Pria kuat juga tak bisa lari dari rapuhnya hati manusia. Kerapuhan yang tak bisa dicarikan alasan untuk tidak menganggapnya.
Ia adalah duke yang baik. Mungkin karena yang paling tua. Pangeran pertama dari tujuh bersaudara. Ialah yang paling lama merasakan kasih sayang itu. Bagaimana hebatnya keluarga kerajaan memimpin tempat dengan sejarah panjang ini.
Siapa sangka takdir berkata lain. Satu persatu mulai menjadi gila. Mungkin hanya dia dan putri ketiga saja yang masih waras di antara mereka semua.
Duke Gifford, pangeran pertama yang tunangannya diambil oleh adiknya sendiri. Naas, bukannya dipersunting untuk jadi istri. Wanita itu malah dijadikan anjing peliharaan orang ini.
Ini sudah empat hari semenjak ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Muka orang ini masih masam, kelopak mata hitam tampak jelas di wajahnya. Ia mungkin selalu menangis dikala sepi setiap kali teringat akan hal itu. Bagaimana bisa, orang yang dicintainya berubah begitu saja?
Apakah karena sihir? Namun ia tak mendeteksi apa pun di sana.
Dunianya runtuh saat wanitanya itu diambil. Pria ini tampak berjalan terhuyung-huyung menuju tempat sepi di dcuhy kekuasaannya. Mencari pohon paling besar dan menangis di sana.
Dia bukanlah peminum atau pemabuk. Jika tidak, mungkin ia sudah menghabiskan beberapa galon hanya untuk menyingkirkan rasa sakit itu.
Terduduk dan tertunduk. Air mata itu kembali berderai seolah tak ada hari esok lagi dalam hidup orang ini. Satu-satunya dunianya sudah diambil. Sekarang rakyatnya juga menunggu giliran.
Ia tak mungkin menang dan itu sudah pasti.
"Aku rasa menunggu ajalku di sini lebih baik. Setidaknya aku mati di bawah keindahan ini" ujarnya sambil menatap lekat pada daun-daun lebat di atasnya itu.
Dedaunan yang semakin ia lihat tampak semakin bergerak seolah ada sesuatu di dalamnya. Mungkin ular atau hewan liar lainnya.
Namun orang ini masa bodoh tak peduli. Mungkin ia akan lebih bersyukur jika itu ular yang langsung menggigit lehernya. Mungkin ia bisa mati dengan tenang setelah ini.
"Currrr"
Air mancur kecil itu jatuh dan membasahi wajahnya. Ini bukan air suci ataupun air langit. Ini bau pesing, apa yang mereka sebut sebagai air kencing.
"Monyet bajingan" makinya.
Ia sontak melompat dan berdiri. Muka penuh rasa gundah itu sekarang berubah masam karena air seni ini. Kencing bau dari sesuatu di atas sana.
Hilang sudah kegundahannya. Sayang ia tak membawa pedang kali ini. Duke Gifford itu langsung menggunakan tinjunya saja. Tinju yang ia lepaskan pada pohon besar itu dan membuatnya tumbang seketika.
"Aaaaaaaaa"
"Brukkkk"
Pohon itu tumbang, membuat tanah bergetar disertai ada tubuh kecil melanting dari sana.
Pakaiannya lusuh, dari kain seperti goni gandum yang bikin gatal-gatal. Wajahnya lumayan tampan dan menampakkan karisma meski usianya masih seperti anak sepuluh tahunan.
Ada hal unik yang ia pegang. Sebuah busur berwarna merah yang belum pernah dilihat oleh duke ini. Sebuah benda luar biasa yang tampaknya dibuat oleh pengrajin terbaik.
Bocah ingusan itu melihat dengan tatapan kesal. Siapa sangka kenikmatan duniawinya akan terganggu oleh orang bodoh yang menumbangkan pohon itu.
"Hei, kenapa kau menumbangkan toiletku?" makinya.
"Toiletmu?" Gifford menatap dengan kesal, terlebih wajahnya masih basah oleh air sialan itu.
"iya, aku selalu kencing di sini. Kau tak menciumnya?" makinya dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasíaElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...