Penjaga Gerbang

2.1K 277 1
                                    

Tempat itu putih berbalut salju. Salju yang mereka katakan abadi menyelimuti tumbuhan yang juga abadi itu.

Pohon-pohon pinus itu tampak hijau meski terus menerus ditutupi salju. Bukan satu atau dua hari. Namun sudah selama beberapa puluh tahun. Itulah yang membuat tempat ini dirasa angker dan tak bersahabat. Hutam Kematian, tempat yang dikunjungi oleh pria berambut pirang panjang dengan bekas luka dimatanya itu.

Elmere, si kesatria penurut milik Duchess Lalatina itu rampak tak gentar melewati bahaya untuk sampai di tempat itu.

Ia berjalan kaki, seolah dinginnya salju itu bukan apa-apa bagi pria tampan dan kekar itu. Tampak tak ada bekal yang ia bawa, kecuali tombak hijau yang terikat dipunggungnya itu.

Julukan Kesatria Medis bukan tanpa alasan. Ia memiliki mekanisme memperbaiki sel-sel tubuhnya sendiri setiap ada kerusakan. Itu adalah sebuah rahasia yang ia dapatkan dahulu. Sebuah rahasia yang mengubah hidupnya itu.

"Blurrghh"

Dia mengangkat bajunya itu membuat perutnya terekspos dengan dinginnya tempat itu. Disitalah sesuatu yang unik terjadi. Perut itu seakan membelah dan mengeluarkan sebuah apel besar seperti keluar dari lubang penuh darah.

Dia menariknya, tampak apel itu tampak masih terhubung dengan dagingnya itu. Mengeluarkan suara seperti tali putus diikuti dengan darah yang muncrat dari sana.

Ini adalah pemandangan yang keji. Ia seperti kanibal yang memakan dagingnya sendiri. Bedanya, apa yang keluar dari dagingnya itu adalah sebuah apel merah yang tampak manis.

Sekejap berikutnya, cahaya hijau tampak menyelimuti bekas luka itu. Menutup semuanya dan menghapus darah-darah itu seakan tak ada apa pun yang terjadi.

Ini membuat Elmere menerawang. Dia agak sentimental melihat suasana sepi tersebut. Otaknya mengingat bagaimana artefak "Alam" itu dipaksa bergabung dengan tubuhnya oleh Lalatina.

Artefak yang memberikannya kemampuan penyembuhan tanpa henti selagi alam itu ada. Meski tangan dan kakinya terpotong, itu bisa tumbuh lagi seperti ranting pohon yang baru ditebas.

Kekuatan aslinya bukanlah penyembuhan, namun  pohon itu sendiri. Elmere adalah pohon yang berjalan dan memiliki kehendak sendiri. Itulah dia yang sekarang.

"Tidak! Aku tak boleh menyesali semua itu. Ini demi Lalatina" ujarnya.

Ia bicara sendiri di tengah salju itu sambil terus melangkah pada sumber energi yang agak asing menurutnya itu.

Ada sesuatu yang besar namun terasa kecil. Ada sesuatu yang kecil namun terasa besar. Tampaknya nalurinya dibuat kacau, padahal ia yang sudah satu dengan alam itu bisa dengan mudah merasakan kehadiran-kehadiran musuh mereka.

Bahkan hewan-hewan kecil yang bergerak di sekitarnya. Orang ini dapat dengan mudah mendeteksi semuanya.

Namun semua itu berubah saat ia memasuki hutan ini. Akal sehatnya seakan dibuat kacau dan instingnya dibolak-balik oleh sesuatu yang ia sendiri tak tahu apa itu.

"Tampaknya memang ada rahasia besar di sini" batinnya lagi.

Matanya terbelalak saat melihat gerbang besar itu. Sebuah tempat yang tak tersentuh oleh salju seolah menjadi dunia yang berbeda dengan sekitarnya.

Ini seperti dunia kecil di tempat besar itu. Namun sekilas itu lebih besar dari dunia yang diketahui Elmere.

"Dia kecil tapi besar. Dia besar namun terlihat kecil"

Elmere bergumam, seakan itulah sumber keanehan yang ia rasa semenjak perjalanannya itu. Pria tampan tersebut tampak mematung lagi di depan gerbang besar dengan ukiran naga tersebut.

Tampak indah dan seolah hidup. Ini jelas membuatnya sedikit bergidik saat memikirkan jika hewan itu benar-benar nyata. Menghancurkan satu benua itu mungkin hanya perkara beberapa hari saja baginya.

Tampak mendominasi walau itu hanya sekedar ukiran saja.

"Aku tak peduli apa yang ada di sini, aku harus melaksanakan tugasku"

Ia menarik tombak yang ada dipunggungnya itu. Bersiap dengan seluruh kekuatan tempurnya seolah hendak meratakan tempat tersebut.

"Salahkan dirimu karena menjadi penghalang Duchess Lalatina" ujarnya lagi.

"Blassshhh!"

Tombak itu meluncur dengan kecepatan tinggi. Mendesing seperti suara mesin pesawat yang sedang meluncur diangkasa.

"Hoooooooooo"

Sesaat sebelum tom bak itu menghantam gerbang tersebut, tiba-tiba terdengar suara memekakkan telinga.

Elmere bahkan langsung menarik tombaknya dan memasang sikap siaga.

Itu adalah suara yang tiba-tiba muncul, namun mampu membuat kewarasan pria itu goyah. Ia seakan baru saja mendengarkan teriakan raksasa yang tengah murka.

Ia menengok ke atas. Sumber suara menakutkan itu dan hanya melihat sesosok makhluk indah tengah bergantung di atas tembok tersebut.

Seekor burung hantu salju berwarna putih bersih dengan ukuran cukup besar. Matanya tampak merah dengan pupil lebih merah gelap. Itu seakan bisa melihat menembus jiwa Elmere yang tengah siaga itu.

Susana di sana sangat dingin, namun keringat malah membanjiri tubuh pria yang memegang tombak hijau itu. Seakan ada tekanan adrenalin luar biasa yang tengah ia alami sekarang.

"A, apa itu?"

Sebagai seorang kesatria yang memiliki harga diri tinggi, Elmere tampak gemetar saat melihat makhluk tersebut.

Sosok yang menatapnya seolah melihat seekor cacing yang menggeliat. Sesuatu yang bisa dihabisi oleh burung tersebut dalam satu tarikan nafas saja.

Elmere seakan tengah bertemu dengan sosok suci yang memaksanya untuk segera berlutut dan menyembah. Itulah kenapa kakinya bergetar hebat dan dia terpaksa menggigit ujung bibirnya itu agar tetap sadar.

Terlihat urat-urat di wajahnya menegang seolah pembuluh darahnya itu ingin meletus dan memancarkan darah segar di sana. Terlihat sebagai usaha yang amat kuat untuk tetap bisa berdiri di hadapan makhluk putih, burung hantu salju tersebut.

"Ma, makhluk apa kamu?"

Dia berusaha membalas tatapan itu. Tatapan yang menganggap rendah Elmere. Tatapan yang amat ia benci.

"Ha, hanya satu orang yang boleh melihatku sebagai orang rendahan...."

Nafasnya tersengal-sengal saat mengucapkan kalimat itu. Terlihat jelas kalau ia mengeluarkan banyak tenaga hanya untuk mengucapkan kalimat itu.

"Dia, adalah.. La.. Lalatina!!"

Dia mengentakkan tombak itu ke depan seakan menjadi pembantu pijakannya. Mengeluarkan auranya yang membuat salju di sekitarnya beterbangan menyisakan lubang besar di sebelah tempat ia berdiri.

"Aku akan membunuhmu" dengusnya lagi.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang