Viscount Pecundang

416 62 2
                                    

Langit itu dipenuhi dengan lingkaran seperti sebuah portal yang terbuka. Menjadi tempat muncul puluhan ribu makhluk bersayap itu. Sosok yang seolah menjadi Dewa dan menatap rendah pada dunia. Sesuatu yang memulai pertarungan antara beberapa bayangan dan makhluk misterius itu.

Pertarungan alot, menjatuhkan bayak tubuh tanpa nyawa yang menghantam tanah layaknya sebuah meteor. Sebuah pemandangan mengerikan yang membuat banyak orang bergidik ngeri.

Ya, namun tidak dengan beberapa penjahat yang sudah kehilangan otaknya. Prinsip mereka sederhana, "Di mana ada masalah di situ ada peluang perampokan".

Itulah yang membuat banyak bandit gunung langsung turun dan menyerbu ke dukedom dan duchy tetangga. Para pasukan dengan ratusan orang berkuda itu seakan sudah tak sabar merampas rumah-rumah yang ditinggal karena panik itu.

Para penjahat dalam kota juga mulai bergerak dengan liarnya. Para sekelompok pria yang sudah lama bersembunyi di tanah tanpa lelaki itu. Menyamar dan menyembunyikan diri menunggu saat-saat seperti ini.

Siapa sangka mereka akan mendapatkan anugerah seperti tadi. Sebuah keributan penuh kepanikan yang membuat orang-orang ini langsung keluar dari sarangnya. Seperti kerumunan tikus got setelah menilah tumpukan keju di dekat sarangnya.

Ini dialami tiga orang yang dalam perjalanan pulang itu. Menumpang pada sebuah kereta kuda. Sebuah kotak besar tempat mereka duduk yang kemudian dibuat kaget dengan kerumunan massa itu.

"Ada apa?"

Pria berwajah tegas yang tak pernah senyum itu tampak menyibakkan tirai yang menutupi kotak tempat mereka duduk. Melihat keluar dan menyaksikan banyaknya pria di tanah terlarang itu.

"Kenapa ini bisa terjadi?" batinnya.

Ini baru tiga hari setelah kejadian aneh itu. Meteor daging jatuh dari langit dan munculnya makhluk aneh itu. Namun orang-orang ini sudah menyerbu jauh seakan tak sabar untuk merampas harta benda mereka.

Itulah sifat penjahat itu. Paniknya orang-orang melihat fenomena aneh itu malah menjadi kesempatan bagi mereka.

Viscount Eldayo atau mungkin mantan Viscount karena dukedom nya sudah hancur dan statusnya belum jelas juga. Lagi pula dia mungkin sudah dianggap mati oleh kebanyakan orang sana.

Ia bersama dua orang wanita, seorang wanita tua dan seorang gadis muda dengan mata berwarna keperakan itu. Ia buta, namun wajahnya tampak masih berseri-seri. Menikmati perjalanan panjang setelah ia memohon untuk menyelamatkan pria ini.

"Trakkk"

Beberapa bandit tampak tak sabar. Langsung menghadang kuda itu yang membuatnya hampir melompat karena kaget. Sesuatu yang mereka lakukan dengan kasar dan langsung menarik penunggangnya.

Tak lupa, mereka langsung menyibak tirai itu dan menyeringai saat melihat ada tiga orang di sana. Seorang pria, gadis remaja dan seorang nenek tua.

"Serahkan harta kalian! Atau kutebas" ujarnya sambil memperagakan bagaimana golok itu menggesek lehernya.

Orang yang ada di depan mereka adalah seorang pria buncit dengan bulu yang menyelimuti dadanya. Giginya juga sudah tak lengkap, mirip dengan pria tampan ini. Eldayo yang kehilangan giginya dalam kasus beberapa waktu lalu.

Ia mengangkat tangannya, menampakkan bulu ketiak berwarna hitam yang mirip semak belukar itu. Sesuatu yang bahkan menyembul dari balik ketiaknya tanpa merasa malu itu.

"Oii kau, aku lihat pakaianmu bagus. Buka sekarang dan larilah dengan telanjang dari tempat ini" ia mengarahkan ujung pedang itu pada Eldayo. Pada pria yang menjadi pemimpin pembunuh bayaran itu., Pria yang bahkan tak merasakan sakit saat ia meneteskan garam pada lukanya.

"Huhahaha, para bangsawan sama saja. Mereka ketakutan bahkan tak sanggup bicara" tawanya.

Ia sengaja menempelkan tangan kirinya dibalik ketiak itu dan sedikit menggeseknya. Seolah menikmati itu dan menciumnya seperti mendapatkan candu dari situ. Ini adalah nyimeng versi jorok yang dinikmati orang itu.

"Aku adalah Ketiak Iblis! Kau tahu?"

Orang-orang sedeng ini memang suka menamai diri sendiri dengan istilah goblok seperti itu. Ini seakan dia bangga dengan ketiak penuh bulu tersebut.

"Ketiak Iblis? Kau yakin iblis punya ketiak begitu?"

Tampaknya berada di dalam penjara cukup membuat Eldayo merenungi kehidupannya. Hidup di mana ia menjadi ajing kerajaan dimasa dahulunya. Sesuatu yang tak ingin ia ulangi lagi. Terlebih ada banyak korban yang jatuh karena ketidakpeduliannya.

"Berani sekali! Hei, dia berani sekali" orang buncit itu sengaja bersuara keras. Mencoba memanggil teman-temannya karena nyalinya ciut juga saat melihat tatapan mengerikan itu. Eldayo bahkan tak menganggap ujung pedang itu sebagai sesuatu yang berbahaya.

Tipikal para penjahat yang hanya muncul satu panel dalam sebuah komik. Seseorang yang mungkin akan mati dan tak diingat pembaca lagi.

Usahanya berhasil, teman-temannya datang dan mengerubungi kereta kuda itu. Suara langkah menderu yang membuat gadis buta itu meringkuk dalam pelukan nenen tua itu. Tampak sekali kalau ia takut memikirkan apa yang akan terjadi. Terlebih Eldayo tampak malah menantang orang-orang itu.

"Bagaimana? Apakah kau mau ku kubur dalam ketiakku?" tanyanya lagi.

Kadang penjahat ini memang hilang otak. Jika bukan orang mesum maka mereka orang bodoh seperti yang ditemukan Eldayo kali ini.

"Ah, bagaimana kalau begini"

Ia mencabut bulu ketiaknya itu dan mengarahkannya ke depan mata Eldayo.

"Aku akan membiarkan kalian pergi jika kalian mau memakan ini" cemoohnya.

Cemoohan yang diikuti oleh teman-temannya yang ikut mencabuti bulu ketiak mereka.

"Haa, aku rasa duchess itu perlu waktu lama untuk sampai kesini" ujar Eldayo.

Ia sudah dekat dengan perbatasan, dan para bandit itu mungkin tak hanya orang-orang ini saja. Pasti ada banyak bandit lain yang menyerbu saat kepanikan melanda.

"Trangg"

Ia menarik pedangnya dengan cepat, menghantam pedang yang diarahkan padanya itu hingga terpental cukup juah.

Sebuah serangan yang bahkan tak bisa dilihat oleh mata mereka.

"Kalian perlu dibersihkan" ujar Eldayo sambil menyeringai.

Sudah lama ia tak menunjukkan ekspresi itu. Tak seperti ekspresi pecundang saat ia disiksa oleh majikannya itu. Itu bukan Eldayo yang sesungguhnya. Toh ia adalah pahlawan yang kekuatannya jauh di atas mereka.

"Siiiiiing"

Tebasan demi tebasan itu mengeluarkan angin yang menderu. Seperti hembusan angin dengan ribuan pisau tajam mengelilinginya. Sebuah jurus di mana angin menderu dan mengelilingi tubuh orang itu.

Mencukurnya hingga botak, dan membuat semua bulu di badannya rontok seperti habis dicukur.

"Kalian hanyalah orang bodoh yang kurang beruntung. Dan mungkin itu juga karena ulahku. Jadi aku tak akan membunuh kalian"

Ia hanya mencukur bersih orang-orang itu, lalu menendangnya dan mengikatkan mereka pada batang-batang pohon sekitar sana. Sesuatu yang langsung memancing perhatian warga desa yang berlarian itu. Hal yang membuat mereka tertawa melihat orang-orang gundul itu.

"Sekarang kau bukan lagi Ketiak Iblis" ejek Eldayo saat pria buncit itu menyadari kalau ketiaknya sudah bersih tanpa bulu.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang