Pohon-pohon raksasa itu seakan menelan sinar matahari siang itu. Dedaunan lebat dengan ukuran batang sebesar empat ekor gajah. Ini belum yang paling besar dari semua, bahkan ada yang sampai seukuran sepuluh gajah dewasa.
Inilah tempat Elisa dan Lili Vampir ini dikirim. Tempat yang entah seberapa jauh dimasa lalu itu.
"No, Nona? Kita di mana?" meski usianya sudah dewasa, namun vampir pendek ini makin bertingkah seperti bocah. Begitu ketakutan akan suasana baru itu dan bergantung pada Elisa.
Ini sangat berbeda dengan kedatangan pertamanya. Tampak sangar dan langsung menantang Elisa. Namun kali ini malah terlihat seperti seorang bocah kecil. Mungkin rasa mendapatkan perlindungan itulah yang menumbuhkan naluri bocahnya untuk kedua kalinya.
Elisa adalah sosok yang bisa ia jadikan tempat berlindung. Sesuatu yang tak bisa ia dapatkan selama ini. Bahkan kemampuan Odd si pengawalnya saja ia masih belum banyak tahu. Alhasil, putri raja vampir ini malah mencoba mandiri dan bergantung pada kekuatannya sendiri.
Menemukan orang yang lebih kuat tampaknya membuatnya jadi lega. Alhasil, sifat tersembunyi ini malah keluar saat itu juga. Lili adalah orang yang juga butuh perlindungan dari sosok kuat seperti Elisa.
Elisa mengusap rambut gadis ini dengan lembut seolah melihat sosok seorang adik. Elisa tak punya keluarga. Semua yang ia ingat hanyalah kehidupan panti yang penuh perjuangan itu. Keluarga baru yang tak terikat darah dengannya.
Ia mulai menduga, tulisan dimasa depan itu mungkin bagian dari kesepian itu. Entah bagaimana sosok yang ada di sekitarnya sekarang adalah sesuatu yang ia rasa kurang dalam hidupnya.
Artie seperti sosok ayah dan ibunya. Regis seperti kakak laki-laki yang bisa diandalkan. Odd adalah teman dekat yang perhatian, dan Lalatina adalah sahabat untuk bercerita dan berkeluh kesah. Sedangkan gadis vampir ini seakan menjadi manifestasi dari keinginan Elisa akan seorang adik kecil.Ini adalah sesuatu yang unik seakan semua rasa kesepiannya itu dilengkapi oleh dunia yang terbentuk dari sebuah novel ini. "Narator, kita berada di mana?" tanya Elisa.
Satu-satunya yang menjadi navigasinya adalah suara mekanis yang ternyata juga berwujud pria tampan itu.
[Nona dikirim ke seribu tahun lalu. Era sebelum kerajaan Yepales terbentuk] ujarnya.
Sosok "Narator" ini bisa menerka dengan begitu cepat. Tak salah memang, karena dialah yang menentukan jalannya cerita itu. Memperbaiki setiap petualangan Elisa dan menjadikannya sebuah buku utuh dengan tulisan ciamik itu.
"Lili, tampaknya kita pergi terlalu jauh"
"Seribu tahun yang lalu" ujar Elisa yang sengaja memotong kalimat itu agar gadis kecil ini mengalihkan perhatiannya dari rasa takut tak masuk akal itu.
"La, lalu apa yang harus kita lakukan nona?"
"Singkatnya kita hanya perlu menunggu tiga kali matahari terbenam di era ini. Lalu mencari sosok Soulkonig masa lalu untuk mengirim kita" terang Elisa.
Dia tampaknya mengerti. Konsep sederhana dari mematahkan kutukan ini. Konsep yang disebut sebagai mematahkan logika hingga mencari celah untuk membatalkan kutukan itu.
"Narator, apakah dunia dari dulu memang tidak lengkap?" tanya Elisa dengan heran. Ia masih belum yakin apa penyebab bulan dan matahari asli itu disegel. Toh semua keanehan ini baru terjadi lima tahun ke belakang.
[Matahari dan bulan adalah medium untuk para Dewa lebih mudah mendapat ego, dan itu berbahaya. Bahkan kedatangan Melisa sekalipun, dunia ini tetap tak mempunyai siang dan malam yang sempurna]
"Lalu kenapa aku harus mengembalikannya?"
[Nona adalah anomali, ada dua kehendak semesta yang datang saat ini. Satu dengan anugerah semesta berupa pertahanan absolut. Dan nona, yang didatangkan oleh para Konig yang akhirnya diakui oleh semesta]
"Hmm, sedikit banyaknya aku tahu. Namun kenapa kekuatanku malah disegel? Tak seperti Melisa?" ujar Elisa lagi dalam hatinya.
Ini adalah cara dia berkomunikasi dengan suara mekanis yang mengaku sebagai "Narator" itu. Seperti namanya, suara mekanis itu menjawab semua teka-teki yang ada dalam otak Elisa. Meski lautan pengetahuan itu sudah ia terima semua, namun ada beberapa hal yang masih terasa janggal.
[Berbeda dengan Melisa, nona bukan hanya perwujudan kehendak semesta. Namun juga menjadi semesta itu sendiri. Bukankah nona sudah bisa menciptakan makhluk apa pun sekarang] Narator itu bertanya balik, dan Elisa mengangguk mendengarnya.
Ia memang merasakan perubahan itu. Kekuatannya sekarang tak terbatas pada benda mati saja. Ia seakan bisa menciptakan manusia hanya dengan lambaian tangan saja. Itulah kekuatan tertinggi setelah segel ketiga dibuka.
"Hmm, apakah ini privilese pencipta buku ini?"
Hanya itu kesimpulan yang keluar di otak Elisa. Berdasarkan keterangan, Elisa menulis sepuluh lembar di antaranya. Sedangkan Melisa hanya menambahkan satu lembar. Secara porsi tentu Elisa dapat dikatakan menciptakan lebih dari sembilan puluh persen dari dunia ini.
"Oh ya, Lili. Karena kita di masa lalu kita harus berhati-hati agar tak mengubah masa depan" ujar Elisa.
Ia takut gadis kecil yang sesekali nyentrik ini malah membuat keributan dan mengganggu masa depan. Ini bisa saja menciptakan dimensi alternatif di mana salah satunya sudah dihancurkan oleh Melisa si gadis berambut biru keperakan.
"Baik nona" jawab Lili yang sudah kembali tenang.
"Nah, sekarang lebih baik kita membuat tempat di sini. Aku rasa akan berbahaya jika kita berbaur dengan orang era ini" tambah Elisa.
"Berarti kita hanya perlu menunggu beberapa hari di sini?" tanya Lili lagi untuk memastikan.
"Yep" jawab Elisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasyElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...