Masa Lalu Eldayo

859 101 0
                                    

Alkisah seorang pemuda miskin dari desa yang terpencil. Ia adalah anak yang menjunjung keadilan dan menolak semua kejahatan itu.

Anak yang dibesarkan oleh sepasang orang tua yang bukan orang tua aslinya. Seorang anak dekil nan lusuh, terus mengayunkan ranting kayu itu tanpa lelah.

Butir-butir keringat yang sebesar jagung itu tak membuatnya gentar. Terus berlatih di sepanjang hari setelah membantu dua orang tua itu.

Seorang kakek tua yang sudah bungkuk, tampak masih kuat meskipun usianya sudah tak muda lagi. Ditemani seorang nenek tua yang matanya sudah sulit terbuka. Sudah terlalu termakan usia meski masih mencoba memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Bocah itulah yang kelak akan menjadi salah satu Pahlawan kerajaan. Sesuatu yang membuatnya tergerak, mendengar kisah-kisah heroik itu. Kisah yang diceritakan sepasang orang tua yang merawatnya.

Kisah tentang bagaimana para Pahlawan turun dan menghabisi pasukan kerajaan lain. Melindungi anak-anak dan wanita. Bertarung dengan perkasa atas nama keadilan.

Singkat cerita, itulah yang memotivasi bocah yang sudah menjadi Viscount itu dahulunya. Orang yang cinta keadilan, namun dikalahkan oleh realitas dunia.

Ia bahkan tak bisa berkutik saat bangsawan itu menghabisi dua orang yang merawatnya. Dilarikan dan dilatih untuk menjadi anjing kerajaan. Di situlah kisahnya dimulai, orang dengan mental lemah jika berhubungan dengan bangsawan.

"Hee, kau tampaknya sedang mengenang masa lalu" ejek wanita berambut keriting itu.

Ia tampaknya melihat mata Eldayo yang menerawang jauh. Seakan meneliti sebuah perkara. "Di mana aku salah Langkah dahulunya?" batinnya dalam hati.

Meski ia tak terlalu setia pada duke dengan kelamin puntung itu, namun ia masih terus bersikap seperti anjing mereka. Apakah itu yang disebut pahlawan?

Pikiran itu berkecamuk dalam otaknya. Namun, gadis yang ada di depannya itu cuma masa bodoh. Mulai menarik kuat rambut itu seakan ingin mencabut kulit kepala Eldayo.

"Sudah berapa jiwa yang ia hancurkan? Dan kau baru bertindak sekarang?" makinya.

Jika bukan karena takut rakyatnya menderita, duchess tiara mungkin sudah memrangi wilayah pangeran berwajah buruk ini. Orang yang dikenal sebagai duke buruk rupa dan tengah menangis kesakitan itu.

"Lakukanlah, aku memang salah" ujarnya dengan pasrah.

"Lalukan? Lakukan apa? Menelanjangimu seperti babi di sana?" ujar Tiara lebih berang lagi.

Ia paling membenci orang munafik seperti Eldayo ini. Pilih kasih dalam menyelamatkan seseorang.

"Apa jangan-jangan kau menyukai gadis ini?" Tangan kirinya menggenggam dagu pria tampan itu, sedangkan tangan kanan masih menarik rambutnya dengan kasar.

Ini tipe pria yang paling ia benci. Seperti buku dongeng yang ia baca dari kecil. Seperti pangeran yang menyelamatkan gadis yang tersiksa itu.

"Apakah pangeran menyelamatkannya karena tersiksa? Atau karena gadis itu cantik?"

Otak gadis ini sudah sangat bekerja sedari kecil. Ia menarik kesimpulan dari itu, "Jika saja orang tersiksa itu berwajah jelek, maka si pangeran tak akan mau repot-repot membantunya".

Dan Eldayo adalah tipe pangeran seperti itu dimata Tiara. Menurutnya, Eldayo turun tangan hanya karena gadis ini terlalu cantik.

Memang, sangat cantik bahkan mengalahkan kebanyakan bangsawan. Entah bagaimana gadis ini bisa mendapat keindahan seperti itu dan tampaknya itulah yang membuat Eldaypo berusaha menyelamatkannya. Toh buktinya Eldayo tak pernah maju menyelamatkan gadis lainnya yang dimangsa duke babi ini.

"Tidak, aku tak menyukainya" jawab Eldayo pelan.

"Lalu kenapa kau menyelamatkannya? Apa karena dia cantik?" tanya Tiara dengan lebih berang. Orang ini seakan tengah bersilat lidah di depannya.

"Bersalah" ujarnya pelan.

"Apa? Aku tak dengar?"

"Itu karena aku merasa bersalah" ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Ia kehilangan kendali atas dirinya. Tak seperti Viscount Eldayo yang cool lagi. Ia mengerang dan berteriak penuh emosi.

"Aku yang menyebabnya buta. Aku yang menemani raja memperkosa ibunya. Aku yang membuat orang tuanya mati. Aku yang membawa kepedihan itu padanya" teriak Viscount Eldayo dengan keras.

Saking kerasnya hingga membuat gadis buta itu terduduk. Mata putih itu banjir akan air mata. Ia tersedu-sedu mendengar kabar mengejutkan itu. Fakta kalua orang yang menyelamatkannya adalah orang yang ikut andil dalam pemerkosaan dan pembantaian keluarganya.

"Akhirnya mulut burukmu itu terbuka juga, hah?" maki duchess Tiara. Ia ingin menghabisi orang ini segera, namun sayang jika melewatkan beberapa informasi darinya.

"Ta, tapi itu karena raja" ujarnya lagi. Orang ini tampaknya masih mencoba membela diri.

"Plakkk"

Tiara tak bisa melawan rasa berangnya. Ia tampar orang itu hingga hidung Eldayo mengeluarkan darah.

"Kau itu manusia atau anjing?"

"Anjing, aku anjing kerajaan" ujarnya lirih.

"Kau apa?" Tiara bertanya lagi dengan nada yang lebih keras.

"Aku adalah anjing kerajaan yang hanya setia pada raja" dia berteriak keras.

Seolah cuci otak kerajaan itu Kembali menutup akal sehatnya. Tiara bahkan mendecih beberapa kali saat mendengar jawaban itu.

"Anjing kerajaan? Apakah kerajaan masih disebut kerajaan jika sudah tak memiliki hati rakyatnya? Itu hanya sebuah tanah kosong dengan anjing gila seperti kalian" ujar Tiara.

"Plakkk"

Dia menampar lagi dan beberapa gigi pria ini dibuat lepas. Itu jelas akan sangat mempengaruhi wajah tampannya itu. Itu pun jika ia masih bisa melanjutkan hidup ke depannya.

Duchess ini jelas tak akan membiarkan orang ini bebas.

Tiara bergerak ke arah gadis kecil yang menangis lagi. Mengusap kepalanya dan mengangkat dagu gadis yang tengah menangis itu.

"Gadis cantik, aku akan membawa bajingan ini ke penjara duchy. Jika kamu ingin ia dibebaskan, datanglah ke kastel Kupu-kupu" ujarnya.

Eksekusi sudah usai, dan ia memberikan komando pada prajurit wanita itu. Komando untuk membawa Kembali Eldayo ke pusat duchy mereka. Dan ada satu perintah lagi yang sangat mengerikan.

"Gantung mayat mereka!"

Mayat yang digantung itu bukan mayat biasa. Ini seperti organ dalam sudah dikeluarkan dan tubuh mereka dibelah dua seperti seekor ikan dengan kepala itu. Itu diikatkan pada tiang Panjang dan dipamerkan pada jalan setapak itu.

Seakan memberikan peringatan pada siapa pun mereka.

"Jangan sekali-kali menyentuh wanita di duchy kupu-kupu"


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang