Keluarga Elisa

417 70 0
                                    

Mereka sudah kembali ke rumah besar itu. Rumah tempat tinggal dua sahabat baik ini. Tempat di mana juga ada banyak cerita dalam tiga tahun belakangan ini.

Ada satu kardus besar yang ternyata berisi barang-barang peninggalan ibu Elisa. Semuanya lengkap dengan buku tabungan yang dijaga cukup lama oleh Ibu panti itu. Buku yang katanya akan diserahkan setelah Elisa menikah nantinya.

"Dia orang yang baik, kenapa kamu tak mau mengunjunginya?" tanya Melisa dengan heran.

"Dia orang baik, namun aku biasanya tak bisa menahan tangis melihatnya. Ia berusaha sendiri membesarkan kami. Aku tak sanggup melihat itu" jawab Elisa yang masih agak tertunduk itu.

Ada terlalu banyak informasi yang harus diolah oleh otaknya itu. Termasuk mengenai rumah peninggalan orang tuanya yang ternyata di kontrakkan dan semua uangnya dimasukkan ke rekening itu. Tak ada satu sen pun yang diambil, semuanya diserahkan pada Elisa dalam jumlah yang cukup fantastis.

"Kamu bilang kalau kamu pernah ke dunia lain, kan?" tanya Elisa lagi.

"Ya?" Melisa agak heran kenapa Elisa tiba-tiba membawa percakapan itu di tengah suasana sedihnya.

"Aku punya keyakinan, ibuku juga masuk dalam dunia novelnya. Namun ia tak bisa kembali lagi" ujar Elisa.

Ini masuk akal menurutnya, terlebih hal yang ditinggalkan ibunya adalah buku yang siap sebelum ia menghilang itu.

Elisa mengeluarkan buku itu, sebuah buku yang ditulis tangan seperti naskah yang belum mengalami proses pengeditan. Seoklah itu hanya tumpahan dari emosi ibunya belaka.

Elisa membalik halaman itu, tulisan cantik yang masih sama seperti buku harian itu. Menampakkan bagaimana ibunya begitu teratur dan mencari kesempurnaan bahkan dalam bentuk tulisannya saja.

Pilihan kalimatnya juga menarik, Elisa bahkan iri dengan bagaimana ibunya membuat twist demi twist di buku itu.

Melisa mendekatinya, ikut membaca dan menikmati kisah terakhir dari Ibu Elisa. Kisah yang ternyata membahas tentang gadis yang juga masuk ke dunia lain. Gadis yang melarikan diri dari kesedihan dunianya, meski pada akhirnya tetap memilih untuk kembali karena ada buah hati yang ia tinggalkan di dunia asalnya.

Alurnya tampak sederhana, namun kelihaian ibu Elisa membuat kalimat-kalimat itu membuatnya semakin seru.

"Menurutmu apakah ibumu tak bisa kembali seperti kita?" tanya Melisa lagi. Ia sengaja memasukkan kata "kita" untuk meyakinkan Elisa kalau ia pernah mengalami itu dulunya.

"Aku rasa" jawab Elisa setengah yakin.

Meski sudah melihat keajaiban yang ditunjukkan Melisa, melihat bagaimana Melisa menemukan buku harian Ibunya. Namun Elisa masih memiliki rasa penolakan atas fakta itu. Sebuah fase yang umum bagi orang-orang yang melihat hal tak masuk akal itu.

"Aku akan mengembalikan dunia itu" ujar Elisa lagi.

"Apakah aku sebegitu mencintai dunia tersebut? Lalu kenapa aku malah menghancurkannya?" ada kontradiksi yang dirasa Elisa di sana. Sesuatu yang berlawanan antara satu fakta dan lainnya.

"Aku juga tak tahu, namun kamu malah tersenyum sebelum menghapusnya" ujar Melisa.

Sulit rasanya menggambarkan ekspresi Elisa kali itu. Seperti orang yang sudah mengetahui semuanya bahkan sudah melihat akhir dari dunia itu.

"Aaaaaa, terima kasih" ujar Elisa di tengah keheningan beberapa menit tersebut. Keduanya tak tahu harus berbicara apa lagi, sedikit canggung setelah menemukan fakta orang tua Elisa itu. Itu dicairkan kembali oleh Elisa yang mengucapkan terima kasih sambil tersenyum.

Berbaring di kasur itu seakan beban itu sudah tak ada lagi.

"Kamu tahu? Aku bahkan sudah tak memikirkan hal itu lagi, aku sudah lebih bersyukur saat kamu mau menjadi temanku" tambah Elisa.

Itu jelas membuat Melisa tersenyum lebar, Elisa adalah penyelamatnya. Orang yang bahkan takj berpikir panjang dalam melawan aliran waktu dan memperbaiki masa depan itu. Orang yang bahkan rela kehilangan kekuatan dan bahkan ingatannya.

"Hei Melisa, menurutmu apa judul buku yang ditulis ibuku?" tanyanya tiba-tiba.

Buku itu memang tak memiliki judul, hanya berisi cerita yang lengkap dengan dunia yang indah di sana.

"Mungkin 'Keluarga di atas Transmigrasi'" canda Melisa.

Tentu dia melihat situasi sebelumnya. Kondisi Elisa saat bertanya tampaknya sudah bisa menerima candaan yang seperti itu.

"Aku juga berpikir begitu, karakter utamanya malah memilih keluarganya dibandingkan dengan kebahagiaannya bersama para pangeran itu. Ini unik, namun entah kenapa Ibuku malah hilang"

"Elisa, aku rasa ini ada hubungannya dengan kehendak semesta" ujar Melisa tiba-tiba.

Ia lebih dulu datang di dunia novel itu. Banyak hal yang ia pelajari dan tentu ditemani suara mekanis misterius itu sebelum akhirnya suara itu lenyap dan berpindah pada Elisa.

"Kehendak Semesta?"

"Ya, itu adalah bagaimana mereka menyebut sebuah semesta yang seakan memiliki kehendak untuk menjaga stabilitas dunianya. Jika ada yang terlalu kuat dan mengancam, maka dia akan dihabisi. Jika ada ras yang terlalu berjaya, maka bencana akan dipanggil untuk menjaga keseimbangan itu. Itulah yang mereka sebut sebagai Kehendak Semesta"

"Lalu?"

"Tak semua orang memiliki kekuatan untuk keluar dari buku itu. Mereka mungkin akan lebih memilih tinggal di sana dan hidup di dunia novel itu selamanya. Kamu dan aku adalah contoh berbeda., Anomali dari kebiasaan dunia novel ini" jelas Melisa.

"Jadi maksudmu, ibuku..?"

"Aku rasa ibumu tak bisa kembali ke dunia karena tak memiliki kekuatan dahsyat seperti kamu. Dan aku rasa ibumu sudah berusaha untuk keluar dalam waktu yang lama itu"

Hanya itu kesimpulan memungkinkan yang terpikir oleh Melisa. Terlebih ini tak banyak pertentangan dengan hukum dunia yang ada.

Kedatangan Elisa kembali saja sudah menjadi anomali. Tubuhnya langsung berkeping seperti kertas dicabik dan ingatan aslinya juga menghilang.

"Jadi akun akan bisa menemukan ibuku dalam novel yang ia tulis?"

"Aku rasa begitu, dan aku akan membantumu" jawab Melisa.

Keduanya hendak berpelukan, pelukan sesama teman yang dikejutkan oleh benda kecil yang jatuh itu.

Ini tampaknya diselipkan dalam sampul buku tebal itu. Seperti sebuah kunci yang pipih dan berwarna ungu. Sebuah kunci yang memberikan cahaya unik saat dipegang oleh Elisa.

[Itu adalah kunci dunia]

Melisa hampir terperanjat saat suara mekanis itu muncul dalam pikirannya. Suara yang sudah lama tak ia dengar dan tiba-tiba muncul kembali.

"Ada apa?" Elisa bahkan tampak khawatir melihat Melisa yang tiba-tiba terperanjat seperti melihat tikus itu.

"Su, suara mekanis itu muncul lagi" ujar Melisa setengah tergagap dengan mata berkaca-kaca.

Ini adalah penemuan besar di mana benda itu bisa bicara lagi. Itu artinya dunia Elisa tak benar-benar hancur sepenuhnya.

"Ke, kenapa kau baru muncul sekarang?" hardik Melisa pada suara mekanis itu.

[Benda itu memiliki energi kuat, itu memberikanku tenaga yang cukup untuk bangkit lagi] ujar suara mekanis yang sebelumnya berwujud manusia berambut acak-acakan yang memegang sebuah buku.

Ia adalah Narator yang mencatat dunia Elisa yang tak lengkap itu.

[Itu adalah kunci dunia, mengarah pada sebuah tempat yang menyimpan buku yang pernah ditulis manusia. Kita akan bisa menemukan buku Elisa di sana]

"Maksudmu buku yang sudah dihapus itu?" Tanya Melisa tak percaya.

[Betul, buku nona Elisa menjadi kertas putih kosong. Namun bukan berarti dunianya telah runtuh. Nona Elisa bisa menulis ulang itu selagi nona mendapatkan bukunya]

Itulah perjalanan singkat Melisa. Perjalanan singkat yang membawanya pada sebuah kesempatan untuk menebus dosa-dosanya pada gadis cantik yang bernama Elisa.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang