Semakin Melisa membaca itu, matanya semakin basah. Sulit rasanya membendung air mata itu untuk tak jatuh menimpa kertas usang yang sudah lusuh itu.
Ini adalah sebuah buku harian, yang secara khusus dibuat menjelang kelahiran anaknya. Sebuah buku yang ditulis bulan ke lima kehamilan, saat jenis kelamin anaknya diketahui. Sebuah jurnal seorang ibu yang sayangnya tak pernah berjumpa dengan anaknya itu.
"Ada apa?"
Elisa tampak mendekat, tertarik dengan apa yang dibaca Melisa. Sebuah buku unik yang membuat gadis itu hampir berderai air mata.
"Kemarin aku pergi ke panti tempat kamu dulu"
"Kemarin? Pas malam?" Elisa tak menyangka temannya ini akan melakukan hal nekat begitu. Berkeliaran malam hari hanya untuk mengambil sebuah buku.
Melisa mengangguk dan sukses membuat Elisa berang.
"Jangan lakukan itu lagi" ujarnya sambil memegang lengan baju gadis yang mengenakan kacamata biru itu.
"Tenang, ada sesuatu yang belum aku beritahu. Namun tampaknya ini adalah waktu yang tepat" ujar Melisa.
"Eh? Rahasia? Rahasia besar?" Elisa bertingkah seperti anak kecil lagi, tampak manja pada sosok kakaknya ini.
"Aku sebenarnya memiliki kekuatan super" ujar Melisa yang langsung disambut tawa geli dari Elisa.
"Kamu baca novel apa lagi?" ujarnya sambil terkikik. Itu adalah ekspresi yang jelas dari siapa pun yang mendengar pengakuan itu. Seperti anak kecil yang mengaku bisa memanggil robot dari sebuah batang kayu yang dipegangnya. Sesuatu yang dilaur nalar dan tak masuk akal.
"Haaa, aku tahu kamu tak akan percaya"
"Jelas lah! Memangnya ini dunia novel" ujar Elisa lagi.
Ia membaca banyak novel sejenis di mana orang biasa tiba-tiba memiliki kekuatan super yang akhirnya terlibat dengan sindikat dan organisasi rahasia internasional. Itu sesuatu yang mustahil terjadi pada gadis lembut seperti Melisa.
"Mau coba sesuatu?" Melisa membalas dengan jahil.
Dia berdiri tak jauh dari tempat tidur mereka. Merentangkan kedua tangan seperti berpose sebagai sasaran tembak.
"Kamu bisa lempar boneka itu, aku akan membuktikannya kalau benda itu tak bisa menyentuhku" ujar Melisa.
Ia bisa saja mengeluarkan perubahan fisik itu, namun menurutnya akan lebih seru melihat keterkejutan Elisa secara bertahap.
"Hmmph, kamu yang minta ya" ujar Elisa sambil menyambar boneka kecil yang dimenangkan Melisa untuknya itu. Sebuah hadiah dari arcade yang mereka buat tekor karena kemenangan beruntun itu.
"Tukkkk"
Tanpa aba-aba, Elisa melemparkannya dan boneka itu memantul seperti ada dinding tak terlihat di sana.
"Eh? Trik sulap macam apa itu?" ujarnya sambil mengucek-ngucek mata seakan tak percaya dengan apa yang ada di depannya.
Boneka kecil itu seakan langsung ditahan oleh kaca misterius yang mengelilingi tubuh Melisa.
"Ini pasti sulap! Aku yakin itu sulap!" ujar Elisa tak mau mengalah.
Ia meraba-raba tempat itu hanya untuk mendapati tak ada apa pun di sana. Itu udara kosong, tak ada kaca ataupun tali yang tergantung di sana.
"Itu bukan trik Elisa" ujar Melisa sambil tersenyum lagi.
Mempermainkan pikiran gadis lugu seperti Elisa ini jelas memberikan kegembiraan tersendiri padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasíaElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...