Dua Pahlawan

716 95 1
                                    

Matahari memang tampak indah. Sekarang sudah tengah hari dan teriknya makin terasa. Terik panas yang tak membuat dia pemuda itu gentar.

Dia pria berambut putih panjang dengan sikap wajah yang berbeda. Salah seorang mengenakan ikat kepala merah dengan wajah datar. Dan satunya tampak sangat bersahabat dan murah senyum.

Itu apa yang terlihat di luar. Mata mereka jelas berkata beda. Seperti dua ekor serigala yang siap saling bunuh satu sama lain.

"Kakak pertama, aku sarankan kakak segera mundur" ujar pria yang tak lain adalah pangeran kedua itu. Ia berkata sambil tersenyum dan memukul pundak tegas pangeran pertama ini.

Tangannya langsung ditepis dan terpental ke belakang. Tampak sekali kalau pangeran pertama tak suka dengan sikap bersahabat yang ia tampakkan.

"Reyner, buang saja topengmu itu" ujarnya dengan dingin. Ia seakan bisa melihat wajah askli dibalik pemuda ramah senyum ini.

Sebuah perkataan yang langsung menampakkan perubahan drastis wajah itu.. Muka penuh senyum yang berubah menjadi wajah menakutkan penuh aura kejahatan.

Wajah mengerikan seperti orang gila yang bisa mencabik siapa saja.

"Hahahaha, bodoh! Jangan sok kau" maki Reyner yang melepaskan cakaran ke leher pangeran pertama yang memakai ikat kepala merah itu.

"Tapp"

Ranah keduanya memang sepadan, pangeran pertama ini dengan sigap menangkapnya sebelum lehernya dicabik oleh serangan tak main-main itu.

"Jaga sikapmu, Reyner. Kita masih di lingkungan kerajaan" ujarnya pelan.

"Wah-wah. Kakakku yang baik ini memang pandai menjaga emosi" ujarnya sambil menyeringai.

Seakan hendak memprovokasi, pangeran kedua ini bersiul seperti memanggil hewan peliharaannya.

Siulan yang biasanya digunakan untuk memanggil kuda malah mendatang seorang gadis minim busana.

Wanita cantik berambut hitam bergelombang. Dia tampak sedikit berlari dari gerbang kerajaan itu dengan ikat leher masih pada tempatnya.

Ini mirip dengan kalung yang dipakai oleh anjing perang. Namun anehnya malah dipakaikan pada wanita itu.

"Tuan, Evota hadir untuk melayani"

Gadis itu amat cantik, namun ada yang tak beres dengan otaknya tampaknya. Ia mengenakan kalung anjing itu dan berlari dengan dalaman saja. Pakaian yang membuat beberapa penjaga tertegun karena menampakkan kemolekannya dengan sengaja.

Dalaman itu sangat tipis dan sekilas bisa menampakkan tubuhnya secara sempurna. Gadis yang duduk seperti seekor anjing dan mengeluarkan lidahnya itu. Ia tak ubahnya peliharaan dari pangeran kedua ini.

"Kakak, kamu mengenalnya bukan?" tanya Reyner sambil menyeringai.

Ini bukan ejekan kosong, tampak muka Gifford si pangeran pertama jadi merah padam. Ia tahu wanita itu, gadis yang menjadi tunangannya dan akan segera menikah. Gadis yang ia cintai dari kecil. Serta gadis yang sudah masuk dalam angannya untuk membuat keluarga kecil bahagia.

Siapa sangka, gadis ini malah bertingkah seperti anjing. Mengeluarkan lidahnya dan menjilati tangan pangeran kedua yang hendak mengusap rambutnya itu. Belum lagi pakaian minim yang menampakkan setiap inci detail tubuh itu. Hal yang membuat pangeran kedua seakan terkena serangan jantung.

"Ba, bajingan! Apa yang kau lakukan?" dia kehilangan  ketenangannya. Urat di wajahnya tampak menebal seakan bisa meletus kapan saja. Siapa yang tak akan marah melihat tunangannya malah bertingkah seperti anjing dan dipajang seperti pelacur di tempat ini.

"Ah, jadi kau masih mengenal tunanganmu ini. Kakak?" Reyner makin menyeringai. Seakan menang mengalahkan kakaknya itu. Mengambil tunangan dan wanita yang dicintainya. Menjadikan wanita itu seperti anjing jalang yang bisa disetubuhi kapan saja. Itu adalah kenikmatan tertinggi yang ia rasa.

"Bajingaaan!!"

Pangeran pertama tak bisa menahan diri lagi. Melepaskan pukulan itu yang ditangkap oleh pangeran kedua ini.

"Kakak, bukannya kamu bilang kita tak boleh bertarung di sini?" ejeknya lagi.

"Apa yang kau lakukan terhadap Evotaa!" teriaknya. Teriakan yang membuat beberapa penjaga itu langsung tersentak dan mulai mengerubungi dua pangeran ini.

"Apa yang kulakukan? Aku hanya membangkitkan nalurinya sebagai anjing" ujarnya sambil tertawa.

Gifford kembali menyumpah namun sadar ia tak bisa melakukan apa-apa di tempat ini.

"Gifford, ini kemauan tunanganmu sendiri" tambahnya lagi.

Ini adalah sikap asli dari pangeran kedua. Wajah ramah dan merakyat itu hanyalah topeng belaka. Ia adalah orang sadis dibaliknya., Menjadikan para wanita sebagai peliharaan dan menyuruh mereka melakukan hal tak senonoh itu.

"E, Evota. A, apakah kamu memang mengikutinya?" Gifford agak terbata-bata saat ,melihat kekasihnya itu. Kekasihnya yang diperlakukan sebagai hewan dan jalang sekaligus.

"Iya Gifford. Aku menyukai adikmu, dia merangsang setiap sel ditubuhku. Aku menikmati ini" ujarnya lagi sebelum menjilati jari kaki pangeran kedua ini.

Gifford tak melihat ada jejak sihir di sini. Wanita ini murni menyerahkan tubuhnya atas kemauan sendiri. Entah teknik apa yang dipakai oleh pangeran kedua untuk membuat seorang gadis baik-baik berubah drastis begini.

Tak ada yang bisa dilakukan Gifford lagi. Ia menghargai semua kehendak bebas itu. Melangkah pergi meninggalkan pangeran kedua yang terbahak-bahak seakan memenangkan pertarungan tingkat tinggi.

Pangeran pertama, pria berambut putih dengan ikat kepala merah itu berjalan melewati gerbang. Tampak melihat ke depan dengan mata berkaca-kaca. Ini adalah patah hati terbesar dalam hidupnya.

Patah hati pertama adalah kala di mana kerajaan ini berubah. Ayah dan ibunya sudah tak seperti dulu. Dan ia baru tahu, kalau ibunya bahkan lebih biadab dari itu.

Bersetubuh dengan pelayan buruk yang melahirkan pangeran kelima adiknya itu. Pangeran yang berwajah mirip babi saking buruknya.

Ia melangkah jauh, menghindari kerumunan dengan wajah berusaha tegap. Sikap seorang lelaki yang tak ingin tangisnya terlihat.

Ya, namun itu tak terbendung saat ia mencapai tempat sepi itu. Air matanya berderai hebat dan ia terisak tanpa ada tempat bersandar. Hanya pohon besar itu tempatnya melepas keluh.

Hidupnya seakan kosong, orang yang dicintainya malah diubah menjadi jalang. Apa yang ia miliki hanya tinggal rakyatnya saja. Dan itu hanya menunggu waktu sebelum pangeran kedua melancarkan perang skala penuhnya.

"E, Evota. Aku mencintaimu. Apa yang sebenarnya terjadi" ujarnya sambil terisak lagi.

Terlalu banyak beban dalam pikiran pria yang tampak selalu tegar itu. Dan ini adalah cobaan terberat dalam, hidupnya. Dunianya serasa runtuh dan dikencingi oleh binatang-binatang biadab itu.

Penghinaan tertinggi yang dialami seorang duke. Tunangannya malah dijadikan jalang dan hiasan pemuas kelamin para penjaga yang melihatnya berjalan setengah telanjang.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang