Ratu Malam

468 72 0
                                    

Rumah itu cukup besar dibandingkan bangunan sekitarnya. Jelas sekali ini milik orang kaya, meski ada beberapa bagian yang tampak kurang terawat di sana.

Jika dilihat dari luar, mungkin dianggap sebagai istana. Namun bagi Melisa ini dahulu adalah penjara. Sebuah penjara tempat ia menyendiri sebelum gadis yang bernama Elisa itu masuk dalam hidupnya.

Gadis berkacamata biru itu memiliki keluarga yang buruk. Ayah dan Ibunya bercerai waktu ia masih SMP. Dipaksa tinggal sendiri karena keduanya kabur mencari kebahagiaan masing-masing.

Mungkin inilah yang membuat sifat gadis ini begitu jahat sebelumnya. Sebelum ia melihat ketulusan sebenarnya dari orang yang bernama Elisa ini.

Malam itu begitu sunyi, penuh bintang dan bulan yang bersinar terang. Ini jelas adalah hal yang agak langka dilihat di perkotaan. Seolah lampu-lampu jalan dan polusi cahaya itu tak bisa membendung lautan bintang ini.

Seorang gadis berkacamata biru tampak menoleh pada temannya yang sudah tertidur itu. Elisa yang sudah terbaring dikelilingi oleh boneka yang mereka menangkan di mesin arcade tersebut. Tampak pulas dan begitu senang dengan hadiahnya.

Melisa dilain sisi tampak mulai berjalan sambil berjinjit. Takut mengeluarkan suara yang bisa saja membangunkan Elisa. Mungkin itu pertahanan ekstra, atau mungkin dia lupa kalau punya kemampuan untuk menyembunyikan keberadaannya.

Melisa tampak lincah, bergerak melewati jendela yang sengaja ia buka dan bersalto ke udara hingga akhirnya mendarat di genteng lantai dua yang tinggi itu.

Mendarat dengan baik sambil menoleh situasi jalan yang juga mulai sepi itu. Inilah yang biasa ia lakukan, persiapan untuk mencari informasi mengenai keberadaan dunia paralel itu.

Melisa suah melakukan ini bertahun-tahun dan ada satu tempat yang selalu membuatnya merasakan sesuatu. Sesuatu yang ganjil, namun ia belum tahu pasti apa itu.

"Tap"

Di atas genteng itu, ia menepukkan tangan dan mengeluarkan penghalang yang membuatnya tembus pandang. Seperti hantu yang tak ditangkap oleh mata, sebuah keunggulan dari kemampuan pelindung absolutnya.

Kejap berikutnya sesuatu yang unik itu terjadi. Sesuatu yang ,mungkin tak tampak oleh orang biasa. Namun jelas, dalam kubah pelindung itu rambut Melisa perlahan berubah.

Tampak unik, seperti menggunakan rambut palsu. Mirip seperti sutra bahan mewah untuk pakaian itu.

Warnanya juga tak lazim, berwarna biru keperakan. Sangat cook dengan kacamata bergagang biru yang ia kenakan. Kacamata yang sudah ia kenakan cukup lama untuk menambahkan sedikit identitas pribadinya.

Dia cukup mirip dengan Elisa, bahkan dianggap kembar. Yang membedakan hanyalah tinggi badan itu saja dan sering disalahpahami. Inilah yang membuat Melisa mengenakan kacamata biru itu. Sesuatu yang tetap ia kenakan setelah mengaktifkan kekuatannya sebagai Dewi.

"Hah, bumi memang luar biasa" batinnya.

Untuk ke sekian kalinya ia memasuki mode Dewi itu, namun bumi tampaknya memiliki sesuatu yang lebih hebat. Seolah mengatakan kalau wujud Dewi mereka didunia novel itu tak ada apa-apanya.

Melisa bahkan tak mampu merasakan terlalu banyak benda di Bumi ini. Seakan ada kekuatan maha besar yang menghalanginya melakukan itu.

"Aku jadi semakin yakin kalau bumi adalah pusat semua semesta" batinnya.

Ia mengentakkan kakinya dengan lembut, hentakan yang hampir tak menimbulkan suara namun memberikan efek dorongan yang luar biasa.

Tubuh Melisa menderu dengan cepat. Melompat di atas lampu-lampu kota dengan hiruk pikuk pengendara yang ada di jalan utama.

Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang