Suara Langit

2.2K 299 0
                                    

"Heaaaahhh"

Dengan sisa tekad dan tenaga, Elmere melompat ke atas berusaha menusuk burung hantu yang bertengger di sana.

Burung hantu putih itu tampak tenang seolah tak ada ancaman yang ia rasa. Burung itu tak kunjung bergerak meski mata tombak itu tingkal sejengkal sebelum menghantam kepalanya.

Itu adalah serangan yang amat kuat, dibuktikan dari desingan udara yang pecah akibat deruan super kuat tombak hijau tersebut.

Elmere berdiri dengan menghunuskan tombak hijau itu. Tubuhnya beregenerasi tanpa henti setiap luka dalam akibat aura burung hantu itu.

Ini seperti pertarungan hidup dan mati di mana darah pria berambut pirang panjang itu tumpah dan segera lenyap setelah dikelilingi sinar kehijauan tersebut. Sebuah siklus tanpa henti yang membuatnya sedikit demi sedikit melangkah mendekati gerbang itu.

"Flaapp"

Burung itu mengibaskan sayapnya, menciptakan angin seperti tornado yang menggulung Elmere beberapa ratus meter dari gerbang itu.

Tubuhnya layak kapas yang diterbangkan angin. Terombang-ambing tanpa kendali dan menghantam pepohonan sekitar situ.

Ini jelas sakit, tampak jelas Elmere memuntahkan darah beberapa kali saat mencoba bangkit dari salju yang tebal itu.

Saljunya menjadi kemerahan, walau kemudian hilang lagi seperti tak terjadi apa-apa. Elmere sehat seperti sedia kala setelah cahaya hijau itu mengerubunginya.

Tubuhnya aman, namun tidak dengan mentalnya. Rasa sakit beberapa tulangnya yang patah itu seakan masih terasa. Tampak ia meraba bekas hantaman-hantaman ke pohon pinus yang keras itu.

"Ada apa dengan pohon-pohon ini?" batinnya lagi.

Entah sekuat apa tubuhnya terpelanting, namun pepohonan itu tak kunjung roboh. Seperti tiang baja super kuat yang bahkan sulit untuk ia patahkan.

"Tidak, aku harus berhasil! Ini untuk Lalatina" ujarnya lagi.

Ia memaksakan kaki itu untuk bangkit dan berdiri. Meraih tombak hijau yang jatuh tak jauh dari tubuhnya itu dan kembali mencoba adu kekuatan dengan aura penuh penekanan itu.

"Manusia, kau sudah membuatku kesal"

Suara menggema seakan berasal dari seluruh tempat itu terdengar kuat. Mata Elmere sampai terbelalak setelah mendengar itu.

Suara itu kelam, tajam dan tampak dalam. Seakan ada penekanan di setiap kata yang diucapkan.

Ini lantas membuat Elmere melepaskan pandangan ke sekeliling. Takut jika target utamanya sudah datang ke tempat itu.

Ia tahu kalau burung hantu itu mungkin sekedar suruhan dan bos mereka tentu lebih mengerikan dari itu.

Inilah yang ia rasakan dari suara barusan, aura penindasan yang bahkan tak mampu ia tahan.

"Segini saja kau sudah kebingungan? Dan kau dengan angkuh mau menyerang kediaman Dewi? Ribuan reinkarnasi sekalipun tak akan bisa menyelamatkanmu"

Elmere tampak mulai menyadari situasi. Itu bukanlah suara bos mereka, melainkan datang dari burung hantu putih bermata merah itu. Itu adalah suara dari makhluk tersebut.

"K, kau bisa berbicara?" ujarnya terbata-bata.

Elmere masih berusaha mempertahankan kewarasannya. Ada terlalu banyak hal yang mengejutkannya saat ini. Seperti burung hantu yang memiliki kekuatan setara dengan kekuatan tempur kerajaan. Setidaknya itu yang dia sadari, sebelum melihat fenomena ini.

"Makhluk ini adalah Dewa" batinnya.

Pikirannya mulai terguncang saat merasakan aura penindasan itu. Bahkan Pahlawan sekalipun tak akan menempatkannya pada posisi putus asa begitu. Seolah tak ada cara lagi untuk melawan makhluk itu.

"Kau beruntung! Aku belum mendapat perintah apakah kau ikut atau tidak dalam kisah ini. Jika kau tidak ikut, aku pasti suah menghabisimu" ujar suara dari burung hantu itu lagi.

"Tapi..."

"Jika kau bersikap angkuh di depan Dewi, maka...."

"Hooooooooooooo"

Suara panjang seperti lolongan kematian itu terdengar amat keras. Itu membuat semuanya bergetar seakan tanah meminta ampunan dari burung hantu itu.

Elmere bahkan merasakan jantungnya berhenti dengan darah muncrat keluar dari mulutnya itu. Kulitnya perlahan memucat dan ia tumbang.

Cahaya hijau itu juga tak seperti biasanya. Seolah memiliki jiwa dan panik saat tahu tubuh itu sudah diambang kematiannya.

Itu mengerubungi seperti jutaan semut yang masuk ke pori-pori Elmere nan tumbang itu. Matanya terbelalak dan juga mengeluarkan sedikit darah dari sana.

Tak berlebihan jika dikatakan kalau semua lubang di tubuhnya itu memuncratkan darah segar akibat serangan barusan.

"Ughhh"

Elmere bangun lagi walau sambil terhuyung-huyung. Beruntung sinar kehijauan itu dengan cepat memperbaiki tubuhnya dan pemuda ini mendapatkan hidup yang lebih panjang. Terlambat sedikit saja dia sudah akan berakhir menjadi mayat dan tak ikut serta dengan perputaran dunia.

"Aku sudah membiarkanmu merasakan kematian. Itu akan lebih sakit jika kau masih mengganggu nona" ujar suara itu lagi.

Kali ini Elmere hanya tertunduk lesu. Harga dirinya sebagai kesatria seakan diinjak sampai hancur. Ia yang sebelumnya dianggap jenius bahkan tak sanggup melawan peliharaan dari orang itu. Orang misterius yang memberikan Hailam kekuatan besar.

"Dewi tiba! Jaga sikapmu!" ujar burung hantu itu.

Ia tampak terbang tinggi menuju hutan yang penuh salju itu. Terbang berputar seolah menyambut tuannya yang baru sampai itu.

Tak butuh waktu lama, Elmere melihat seorang wanita yang duduk di bahu boneka kayu diiringi oleh burung hantu itu di angkasa.

"Apakah dia Dewi yang dimaksud?" Elmere mengamati wanita itu.

Wanita bergaun ungu dengan rambut panjang tiga warna itu. Bagian atas berwarna hitam berpadu ungu. Dan bagian ujungnya tampak merupakan perpaduan warna ungu dengan perak.

Parasnya juga tampak cantik dan anggun. Tak salah jika burung hantu itu menyebutnya sebagai Dewi. Perawakannya memang sudah mirip seperti Dewi dalam cerita-cerita masa lampau itu.

Banyak catatan kuno yang menuliskan bagaimana rupa Dewi itu. Dan Elmere yakin kalau orang di depannya ini memang memiliki semua kriteria tersebut.

"Jadi, Dewi itu benar-benar ada?" gumamnya dengan pupil yang membesar.

"Dewi yang mulia. Hamba memiliki beberapa pertanyaan" ujarnya sambil berlutut di depan Elisa yang tampak bengong itu.

"Masalah apa lagi ini?" batin Elisa dalam benaknya.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang