"Ayo kesini Artie"
Gadis berambut perak keunguan itu memanggil burung hantu yang berwarna putih itu. Hanya dengan mengangkat tangannya dan burung itu langsung bertengger di sana.
Hewan berwarna putih salju itu bukan burung hantu biasa. Itu adalah jenis burung hantu salju yang biasanya hanya ditemukan di Arktik.
Elisa tak menyangka akan menemukan burung itu bertengger di atap rumahnya. Tampaknya ini adalah hadiah dari suara misterius itu. Buktinya burung itu amat penurut bak seekor anak anjing yang diajak bermain.
Tempat ini seperti masa lampau. Tak ada gadget, internet dan sejenisnya. Elisa menghabiskan waktunya dengan bermain bersama burung itu atau sesekali berkebun di kebun yang cukup luas itu.
Ada berbagai bagai jenis tumbuhan yang ia tanam di sana. Ia sendiri bahkan tak menyangka bisa melakukan itu. Toh dia hanyalah anak rumahan sebelumnya. Mengangkat cangkul saja belum pernah seumur hidupnya.
"Lautan pengetahuan" batinnya.
Itulah nama yang ia berikan pada kondisi aneh yang terjadi. Kepalanya terasa dipenuhi pengetahuan aneh itu. Termasuk prinsip-prinsip dunia itu.
Kemampuan berkebun, mengukir, bernyanyi dan menari. Semuanya mengalir bagai lautan yang dituangkan pada ruang tak terbatas itu.
Hanya satu kata yang bisa menggambarkan Elisa saat ini, "Jenius". Dia adalah jenius di segala bidang. Tinggal sebutkan saja dan dia bisa melakukannya.
Itulah keajaiban kedua yang ia tahu dan itulah yang membuatnya memutuskan untuk menikmati hidupnya didunia itu.
"Sihir memang luar biasa" ujarnya.
Ini adalah penemuan keduanya. Membayangkan cermin dan cermin itu muncul dari cahaya ungu itu.
Dia orang yang cerdas dan bereksperimen dengan itu semua. Dan saat itulah ia mendapatkan ide menamai sihir tersebut sebagai "creation" alias sihir pencipta.
Alisa bisa menciptakan apa pun dari imajinasinya. Namun ada beberapa yang tak berani ia coba, seperti menciptakan manusia baru ataupun kesatria berkuda yang diimpikannya.
"Aku harus bermain aman, tak ada yang tahu Batasan sihir ini. Jangan-jangan malah memiliki kuota penggunaan" ujarnya.
Dia mengibaskan tangannya dan burung hantu itu kembali terbang. Sayapnya amat le bar dan ukurannya juga jauh lebih besar daripada burung hantu pada umumnya.
"Haa, suara itu menyuruhku menjadi pewaris Dewa. Tapi aku bahkan tak tahu harus melakukan apa" batinnya lagi.
Dia duduk dengan anggun pada meja kayu yang ada di depan rumah itu. Sebuah meja yang terbuat dari satu lembar kayu berbentuk bulat. Itu tampak indah dengan beragam alat ukir yang berserakan di sana.
Itulah yang dilakukan Elisa dalam menghabiskan waktu luangnya. Membuat ukiran sebatang kayu yang hampir jadi itu.
Ini mirip orang-orangan sawah, atau mungkin boneka Latihan yang dipakai oleh seniman beladiri itu. Tak ada wajah, hanya beberapa bagian tubuh yang disatukan. Mirip sekali dengan boneka model yang dipakai para seniman untuk menggambar.
"Hehehe, jadii"
Elisa sangat puas dengan hasil kerja itu. Ini adalah kerajinan pertamanya semenjak lahir.
Ia sudah lama ingin melakukan ini. Membuat boneka Latihan seukuran manusia dengan ukiran tangan sendiri.
Kayu itu seolah seperti kapas. Itulah yang membuatnya bisa dengan mudah membentuk itu. Boneka itu jadi, tingginya hampir sama dengan Elisa. Tampak mendominasi dan mungkin akan memunculkan naluri seseorang untuk memukulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasíaElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...