Elisa tak ingin pembunuhan, namun tidak berarti pengikutnya juga. Itulah saat di mana Elisa mempertanyakan di mana burung hantu itu.
Ia tak melihatnya terbang di sekitar rumah mereka. Tak ada tanda-tanda kehadirannya juga di halaman depan penuh salju itu. Seakan burung ini memang tak ada di tempat itu.
"Artie. Artie"
Teriak Elisa setelah menyelesaikan urusannya dengan para pembunuh bayaran itu.
Artie tak kunjung datang ke pundak Elisa yang membuat gadis ini memiringkan kepalanya merasa heran.
"Nona jangan khawatir, Artie tengah menjalankan tugasnya" ujar Regis.
Elisa ingat kalau dua makhluk ini seakan bisa mengerti satu sama lain. Inilah yang memutuskan Elisa untuk percaya akan apa yang dikatakan Regis padanya.
"Apakah dia melakukan sesuatu yang berbahaya?" tanya Elisa lagi.
"Tidak nona, Artie tak melakukan hal yang berbahaya"
Jawaban dari pelayannya itu bisa membuat Elisa sedikit lega. Mengingat ada kejadian pembunuh bayaran seperti tadi, Elisa takut ada bahaya lain yang mengancam burung hantu kesayangannya itu.
Itu adalah teman pertama Elisa setelah sampai didunia itu. Bahkan lebih dahulu daripada Regis yang menjadi pelayan setianya.
--
Dipinggir hutan kematian yang penuh salju. Tampak ribuan orang tengah berdiri dengan obor apinya. Mereka seolah ingin menentang alam dan membakar hutan bersalju itu. Ini jelas sesuatu yang tak logis dan cukup aneh.
Siapa juga yang mencoba membakar pepohonan diwilayah penuh salju? Orang gila saja tak akan mau melakukannya.
Ya, orang gila mungkin tidak. Namun beda cerita dengan budak cinta dari pria yang bernama Elmere ini.
Dia dengan gagahnya memegang tombak hijau itu, memimpin lima ribu orang bersenjata lengkap dengan sebuah obor ditangannya.
Mereka seakan ingin meratakan tempat di mana sang Dewi berada.
"Untuk Duchess Lalatina!" teriak Elmere.
Suara gemuruh itu terdengar saat lima ribu orang itu ikut menyarankan pujiannya untuk tuan mereka si Duchess Lalatina.
"Hancurkan!!"
Elmere berteriak dan memimpin pasukan itu. Mencoba melempar obor itu ke segala arah. Ribuan obor itu mendarat di pohon-pohon pinus itu. Tak menampakkan tanda-tanda akan terbakar.
"Sudah kuduga" ujar Elmere.
Ia sudah merasakan keganjilan pohon-pohon ini saat pertarungan dahulu. Pohon yang bahkan tak tumbang setelah terkena hantaman tubuhnya.
"Ganti strategi! Gunakan aura!" teriaknya.
Tampak cahaya kelap-kelip keluar dari pedang orang-orang itu. Perlahan namun pasti mulai menebas pohon-pohon pinus itu.
"Braaakkk"
Pohon itu memang keras, meski dengan kekuatan tertinggi mereka. Para prajurit itu hanya bisa menciptakan lubang kecil di pohon-pohon itu.
"Heaaaaaaa!!!"
Elmere mengeluarkan kekuatannya, rambutnya mendadak menjadi putih seakan ingin menunjukkan keberadaannya sebagai seorang kelas Pahlawan.
"Siiingg"
Tombaknya menderu bagaikan mesin jet tempur dalam posisi puncak. Mendesing dan menghancurkan pepohonan itu berkeping-keping.
Tampak jelas beberapa pohon pinus itu tumbang. Terlihat unik, karena sesaat setelah tumbang semua daunnya berubah menjadi kecokelatan. Seakan telah kehilangan sumber energinya.
"Bakaarrr!!"
Ia memerintahkan prajuritnya untuk membakar lagi dan kali ini api berkobar dari pohon kering yang mati itu.
"Kita akan membakarnya hingga tak ada lagi Hutan kematian" teriaknya lagi.
"Hingga tak ada apa?"
