Es Krim Stik

543 78 1
                                    

Gadis kecil itu seakan tak percaya. Rumah yang disebut gubuk oleh Elisa, itu seperti sebuah gedung mewah baginya. Bagaimana tidak, gadis ini biasa tinggal dibah dedaunan kering yang dibentuk menjadi atap itu. Dindingnya juga dedaunan, tak seperti rumah gubuk Elisa yang sangat kokoh itu.

Ia lebih terbelalak lagi saat melihat wanita cantik berambut ungu keperakan itu. Elisa memang tak mengganti pakaiannya, ia hanya perlu menggunakan sihir yang sama dan membuat pakaian sejenis. Tak heran sudah berhari-hari ini ia masih memakai celana jogging dengan hoodie tudung berbentuk telinga kucing itu. Terlihat imut dan sekilas menampakkan kesan tomboy dari gadis menawan ini.

"Hmm?"

Elisa hampir menyembur coklat panasnya saat melihat bagaimana Lili membawa bocah itu. Seperti tengah menjinjing anak kucing tanpa rasa bersalah.

Gadis ini memang dibesarkan di keluarga kerajaan, jadi tak heran ia agak kurang cakap dalam bertingkah.

"Nona, kenapa kita harus menyelamatkannya? Bukankah masa depan bisa terganggu?" Lili masih heran dengan perintah itu. Di satu sisi Elisa memintanya untuk ikut campur, namun disisi lain takut menyebabkan efek domino yang akan mengubah sejarah dunia ini.

"Kau akan tahu nanti" ujar Elisa sambil tersenyum misterius. Seakan sudah ada jutaan simulasi dalam otaknya itu yang membawanya pada sebuah kesimpulan menakjubkan. Sebuah rahasia besar yang perlahan akan terbongkar nantinya.

"Ayo, silakan duduk"

Elisa melambaikan tangannya menyuruh dua orang itu untuk duduk. Dua orang dengan usia terpaut jauh namun dengan tinggi tak jauh berbeda. Lili hanya lebih tinggi sedikit dari gadis sepuluh tahun ini, membuatnya seperti sosok kakak di sana.

"Creation" ujar Elisa.

Ia mengibaskan tangannya lagi. Mengeluarkan sinar keunguan itu dan menampilkan beberapa buah benda unik.

Bentuknya seperti kotak yang melengkung pada bagian atasnya. Ditambah sebuah kayu tipis yang tertancap di tengahnya itu.

Lili langsung paham dari aura dingin yang ia rasakan. Ini mirip dengan es krim yang dulu pernah dikasih Elisa padanya.

"Ini disebut Es Krim Stik" ujar Elisa sambil menyerahkannya pada dua gadis mirip bocah itu. Satunya memang bocah asli, namun yang lain adalah gadis dewasa. Gadis dewasa yang tingkahnya tetap sama seperti bocah saat melihat makanan unik itu.

"Es Krim" Gadis kecil itu tampak cerdas. Mengulangi kata asing yang baru ia dengar dengan lancar.

Matanya jelas berbinar. Ini adalah sesuatu yang berbeda dibanding daging mentah yang kerap ia makan bersama kelompoknya. Sesuatu yang menggugah selera seolah makanan dari alam Dewa jatuh ke sana.

"Kakak juga Dewa?" tanyanya dengan polos.

"Juga" batin Elisa yang langsung menatap Lili yang pura-pura bersiul itu.

"Anak ini" batin Elisa dalam hati.

"Itu tidak penting, namun gadis cantik apa yang membuat kamu ke dalam hutan ini?" tanya Elias mengalihkan topik mereka.

"Obat, ayah dan ibu butuh obat" ujarnya.

Gadis itu menjelaskan secara rinci. Bagaimana ayah dan ibunya terluka diserang hewan buas dan ia menari obat untuk menyembuhkannya. Sesuatu yang orang modern sebut sebagai cedera otot, yang membuat dua orang itu lumpuh setelah gigitan. Sesuatu yang harusnya tak akan bisa diobati dengan obat biasa dan membutuhkan operasi.

Elisa tampak berpikir keras, dan akhirnya memutuskan untuk bertanya pada Narator yang memiliki suara mekanis itu.

"Narator, ini kan penyebabnya?" pertanyaan yang agak kabur itu dipahami dengan jelas oleh Narator ini.

[Betul nona, inilah asal mulanya]

Sebuah jawaban yang siapa pun tak akan mengerti kecuali Elisa. Ia kembali tersenyum dan mencubit pipi gadis itu dengan lembut.

"Kamu tunggulah di sini beberapa hari. Ayah dan ibumu akan sembuh kembali" ujar Elisa.

"Be, benarkah?" ia tampak berkaca-kaca seolah mendengar semua harapan yang sudah tak ia dengar belakangan. Tak ada yang tahu cara menyembuhkan kaki itu termasuk tabib desa mereka.

"Tentu, bukankah kamu bilang kalau aku adalah Dewa?"

Lili yang mendengar itu hanya bisa mencuri-curi pandang sambil berpikir keras.

"Rencana apa yang akan dilakukan nona Elisa sekarang?" ia seakan tak bisa menebak apalagi yang akan dilakukan Elisa dimasa lampau ini.

--

"Oh ya, Lili. Aku bertanya perihal naga tadi bukan?"

Lili tersentak, ia ingat akan hal itu dan belum menjawabnya.

"Be, betul nona. Tapi aku tak pernah melihat mereka" ujarnya dengan heran. Ia tak tahu maksud pertanyaan Elisa tadi. Apakah sekedar ungkapan biasa atau memang membahas naga yang sesungguhnya.

"Di tempat kita aku cuma merasakan beberapa ekor. Namun di sini ada ratusan" ujar Elisa yang membuat gadis itu terbelalak.

"Makhluk legenda itu benar-benar ada?" tanyanya seolah tak percaya.

"Ya, dan sebenarnya aku penasaran dengan mereka. Namun aku takut akan mengubah drastis cerita dunia ini" ujar Elisa.

Yang ia maksud berubah drastis bukan karena interaksinya. Ditakutkan mereka malah menyerang Elisa membabi-buta dan Elisa terpaksa menggenosida mereka. Ia tak mau melakukan itu. Ngeri juga jika ternyata ras naga punah karena kekesalan Elisa.

"Waah, lalu ada makhluk apa lagi nona?"

Intuisi dan indra Elisa memang sudah mencapai tingkat tertinggi., Ranah puncak yang tak ada apa pun di atasnya lagi. Ia bisa merasakan semua yang ada didunia ini dalam sekali memejamkan mata. Ada banyak ras tak biasa yang ia lihat di sana.

"Ini mirip dengan buku yang pernah kamu baca di kerajaan. Ada ras dengan tubuh pendek yang pandai bertukang. Ada ras bertelinga panjang yang pandai memanah. Ada raksasa yang berwujud kepala babi yang suka memperkosa wanita. Ada banyak jenis makhluk di sini. Mereka yang tak akan kamu temukan dimasa depan" ujar Elisa menjelaskan hal itu.

Ini seperti awal dari kehidupan di mana seleksi alam mulai bertindak. Ras dengan kemampuan bertahan hidup baguslah yang akan bertahan sampai ke masa depan.

Manusia adalah makhluk lemah namun dengan otak hebat. Tak heran mereka bisa selamat sampai ribuan tahun lamanya.

"Ah, Lili. Kamu bosan?" tanya Elisa lagi.

"Lumayan, nona" jawab Lili dengan ragu-ragu. Untuk ke sekian kalinya ia tak mengerti maksud pertanyaan Elisa.

"Kalau begitu, mau baca buku? Kamu bisa membacanya bersama gadis yang ada di sana" ujar Elisa sambil melambaikan tangannya itu.

Sebuah rak buku besar keluar di sana. Penuh dengan buku yang pernah dibaca Elisa dari kecilnya.

Elisa adalah anak panti yang mencari buku-buku bekas itu untuk ia baca. Terkadang ada yang menyumbangkan buku baru dan dialah yang memonopoli semuanya.

Buku adalah tempat ia melarikan diri dari kenyataan pahit itu. Sesuatu yang menemaninya hingga dewasa. Dan kekuatan aneh itu mampu mengeluarkan buku yang sama persis dengan apa yang pernah ia baca. Buku-buku keren yang tersusun rapi dan membuat gadis vampir itu ngiler untuk ke sekian kalinya.

"Kita mungkin akan di sini lebih dari sebulan. Aku masih menunggu Soulkonig untuk datang" jelas Elisa sambil tersenyum misterius untuk ke sekian kalinya.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang