Pelayan Baru I

1.4K 212 1
                                    

Elisa tengah berbaring di pangkuan boneka kayu itu. Menikmati indahnya langit biru setelah masalah demi masalah kunjung menghadang.

Kayu itu terasa keras, Elisa terpaksa mengeluarkan bantal untuk menjadi alasnya. Berbaring dengan lembut di pangkuan pelayannya itu dan menikmati menunggu hari itu berlalu.

Sudah hampir lima hari dan burung hantu kesayangannya tak kunjung datang. Elisa sudah mulai meragukan pernyataan Regis sebelumnya. Pernyataan bahwa Artie tidak apa-apa dan tak terlibat masalah yang rumit.

"Hoooooooo"

Mata Elisa terbelalak saat mendengar suara itu. Suara familier dari hewan kesayangannya itu. Suara dari burung hantu putih dan besar yang menjadi sahabat pertamanya didunia tersebut.

"Artieeee!! Kamana sajaa kamu!" Elisa tampak seperti seorang ibu yang jengkel dengan anaknya. Jika saja burung hantu itu berwujud manusia, mungkin Elisa sudah menjewernya dan menariknya ke dalam.

Burung hantu putih itu dengan sigap mendarat dibahu Elisa. Mengelus kepalanya ke pipi gadis itu seakan ingin mengambil perhatiannya.

"Hei, meski kamu bertingkah imut, aku tak akan memaafkan pergi tanpa kabar itu lho" ujar Elisa kesal.

Ia menggembungkan pipinya, mirip seperti seorang gadis yang jengkel dengan kekasihnya. Jengkel namun tak benar-benar benci. Ini jengkel karena rasa sayang Elisa pada burung hantu itu.

"Hooooooo"

Burung hantu itu kembali berbunyi. Terbang mendekati gerbang seolah ingin menuntun Elisa. Ini seperti kejadian di mana ia menunjukkan pria yang terbaring dulu. Tampaknya ada tamui lain yang mendatangi kediaman Elisa.

Gadis cantik itu bergesa, ia mengubah pakaiannya itu seketika menjadi gaun ungu lagi. Takut jika yang datang adalah seorang pria, dan kejadian seperti mata Hailam yang menatap paha indahnya akan terulang lagi.

"Krieeek"

Elisa membuka gerbang besar itu, mendapati sosok yang membuatnya lebih terkejut lagi. Seorang gadis berkulit putih mulus bak gading gajah sedang terbaring di atas salju itu.

Gadis berambut merah kehitaman yang telentang tanpa sehelai benang pun menutupi wajahnya. Sesama wanita jelas Elisa langsung kaget dan buru-buru mengeluarkan selimut dari sihirnya itu.

Ini bukan pemandangan biasa, cukup horor bagi Elisa.

"Apakah dia diperkosa? Apakah ini ancaman dari seseorang?" batin Elisa lagi.

Siapa juga yang akan pingsan di tengah hutan seperti itu dalam keadaan telanjang bulat. Terlebih kakinya mengangkang disalju dingin itu tanpa ada yang menutupi. Itu jelas dingin dan bisa membuat siapa saja membeku.

"Tap"

Elisa dengan Elegan mendekat, membekap gadis yang masih terkulai itu dan mengangkatnya ke dalam.

Ini adalah pemandangan miris bagi Elisa. Lebih menyakitkan saat melihat Hailam terluka dahulu. Entah kemalangan apa yang dialami gadis itu sampai-sampai terkapar dalam keadaan telanjang bulat begitu. Bahkan sesama wanita saja, Elisa sangat malu melihatnya.

Ini adalah Tindakan cepat, Elisa memanggil alat-alat medis itu dan mulai memeriksa. Tanda-tanda hipotermia juga mulai tampak, di mana bibir gadis itu juga perlahan berubah menjadi ungu.

Elisa belum terlalu jauh mengeksplorasi kekuatannya itu. Tampaknya selimut-selimut tebal itu juga belum memberikan efek yang diharapkan. Kondisi gadis itu juga tak keluar dari keadaan kritis itu.

"Aaaaaaaaa"

Wajah Elisa tampak sedikit memerah. Ada satu pengetahuan penanganan kedinginan ekstrem ini. Sebuah teknik yang dikenal dengan nama "skin to skin" alias kontak kulit ke kulit orang yang menderita hipotermia.

Cara ini cukup sederhana, orang yang menolong hanya perlu melepas pakaiannya dan memeluk korban dalam selimut hangat itu. Ini adalah sesuatu yang paling disarankan dalam kondisi seperti ini.

Masalahnya adalah, seumur hidup Elisa belum pernah memeluk orang dalam keadaan tanpa busana. Meski jika sesama wanita sekalipun.

"Aaa, aku harap ini tak terulang lagi"

"Regis, Artie kalian jangan melihat" ujar Elisa ketus.

Ia tahu kalau dua pasang mata itu tengah memantau Elisa yang merawat gadis sekarat itu.

Keduanya tampak mengerti, segera menghindar dan pergi keluar gerbang itu. Mereka sangat patuh akan perintah Elisa.

"Haaa.. mau bagaimana lagi" ujar Elisa lirih.

Ia membuka gaun ungu itu dan semuanya satu persatu. Membuat hanya ada Elisa seorang yang berdiri dalam keadaan tanpa busana. Mungkin siapa pun yang melihat akan dibuat pingsan karenanya. Ini adalah lekukan indah tanpa cacat.

Elisa tak mau berlama-lama berdiri, toh ia tak nyaman juga. Perlahan menyibak selimut tebal itu dan ikut bergulung dan masuk ke dalamnya.

Ia memeluk tubuh dingin itu dengan lembut. Tubuh dingin seperti es yang hanya tersisa detak jantung lemah saja. Nafasnya juga hanya tinggal satu dua tarikan saja setiap menitnya.

"Aku harap kamu segera baikan" ujar Elisa lagi.

Ia mengelus lembut kepala gadis itu. Rambut merah kehitaman yang unik itu. Ini adalah kali pertama Elisa melihatnya, karena rata-rata mereka hanya berambut hitam atau pirang saja.

Perlahan, panas tubuhnya mulai menghantarkan sesuatu. Meski Elisa tak tahu, auranya juga ikut membantu gadis itu. Perlahan tapi pasti, kondisi gadis itu mulai membaik.

Nafasnya sudah stabil, dan tubuhnya juga mulai hangat kembali.

Ada sekitar dua jam Elisa harus berbaring dibalik selimut tebal itu. Berbaring sambil tetap memeluk gadis yang tampaknya sudah melewati masa bahaya.

Perlahan, wanita berambut merah kehitaman itu membuka mata. Ia terbelalak saat melihat sosok yang tengah memeluknya. Seorang wanita cantik berambut ungu keperakan. Seorang wanita yang memiliki bau harum yang belum pernah ia cium. Aroma manis dan harus dari Elisa yang membuat siapa saja terbuai karenanya.

"Apakah aku sudah berada di surga?" tanpa sadar gadis itu bergumam. Cukup kuat, sampai-sampai Elisa juga mendengarnya.

"Ah, kamu sudah sadar?"

Gadis berambut ungu keperakan itu tampak tersenyum lembut. Ia Bahagia karena semua usahanya tak berakhir dengan sia-sia.


Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang