Panah dan Berlian

383 61 0
                                    

Kadang kematian itu begitu cepat. Siapa yang akan menyangka kalau seorang pahlawan akan kalah dengan seorang wanita. Namun itulah kenyataannya. Tak peduli bagaimana raja berontak, namun fakta kalau putri ketiga bisa menghabisi anak buahnya adalah sesuatu yang tak terbantahkan.

"Tranggg"

Bocah itu juga tak mau kalah, melepaskan anak panah yang langsung dibuat terpelanting oleh orang itu. Sebuah sihir unik yang mengubah zirahnya menjadi seperti sebuah berlian. Ini tampaknya melambangkan ukiran yang ada di helm perang yang ia kenakan itu.

"Heahhh"

Bocah yang bernama Aldaram ini tak mau tinggal diam. Melepaskan panah yang mengeluarkan ratusan panah api itu. Anak panah yang menghujani tubuh berlian itu.

"Trakkkk"

Orang itu bergerak cukup cepat, menerobos dan hampir saja menghantam kepala bocah itu. Jika bukan karena duchess tiara yang mengentakkan kakinya dan mengubah medan itu penuh larva. Mungkin Aldaram si bocah pemanah sudah menjemput ajalnya.

"Inikah perbedaanku dengan mereka?"

Usia dan pengalaman jelas berbeda. Kekuatan besar yang ia dapat dari Elisa tak serta-merta memberikannya keunggulan di sana. Terlebih panah itu yang sama sekali tak membuat orang itu terluka.

"Hei bocah, apakah kamu ingin mati secepat itu?" Ejek duchess Tiara yang mengentakkan kakinya sekali lagi dan membuat lantai itu kembali normal.

Dua orang itu benar-benar seperti beban sekarang. Tampak jelas perbedaan kekuatan seperti langit dan bumi dengan wanita yang menjadi duchess tanah tanpa lelaki ini.

"Kalian berdua urus si petir itu. Sisanya biar aku yang bereskan" siap bicara begitu, Tiara langsung menerobos dan menggampar orang itu dengan godam besarnya.

Suara seperti dua ekor lembu bertabrakan dengan kencang. Membuat bumi sedikit bergetar dibuatnya.

Berlian adalah logam terkuat. Godam Tiara bahkan dibuat retak saat menghantam orang ini. Sunggu pertahanan yang luar biasa.

Tampaknya temannya yang lain juga tak mau ketinggalan. Seseorang dengan kekuatan dimensi itu juga ikut dalam kancah pertarungan.

Ini mirip dengan kekuatan Elisa namun dengan tingkatan lebih rendah. Dia hanya bisa menghilang dan berpindah beberapa meter ke depannya. Sesuatu yang dibaca oleh mata Tiara dan membuat semuanya berakhir lebih buruk.

"Brakkkk"

Tepat sebelum orang itu muncul, duchess Tiara sudah melayangkan godam itu dan menghantam tepat sedetik setelah ia muncul di sana.

Kepala itu dibuat lepas dan menggelinding seperti bola bowling dengan darah bercucuran dari batang leher yang putus itu. Tubuh tanpa kepala itu lalu tumbang tak berdaya dan menyisakan dua orang pahlawan di sana.

"Si, sialan!!" Pria dengan kekuatan berlian itu bahkan melompat beberapa meter ke belakang setelah melihat dua temannya gugur dalam waktu berdekatan.

--

Kini situasi berbalik. Pria dengan kekuatan petir itu harus menghadapi Aldaram si bocah panah ini. Sebuah serangan yang amat dia benci. Serangan jarak jauh yang membuat jurusnya tak berarti.

"Hahaha, kenapa aku tak kepikiran ini" tawa Aldaram seolah mencemooh orang itu sekaligus bangsawan yang ada bersamanya. Gifford yang dibuat mati rasa akibat pertukaran pedang tadi.

"Hei, paman bodoh. Kamu tak mau ikut?" ejeknya lagi.

Dari tadi Gifford si duke laba-Laba ini masih terdiam seribu bahasa, Tampaknya ia begitu terkejut melihat jenis serangan seperti tadi.

"Heaaa"

Dia melantingkan tubuhnya ke udara, menapakkan kaki pada atap ruangan itu dengan tubuh terbalik. Sebuah tindakan akrobatik luar biasa dari bocah pemanah ini. Saat di mana ia melepaskan ratusan anak panah yang membuat orang itu panik seketika.

Tampaknya dugaan mereka benar. Para pahlawan ini terlalu fokus pada satu kekuatan saja. Mungkin karena berada di era damai sdan sebagai pengawal raja dengan kedudukan tinggi. Orang-orang ini jadi malas berlatih dan inilah akibatnya.

Dia menjadi bulan-bulanan Aldaram yang seperti maniak dan seekor monyet yang melanting dari dahan ke dahan. Aldaram bergerak cepat, melompat dan mendarat di berbagai sisi ruangan itu sambil melepaskan anak panahnya.

"Jrahhh"

"Selamat tinggal, paman petir" tawanya saat melihat Gifford sudah menyarangkan pedang itu memecah zirah lawan mereka.

Kombinasi dari Aldaram yang membuatnya repot dan Gifford yang menyerang secara sembunyi-sembunyi membuahkan hasil untuk mereka. Meninggalkan satu musuh yang tersisa dan sekarang tengah dicekik oleh Tiara.

Zirah dari berlian itu seakan tak memiliki arti. Hancur seketika saat diremas oleh wanita itu. Seseorang yang dulunya mereka pandang sebelah mata. Seorang duchess yang memimpin para wanita. Seseorang yang memiliki kekuatan mengerikan seperti itu.

Tubuh menggeliat itu langsung dibuat kaki saat jari-jari kuat Tiara mematahkan lehernya. Diam membeku tanpa nyawa sebelum dilempar oleh gadis ini ke depan raja.

"Nah, yang mulia. Tampaknya ini sudah berakhir" ujar Tiara yang membuat raja itu bergidik ngeri.

Ia tak menyangka keempat pahlawan itu bukan apa-apa dibandingkan putrinya. Putri ketiga yang ia anggap hanya beban semata.

"Ti, tiara! Ka, kamu harus membiarkanku hidup! Apakah kamu tak kasihan dengan ibumu?" tanyanya sambil menarik wanita bertelanjang dada itu.

Dari tadi mereka hanya menonton dan baru berubah raut muka setelah keempat pengawal itu diratakan. Semuanya dihabisi oleh kombinasi tiga orang aneh ini.

"Aku tak menyangka hari ini akan tiba" ujar duchess Tiara sambil menyeringai. Ini adalah sesuatu yang ia nanti bertahun-tahun. Momen yang akhirnya tiba. Jelas dia sangat senang seperti tinggal memeting buah yang sudah busuk itu.

Uniknya, ratu sama sekali tak bicara. Ia seperti orang yang sudah hilang akal dan otaknya. Bahkan dalam beberapa tahun itu dia juga tak banyak bicara. Termasuk situasi hidup mati seperti ini. Seakan ia hanyalah tubuh tanpa jiwa.

"Cih"

Tiara membuat muka sat melihat wajah ibunya itu. Entah apa yang diberikan Melisa dulu hingga membuat orang ini berubah segitunya. Tak ada yang membuat ratu ini bergeming kecuali melihat orang bersetubuh. Suatu hal menjijikkan dari wanita dengan libido tinggi namun otak sudah mati ini.

"Selamat tinggal "Tiara bahkan tak mau banyak ,mengeluarkan kata. Melepaskan godam raksasa itu dan membuat hancur tubuh keduanya. Seperti seekor tikus yang dihantam batu besar. Semuanya berserakan dan singgasana itu juga hancur berkeping ke segala arah.

"Selamat, sekarang kamu adalah ratu KLerajaan Yepales" ujar suara dari seseorang yang dari tadi mengamati mereka.

Pria tampan yang tak lain adalah pelayan Elisa. Regis yang memantau mereka akhirnya menampakkan dirinya.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang