Benih Jiwa

740 103 5
                                    

Elisa tak menganggap wanita itu sebagai ancaman. Itu tak lebih dari kentut dimata Elisa. Seekor nyamuk yang mati dalam sekali tepuk.

Apa yang membuat Elisa terdiam adalah fakta tentang rumahnya yang sudah tiada. Hancur tanpa sisa, padahal itu adalah tempat Elisa banyak menanam tanaman kesukaannya. Terlepas dari kekuatannya yang bisa membuat itu semua, jelas Elisa sangat berang melihatnya.

Tampak dari tatapan Elisa yang tak main-main. Tatapan tajam seperti ingin menjatuhkan kiamat pada dunia ini karena menyinggungnya.

Ini seperti anak cupu yang berkali-kali memilih diam dan kehabisan kesabarannya. Amarah Elisa mulai berapi-api, sampai-sampai ribuan cara penyiksaan sudah terlintas di benaknya.

Provokasi itu tak cukup sampai di situ, dua peti berisi es itu juga sudah tak ada. Ini jelas membuat Elisa makin berang.

"Heh? Kau mencari dua mayat itu? Mereka sudah kujadikan abu" ujar wanita yang tak lain adalah duchess Harlow itu. Dia sudah kehilangan otaknya semenjak pemuas nafsunya itu dihabisi oleh Elisa.

Tampak sekali ia mencoba mencaci Elisa. Mengolok-olok serasa paling superior tanpa tahu di mana posisinya.

"Ka, Kau akan ku siksa" ujarnya.

"Plakkkkkk"

Elisa berpindah dengan amat cepat. Seperti membengkokkan dimensi dan sudah menampar wanita itu tanpa ia sadari.

Tubuh yang langsung hancur bersimbah darah. Tepat seperti seekor nyamuk yang mati sekali tepuk.

"Tungg"

Tombak itu jatuh. Sinar kehijauan itu mencoba mengelilingi ceceran darah itu. Berharap untuk mengembalikan nyawa orang ini.

Namun sayang, kondisi sudah tak terpenuhi. Tubuh gadis itu hancur seperti tepung saat ditampar oleh Elisa. Bahkan tengkoraknya saja sudah tak bersisa.

"Krakkkk"

Seolah belum puas, Elisa menginjak tombak hijau itu. Tombak yang cukup ia kenal dari seorang pemuda yang mendatanginya dahulu.

Lalatina yang ada di belakang juga tampaknya sadar. Itu adalah tombak yang dimiliki oleh kakinya, kesatrianya yang bernama Elmere yang mati menggantinya di eksekusi umum itu.

"Aku sudah memikirkannya cukup lama" ujarnya.

Entah bicara dengan siapa, namun Elisa mengatakan itu dengan cukup kuat.

"Kerajaan yang kacau balau. Nilai-nilai kemanusiaan yang hilang. Konig yang terbunuh dan munculnya iblis baru. Semua ini mengarah pada satu kesimpulan. Iya kan, Melisa?"

Elisa mengarahkan kepalnya ke atas. Menatap langit gelap tanpa matahari itu. Langit yang awalnya kosong, namun perlahan menampakkan beberapa makhluk di sana.

Tampak seperti sebuah bola yang membuka pelindungnya. Elisa bisa menatap jelas orang-orang itu.

Seorang wanita dengan tudung menutupi rambut yang sedikit keluar itu. Rambut berwarna biru keperakan itu.

"Trakkkk!!"

Artie dan yang lain mengambil posisi waspada. Ini adalah pertama kalinya, Iblis Kekejaman ini tak merasakan tanda-tanda keberadaan mereka.

"Kenapa kau begitu inginnya menghancurkan dunia ini?"

Ini adalah pertama kalinya Elisa meninggikan suaranya sampai begitu. Hampir berteriak dan sangat tak cocok dengan penampilan elegan itu.

"Aku membencimu Elisa. Seorang jalang, ah.. aku tak akan melanjutkannya. Intinya aku akan menghancurkan semua milikmu. Alam bawah, alam manusia dan bahkan alam Dewa. Kau akan sendirian, Elisa"

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang