Elisa terheran menengok pemuda yang tengah memberi hormat itu. Ini lebih dari penghormatan dan malah tampak seperti menyembah.
Elisa menengok ke atas, ke arah burung hantu yang masih berputar-putar itu seakan hendak menanyakan sesuatu.
"Huh"
Elisa menggembungkan pipinya karena burung hantu itu tak menjawab. Padahal ia berharap ada keajaiban di mana burung tersebut bicara dan menjelaskan situasi.
Yang jelas di depannya ada seorang pemuda berambut pirang panjang yang terngah bersujud. Tak berlebihan jika dikatakan kalau kepalanya hampir terbenam dalam tumpukan salju itu. Membentuk lubang berbentuk manusia yang tengah bersujud.
"Bangkitlah, aku tak nyaman melihatnya" ujar Elisa.
Ia masih di atas bahu boneka kayu itu dan itu membuatnya semakin terlihat seperti seseorang yang disembah karena duduk lebih tinggi.
"Tap"
Gerakan itu sangat ringan, bak sehelai daun yang jatuh dari rantingnya. Elisa mendarat di salju tebal itu bahkan tanpa menyebabkan lubang sedikit pun.
Ia seakan berdiri di atas salju tanpa berat sedikit pun.
Jidatnya makin mengerut karena kesal. Pria itu tak kunjung mengangkat kepalanya meski sudah diminta.
Inilah kenapa Elisa memutuskan untuk turun dan mendekati sosok berambut pirang itu.
Sekilas, Elisa menganggap kalau orang itu adalah Hailam. Namun saat diamati, jelas ada perbedaan besar di sana. Rambutnya berwarna pirang dan cukup panjang, serta tubuh terlatih itu.
Hailam sudah atletik, namun bisa dikatakan kerempeng jika dibandingkan dengan pemuda ini. Orang yang tengah bersujud itu malah tampak seperti raksasa jika dibandingkan dengan Duke Hailam.
Elisa mendekat, sedikit menunduk dan mengangkat dagu pria itu. Ia bahkan harus memasukkan tangannya ke dalam salju agar sampai pada dagu yang terpuruk cukup dalam tersebut.
"Hei, aku bilang tak usah sampai segitunya"
Ia mengangkat wajah itu, mata mereka saling bertemu dan saat itulah Elisa bertatapan dengan mata indah berwarna biru tersebut.
Ini berbeda dengan Hailam yang pupilnya kuning keemasan. Biru itu tampak indah, seolah merepresentasikan langit yang luas. Sesekali terlihat lautan dengan banyak cerita yang berlayar di sana.
Ada yang unik menurut Elisa. Orang ini bahkan tak bergeming saat melihat wajahnya. Ia bisa dengan mudah melihat ekspresi Hailam sebelumnya dan tak melihat apa pun dari orang ini.
Pemuda ini seakan menerawang seolah kecantikan itu bukan apa-apa baginya. Seolah ada sesuatu yang lebih cantik dari Elisa.
"Menarik, menarik! Aku rasa orang ini punya cerita yang menarik" batin Elisa.
Ia yakin ada kisah menarik tentang orang ini dan mungkin saja ada hubungannya dengan kedatangan Elisa di dunia itu.
"Regis, bawa dia masuk" ujar Elisa.
Melihat pemuda yang masih malas untuk bangkit itu, maka cara terbaik adalah dengan langsung menggendongnya.
Regis sadar akan perintah itu. Ia langsung mendekati dan mengangkat pria besar itu seperti membawa sebuah kapas. Seolah tak ada perubahan berat yang ia rasa. Kakinya bahkan tak terperosok di atas salju tebal itu.
Untuk kesekian kalinya, Elmere ternganga. Apa yang ia lihat ini bukanlah sesuatu yang normal. Ia adalah seorang pria besar dan diangkat bahkan tak lebih dari mengangkat seekor anak kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Bumi (Gadis Sakti Dari Bumi)
FantasyElisa terbangun di dunia yang asing itu. Ini adalah settingan abad pertengahan dengan sihir dan ilmu bela diri. Dia hanyalah siswi SMA biasa yang akhirnya harus berjuang untuk hidup di dunia itu. Kekuatan misterius yang mengikutinya secara perlahan...