Elmere langsung menoleh ke angkasa. Sebuah suara yang amat familier ditelinganya. Suara makhluk yang mempermalukannya kala itu.
Seekor burung hantu berwarna putih dengan ukuran cukup besar. Matanya merah menyala seakan api neraka yang jatuh ke dunia.
"Heeeyaaah!!"
Dia melemparkan tombak itu ke angkasa, mendesing dengan keras berusaha menghantam burung hantu itu.
"Tingg"
Naas, hanya dengan satu kibasan sayap saja. Tombak itu terpelanting ke bawah hampir menghantam kepala Elmere.
Tampaknya burung hantu itu tak main-main dengan janjinya tempo hari. Janji akan menyiksa dan menghabisi Elmere jika ia macam-macam lagi.
"Sssshhh"
Sebuah suara lembut seperti hembusan angin terdengar. Cahaya putih keperakan yang menyelimuti burung hantu bermata mewah itu.
Tak makan waktu lama hingga sosok makhluk yang baru tampak menggantikan keberadaan burung hantu tersebut.
Seorang pria berambut putih panjang, dengan wajah tirus yang amat menggoda. Matanya terlihat merah dengan alis menukik menampakkan sosok sangar dibalik wajah cantiknya itu.
Bisa dikatakan dia adalah pria cantik yang tampak berbahaya. Terlebih pakaian pelayan berwarna hitam yang ia kenakan saat mengambang diangkasa,
Dimata lima ribu prajurit itu, mereka seakan melihat turunnya seorang Dewa ke dunia.
Wajahnya tampak licik dan memandang dengan sinis pada kumpulan makhluk seperti semut yang ada di bawahnya.
Kedatangannya memang mirip seperti Dewa, namun pembawaannya lebih tampak seperti iblis. Terlebih sayap hitam yang ada dipunggungnya itu. Tampak seperti sayap kelelawar dalam ukuran mini. Terlihat angker menghiasi punggung pria itu.
"Kraaakkk"
Dia menggenggam tangan yang memiliki kuku panjang itu. Seakan tengah menghancurkan sesuatu. Padahal tak ada apa pun di telapak tangan pria misterius itu.
"Buaaghhh"
"Aakkkkkhhh"
Ini adalah pemandangan yang mengerikan. Tak akan ada yang percaya jika mereka tak melihatnya sendiri.
Ribuan orang di sana tampak tumbang dengan dada meledak dan hancur sebesar kepalan tangan. Ini terjadi dengan cepat, dan ribuan orang itu luruh seperti kantong beras yang jatuh menghantam bumi.
Mereka semua mati dalam waktu yang hampir sama. Menyisakan Elmere dan ratusan orang lainnya yang pucat dan kencing di celana.
Elmere tahu kalau kekuatan burung hantu itu hebat. Namun ia tak menyangka akan sejauh ini, toh dia hanya peliharaan.
Namun apa yang ia lihat saat ini seperti penampilan iblis yang muncul dari neraka. Makhluk yang membunuh bawahannya hanya dalam sekali menggenggam saja.
"Sayang sekali, kau dibutuhkan untuk cerita. Benang takdirmu masih diperlukan" ujar Artie yang sudah dalam wujud manusia bersayap itu.
Wajahnya datar seakan tak menganggap lawan bicaranya. Dimatanya, orang-orang itu tak ubahnya semut yang bisa ia injak kapan saja. Toh kematian ribuan semut sekalipun tak akan mengubah geraknya dunia.
"Aku meminta kalian mundur, atau orang yang bernama Lalatina itu akan menjalani kehidupan paling menyakitkan" ancam Artie lagi.
Ini sukses membuat wajah Elmere menegang. Ia mau melawan, namun sadar ia tak ubahnya seekor semut dimata sosok agung yang dengan santainya berdiri diangkasa.
Orang itu seperti mampu menjejak udara, bahkan tanpa menggunakan sayap kecil itu.
"Ckk"
Elmere mendecih, tak tahu harus melakukan apa-apa lagi. Ia memberi komando untuk menarik mundur semua pasukannya.
"Hahaha, sesuatu yang menarik akan segera terjadi" ujar Artie yang menatap dingin dari angkasa.
![](https://img.wattpad.com/cover/331038476-288-k956730.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasyElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...