namun dengan versi lebih meriah.

Regis yang menggendong Elisa sadar akan ketertarikan tuannya itu. Dengan sengaja ia melambatkan langkah agar Elisa bisa semakin menikmati suasana pasar besar tersebut.

"Regis lihat! Mereka menggunakan uang berbentuk lonjong begitu!" ujar Elisa dengan bersemangat.

Ia hampir lupa kalau berada di era kuno saat ini. Teknologi untuk membuat uang logam sempurna jelas belum ada. Jadi tak heran jika uang yang mereka pakai berbentuk pipih dan melengkung begitu. Ini mengingatkan Elisa akan keripik kentang dengan bungkus besar penuh berisi angin tersebut. Persis seperti itu. Bedanya mereka tampak terbuat dari perunggu, perak dan emas.

Regis tak menjawab karena ia tahu kalau tuannya itu sebenarnya sedang bicara sendiri. Ia juga tak mau mengganggu kegembiraan itu.

"Tukk"

Regis menghentikan langkahnya tepat sebelum orang berjubah kusam itu menghantamnya. Itu bukanlah orang dewasa, tampak sekali dari tingginya. Jika menilik dari tinggi bocah itu maka Elisa yakin umurnya tak lebih dari sepuluh tahun.

"Dia tampak melakukannya dengan sengaja" ujar Elisa dengan lirih.

Dia agak kesal saat kesenangannya itu diganggu oleh bocah berjubah kusam itu. Namun tak sampai seperti ingin menghukum atau sejenisnya. Ia cuma sedikit kesal saja.

Bocah itu juga tampak tak senang. Sekali lagi mencoba menyeruduk ke arah kaki Regis dengan sekuat tenaga.

Namun apa yang ada di depannya itu bukanlah boneka kayu biasa. Regis cukup mudah menghindarinya, bahkan tampak dengan usaha minimal.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang