Penculikan

1.1K 140 0
                                    

"Tung Tung Tung"

Orang-orang Dukedom Belukar tampak melakukan patroli malam. Ada banyak anak yang hilang belakangan ini. Lenyap seperti kabut ditiup angin tanpa menyisakan jasad sekalipun. Mereka seakan dimakan oleh gelapnya malam.

Tanpa perintah duchess orang-orang ini berinisiatif sendiri. Tak perlu para penjaga yang ikut campur, mereka bolak-balik membawa alat seadanya itu. Cangkul, sabit gandum dan parang itulah yang menjadi senjata utama.

Senjata yang dibawa orang-orang ini dalam patrolinya. Berusaha menjaga agar tak ada anak lain yang jadi korban.

"Pak tua Mainfroy, tumben sendiri"

Pria paruh baya itu menyapa pria yang sudah bungkuk di sana. Orang yang lumayan dikenal tampaknya, terbukti bagaimana pria itu menunjukkan rasa hormat pada orang yang sudah sepuh itu.

Tubuhnya sudah bungkuk, namun dia masih berusaha berjalan menyusuri tempat gelap itu. Bagian luar gerbang dukedom mereka, perbatasan antara dukedom Belukar dengan sebuah tempat penuh dengan makhluk misterius itu.

Mereka ada pada daerah Selatan, berbatasan dengan ras aneh berambut hitam dengan wajah yang tampak jauh lebih muda. Tak sesuai dengan usia mereka, ras yang menyebut diri sebagai vampir itu.

Ini bukanlah tempat yang seharusnya dilalui oleh orang serenta itu. Jalan berbatu tajam dan dia keluar tanpa alas kaki sedikit pun. Toh yang mampu mempunyai alas kaki hanyalah mereka kalangan terpilih. Kalangan yang dikenal sebagai bangsawan itu.

Pak tua renta ini tampak membisu tak menjawab dan hanya menoleh dengan wajah murung itu.

"Ada apa?"

Wajah pria paruh baya ini berubah saat melihat mimik pria tua tersebut. Orang tua yang sudah bau tanah itu menampakkan raut wajah sedih luar biasa.

Matanya berkaca-kaca seolah ingin meraung. Mungkin jika paru-parunya masih sanggup ia mungkin sudah meraung di sana seperti anak kecil.

"Cucuku, cucuku yang cantik ikut diculik" ujarnya lagi.

Jelas sekali kalau kakek tua ini ingin menangis luar biasa. Cucu satu-satunya itu, cucu yang sudah tak memiliki ayah dan ibu yang dijaga oleh pria ini. Cucunya itu ikut hilang bersama dengan anak-anak yang lain.

Bagaimana tidak, sudah beberapa hari ini cucunya tak pulang. Dan pria tua ini terus dengan sabar mencari meski hari silih berganti.

Ia menyusuri jalanan kelam itu, sesekali meringis akibat luka dikakinya saat menginjak batu-batu tajam itu. Tak peduli berapa kali ia terperosok, pria tua ini tetap melangkah untuk maju.

Yang ada dalam otaknya sekarang hanyalah menemukan cucunya, tak peduli apa yang terjadi. Meski yang ia temukan hanya sosok mayat di sana, yang penting ia tahu di mana cucunya itu akan ia kuburkan. Ia tak terima jika cucunya lenyap tanpa jejak. Sejak kapan kerajaan Yepales jadi seburuk ini?

"Andrew, sudah ratusan anak hilang. Tapi kenapa kerajaan tak kunjung turun tangan?" tanyanya setengah memelas.

Ia tahu kalau pria paruh baya di sampingnya tak akan bisa menjawab itu. Toh mereka sama-sama rakyat jelata yang tak bisa menikmati hak-hak para bangsawan itu.

Sekilas gambaran masa muda itu melintas dalam benak kakek ini. Saat masa di mana ia masih bugar dan menjadi salah satu petarung digaris depan.

Mereka bertaruh nyawa demi melindungi wanita dan anak-anak mereka. Menjaga kerajaan Yepales yang mereka cinta dan mengabdi sepenuhnya pada sang penguasa.

Semua ini berubah Ketika usia sudah mulai senja. Pengabdian itu seakan tak ada arti, kumpulan penghargaan yang diterima tak memberi kehidupan baik padanya. Itu semua hanyalah title kosong tak berguna.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang